Kena Batunya

24 1 0
                                    


Tetapi Naina bukannya ketakutan ketika tiga orang teman barunya itu mengelilinginya dengan tatapan siap menelan Naina. Naina malah melipat tangannya di dadanya sambil menatap dingin. 

"Mau apa kalian?" tanya Naina sambil mengangkat alisnya.

"Mau memberikan pelajaran kepadamu," Salwa mulai mendekati Naina sedangkan dua temannya tampak sudah bersiap-siap juga. Naina menoleh ke arah pintu kelas, Ia ingin tahu apakah pintu itu akan terbuka dan ada seseorang yang akan melaporkan perlakuan Salwa dan teman-temannya ke guru mereka. Tetapi Naina melihat kalau pintu kelas tertutup dan sekarang yang berjaga adalah dua orang anak laki-laki yang mungkin semacam bodyguardnya Salwa.

"Pelajaran apa? Apa kau tadi