Menengok Salwa

15 1 0
                                    


Selly dan Kaila sudah duluan ada di rumah Salwa dan sekarang mereka menatap Edward dan Naina yang sedang berjalan menuju rumah Salwa. Salwa sendiri sudah agak baik karena ditengok oleh teman-temannya melihat kedatangan Naina dan Edward mukanya mendadak menjadi tegang kembali.

"Kalian mau apa?" Selly berdiri di depan teras melihat Naina yang mulai memasuki pekarangan rumah Salwa.

"Kami mau menengok Salwa, Aku minta maaf jika aku memang bersalah." Naina mengucapkannya dengan tulus. Salwa terdiam, Ia menatap Naina dengan tajam. Terus terang Ia sangat ketakutan ketika Ia jelas-jelas mendorong tubuh Naina agar terjatuh ke bawah tebing tetapi Ia malah melihat Naina ada di belakangnya dan tidak terluka sedikitpun. Ia mengira Naina adalah hantu jadi ketika Naina ada di hadapannya maka Ia kemudian melihat kaki Naina dan Ia menghela nafas lega karena kaki Naina menapak tanah. Jadi mungkin Ia hanya berhalusinasi saja seperti yang dikatakan oleh teman-temannya.

"Mengapa kau mau menengokku? Padahal aku selalu jahat kepadamu?" Salwa bertanya sedikit heran mengapa Naina dan Edward mau menengok dirinya.

"Apa Aku boleh duduk? Aku pegal, kakiku lumayan sakit karena tadi berjalan kaki ke rumahmu." Naina meminta izin untuk duduk.

"Duduklah..." Salwa memberikan izin kepada Naina untuk duduk.

"Apa maksudmu Salwa?Bukankah kita bermusuhan dengan Naina?" Kaila berdiri dengan wajah tegang. Selly dan Kaila tampak tidak setuju dengan keputusan Salwa yang memberikan izin kepada Naina untuk masuk.

"Jangan begitu Kaila, Aku kan murid baru jadi aku ingin berteman dengan siapa saja. Jangan menjadikan aku musuh." kata Naina dengan wajah bersungguh-sungguh.

"Tapi kau merebut Edward dari Salwa," Kaila menudingkan telunjuknya ke muka Naina.

"Tapi Aku bukan pacar Salwa," Edward berkata perlahan. Salwa menghela nafas dan mengakui kalau yang dikatakan oleh Edward benar. Ia juga bukan wanita yang tidak tahu malu yang terus akan memaksakan cintanya kepada seseorang yang jelas-jelas tidak mencintainya.

"Tidak apa. Aku yang salah. Aku hanya bertepuk sebelah tangan. Tapi percayalah Aku tidak benci lagi jika kalian bersama. Aku sudah mendapatkan balasan atas kesalahanku." Salwa dengan tulus mengakui kesalahannya.

Kaila dan Selly seketika saling berpandangan mata. Salwa terasa sangat aneh karena melepaskan Edward. Bukankah selama ini Ia tampak ngotot ingin mendapatkan cintai Edward. tetapi mereka tidak berani bertanya karena walau bagaimanapun Salwa adalah pemimpin geng mereka.

"Kalian tentu heran, mengapa aku menyerah untuk mendapatkan Edward? Terus terang saja sebelum Naina datang, Edward tampak tidak menyukai siapapun sehingga aku masih berharap suatu hari nanti Edward akan menerima cintaku. Tetapi kemudian Naina datang dan Edward terlihat menyukai Naina. Jadi aku berpikir realistis saja. Aku tidak akan memaksa orang yang tidak mencintaiku. Tadinya aku yang akan meminta maaf kepada Naina tetapi Naina malah datang menengokku. Maafkan semua kesalahanku, Naina." Salwa mengulurkan tangannya.

Naina menerima uluran tangan itu dengan hati yang bahagia. "Aku juga meminta maaf karena sudah membuatmu merasa terancam. Aku seharusnya tahu diri, tetapi melihat Edward aku langsung jatuh cinta." Naina tersenyum lebar. Ia sangat senang akhirnya hidupnya merasa sempurna setelah Ia banyak mengalami penderitaan akibat perceraian kedua orang tuanya. Ia mendapatkan seorang kekasih dan juga teman.

"Bagaimana kalau kau masuk ke dalam geng kami?" Salwa menawarkan Naina untuk masuk ke dalam gengnya. Lagi-lagi Selly merasa terkejut. "Tapi Salwa, kita kan sudah merasa nyaman bertiga kalau berempat belum tentu kita akan cocok." kata Selly diiringi anggukan kepala Kaila.

"Jangan begitu dong, kalau geng kita makin banyak kan makin baik. Aku merasa Naina memiliki banyak kesamaan denganku. Kita sama-sama cantik dan pintar. Sekaligus sama-sama menyukai Edward. Tetapi tidak usah khawatir sekarang aku akan menarik cintaku dari Edward. Aku akan mencari pria lain walaupun mungkin tidak setampan Edward." Salwa tertawa lebar. Ia tampak lega karena percaya kalau Naina benar-benar manusia biasa dan mungkin Ia berhalusinasi waktu itu.

"Nama geng kalian apa sih sebenarnya? Apa benar nama gengnya Kudis Cantik?" Naina bertanya seraya mengeluarkan buah-buahan yang Ia beli untuk Salwa.

"Waah... terima kasih. Kenapa sampai merepotkan begini?" Salwa mengambil sebuah jeruk dan langsung mengupasnya. Salwa memakan sebuah jeruk dan memujinya kalau jeruk itu sangat manis. Kedua temannya malah tampak duduk kaku di samping dia.

"Oh ya benar nama  geng kami adalah geng "Kudis Cantik". Salwa menjawabnya membuat Naina mengernyitkan keningnya.

"Kudis Cantik, mengapa aneh sekali namanya?." 

"itu singkatan kelompok gadis cantik. Kau mau ikut masuk ke geng kami?" Salwa menawarkan lagi kepada Naina. 

Tetapi Naina tentu saja menolak, karena baginya membentuk atau menjadi anggota geng entah geng apapun itu membuat dirinya menjadi eksklusif dibandingkan dengan yang lain. Menjadi anggota geng cenderung merasa lebih kuat dibandingkan dengan yang lain karena mereka memiliki kelompok yang dapat saling membela.

Naina lebih suka membaur dengan yang lain, Ia tidak mau menjadi orang eksklusif dengan ikut geng manapun. Ia tidak ingin menjadi orang yang ditakuti tetapi Ia ingin menjadi orang yang bisa bergaul dengan siapapun dan menjadi teman yang menyenangkan bagi semua orang.

"Maaf, aku tidak pernah ikut geng manapun. Aku lebih suka bergaul dengan siapapun dan bebas berkumpul dengan siapapun." Naina berkata seraya tersenyum agar Ia tidak berkesan sombong.

Salwa tampak kecewa tetapi kedua temannya tampak lega. Mereka berdua tetap tidak suka kalau harus satu geng bersama Naina. Akhirnya mereka mengobrol kesana kemari. Sedangkan Edward malah sibuk dengan handphonenya. Kebetulan mereka sedang ada di daerah kota sehingga sinyalnya bagus. Ketika Naina dan Salwa sedang mengobrol, Edward malah searching tentang Negera Rumania. Tetapi tidak ada satupun berita tentang vampir ada di sana. Apakah yang dikatakan pamannya itu benar atau tidak? Mengapa tidak ada satupun berita tentang keberadaan vampir. 

"Edward, kamu mau minum apa?" tanya Salwa tiba-tiba kepada Edaward. Edward kaget , Ia langsung menutup layar handphonenya dengan sakali sentuh.

"Aku tidak haus." Edward menjawab.

Naina sebenarnya heran, mereka berjalan cukup jauh dari sekolah kemudian ke tukang buah dan ke tempat Salwa, Naina sudah minum dua botol air putih tetapi Edward tidak minum setetespun. Sangat aneh.

"Biasanya anak laki-laki suka minum kopi. Apakah kau mau dibuatkan kopi?" Lagi-lagi Salwa menawarkan kopi kepada Edward.

"Tidak, terima kasih. Aku benar-benar tidak merasa haus. Nanti saja di jalan."

Naina menatap Edward dengan pandangan tidak mengerti. Ini sudah sangat aneh, jika memang Edward tidak mau minum di tempat Salwa karena mungkin Edward terlalu higienis mengapa Edward juga tidak meminum air putih yang jelas-jelas tersaji di dalam kemasan utuh. Mungkin bagi Salwa dan yang lain, perkataan Edward ini masih bisa mereka terima. Edward mungkin ingin minuman yang lain. Tetapi tidak bagi Naina. Naina yakin Edward tidak akan minum apapun dan dimanapun.

DICULIK PANGERAN VAMPIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang