Terkejutnya, Salwa

19 1 0
                                    


"Naina.. terjatuh... tolong-tolong..." Salwa berteriak-teriak sambil meloncat-loncat untuk menunjukkan rasa paniknya. Suara Salwa terdengar kemana-mana karena memang semua siswa sedang asyik dengan penelitiannya masing-masing. Yang pertama berlari ke arah Salwa adalah orang-orang berdiri dekat dengan Salwa termasuk Eka.

Eka tampak sangat panik mendengar teriakan Salwa. Bukankah sedari tadi Ia berusaha menjaga Naina. Ia memang belum kenal lama dengan Naina tetapi dia menyukai Edward dan Edward yang begitu pendiam tampak mulai sedikit aktif karena Naina. Eka sama sekali tidak berharap Edward akan membalas cintanya karena Ia sadar diri dengan keberadaannya. Ia tidak cantik dan juga tidak pintar. 

Bagi Eka, Ia dapat berbicara dengan Edward saja sudah membuat dia sangat bahagia. Dan sejak Edward dekat dengan Naina, Ia dapat banyak berbicara dengan Edward walaupun yang mereka bicarakan seputar Naina. Ia puas melihat Edward terkadang tersenyum di atas wajah dinginnya itu. Dan Eka juga dapat melihat kalau karakter dingin Edward seperti sebuah trade mark-nya. Jangankan kepada Eka, kepada Naina juga , Edward terkadang sangat dingin. Kalau saja Edward tidak mengatakan kepadanya kalau Ia meminta Eka untuk menjaga Naina, Eka pasti akan meragukan cinta Edward kepada Naina.

"Apa yang terjadi? Ibu sudah bilang untuk hati-hati," suara Bu Winda melengking tinggi seakan ingin memecahkan kesunyian hutan  kecil di bukit ini. Padahal tadi dia yang harus berkata untuk selalu hati-hati di alam terbuka karena kita harus saling menghormati sesama makhluk baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Tetapi sekarang karena dia panik maka lupalah dia dengan nasihatnya sendiri.

Salwa menjelaskan sambil menangis," Saya mengatakan kepadanya untuk tidak terlalu dekat ke tebing untuk mengumpulkan air yang ada didaun-daun. Tetapi Naina malah mencibir kalau Ia bukan anak kecil yang tidak tahu tentang bahaya. Naina juga mengatakan kalau Saya tidak usah sok baik kepadanya. Saya lalu tidak perduli lagi dan saya lalu kembali mencari air yang ada di pohon yang lainnya. Tetapi kemudian saya melihat Naina terpeleset dan terjatuh ke bawah tebing..."

"Astaghfirullahaladzim..." Bu Winda langsung berlari ke arah tebing dan melihat apakah Naina baik-baik saja. Sebagian guru laki-laki mulai mencari jalan lain untuk menuruni tebing.

"Naina ! Naina..." Ibu Winda berteriak memanggil Naina dan melihat dari atas ada di mana Naina? Semua siswa yang lainnya juga sama berteriak memanggil-manggil Naina sambil melihat ke bawah tebing dengan hati-hati karena takut jatuh.

Untungnya tebing itu tidak terlalu tinggi sehingga kalau jatuh Naina tidak akan terluka parah. Apalagi di bawah tebing itu banyak tumbuh semak belukar sehingga dapat menahan tubuh Naina yang terjatuh dari atas. Kalau jatuhnya salah maka Naina mungkin patah tangan atau kaki. Kalau tidak minimal dia keseleo. Tetapi tidak terlihat ada tanda-tanda Naina terjatuh di sana.

"Kenapa tidak ada?" tanya Ibu Winda sambil melihat dengan teliti. Salwa terkejut mendengar perkataan Ibu Winda. Ia lalu mencoba mendekat ke tempat di mana Ia mendorong Naina agar terjatuh ke bawah. Seharusnya Naina ada di sana. Terjerumus ke dalam semak pohon Jelatang. Tetapi di bawah tidak ada Naina bahkan tidak ada tanda-tanda ada orang jatuh di sana.

"Kau yakin kalau Naina terjatuh ke bawah? Kenapa tidak ada?" Ibu Winda mulai melihat ke arah Salwa dengan kening berkerut. Ia mulai meragukan kalau Salwa sedang berbohong.

Salwa pucat pasi mendapat tatapan seperti itu, tetapi dia sangat yakin kalau Naina terjatuh ke sana karena Ia masih sangat ingat kalau Ia yang mendorong Naina agar terjatuh ke sana. Ia melihat tubuh Naina yang terjatuh tetapi salahnya Salwa memang tidak melihat tubuh Naina yang sudah terjatuh. Setelah Ia menodorng Naina ke bawah, Salwa langsung berteriak-teriak histeris.

'Saya yakin Bu, dia jatuh ke sana karena saya melihatnya langsung." Salwa meyakinkan Ibu Winda dengan wajah yang mulai kebingungan.

"Tapi mana? Kenapa dia tidak ada?" Ibu Winda kembali melihat ke bawah. Semua anak-anak yang dia walikelasi adalah tanggung jawabnya jadi Ia harus memastikan semua keselamatan dari semua siswa-siswanya.

"Saya tidak tahu, mungkin dia berada di bawah dan tertutup oleh semak-semak. Mungkin kita harus turun ke bawah untuk mencarinya," Salwa menjadi cemas karena memang di bawah tidak ada Naina. Lalu kemana Naina? Apa dia disembunyikan oleh makhluk ghaib? Salwa jadi ketakutan sendiri.

Sementara itu beberapa guru laki-laki sudah berada di bawah dan mulai mencari Naina. 

"Hati-hati, banyak pohon Jelatang kalau daunnya terkena kulit dapat mengakibatkan kulit gatal dan perih," teriak Seorang guru wanita dari atas.

"Cepat cari Naina! Apakah dia benar-benar ada di bawah?" teriak Ibu Winda di atas.

Guru laki-laki yang sudah turun di bawah langsung mencari Naina tetapi mereka menggelengkan kepalanya. Tidak ada tanda-tanda ada Naina di sana. Tetapi kemudian terdengar ada suara di belakang mereka.

"Kalian sedang mencari siapa? Mengapa kalian memanggil-manggil namaku?" 

Serentak orang-orang yang sedang berkerumun di tepi tebing seketika membalikkan tubuhnya dan mereka terkejut melihat ada sosok orang yang mereka cari ada di belakang mereka dan sedang bersama Edward.  Salwa melongo dengan mulut terbuka lebar melihatnya. Ia menggosok-gosok matanya dengan kuat bagaimana bisa ada Naina berdiri di belakang mereka padahal jelas-jelas Ia tadi mendorong Naina agar terjatuh ke bawah.

Ibu Winda hampir bersorak bahagia melihat Naina ada di belakang mereka dan tampak baik-baik saja. 

"Lho Naina tadi kemana? Kata Salwa kamu terjatuh ke bawah tebing?" tanya Ibu Winda sambil kebingungan juga.

"Siapa yang jatuh? tadi saya pergi ke kamar mandi karena pengen buang air kecil dan Edward mengantar saya karena kan tempatnya di bawah sana." Naina berkata sambil menunjuk ke arah kamar mandi.

"Kenapa kau tidak bilang kepada Ibu sehingga kami tidak cemas apalagi Salwa mengatakan kalau kau jatuh ke tebing," kata Ibu Winda sambil mengusap punggung Naina dengan perasaan lega. Sedangkan Naina tampak kebingungan.

"Aku jatuh ke tebing? Salwa aneh ah," Naina berkata sambil tertawa renyah. Matanya menatap ke arah Salwa yang tampak terkejut melihat  Naina. Salwa sangat jelas telah mendorong Naina ke bawah semak pohon Jelatang tetapi mengapa Naina tampak baik-baik saja. Kalau memang Naina tadi ke kamar mandi berarti yang tadi Ia dorong siapa? Bulu kuduk Salwa berdiri seketika. 

"Lalu yang terjatuh tadi siapa? Aku masih sadar dan tidak sedang mengigau. Aku jelas melihat kalau tadi Kau terjatuh ke bawah." Salwa sangat ketakutan melihat Naina. Salwa merasa ada dua Naina. Naina yang sekarang berdiri di depannya dan Naina yang terjatuh ke bawah? Yang mana Naina yang sebenarnya? Apakah ada hantu yang menyerupai Naina.

Naina lalu berjalan mendekat karena melihat Salwa yang tampak kebingungan dan ketakutan. Sedangkan Salwa semakin ketakutan melihat Naina semakin mendekat maka Ia tanpa sadar berjalan mundur.... mundur... dan kemudian terjatuh ke bawah Tebing.

"Aaaakh....," teriak Salwa dan semua mata yang tadinya memandang Naina seketika berbalik kembali dan sekarang mereka melihat Salwa yang terjatuh ke bawah tebing.


DICULIK PANGERAN VAMPIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang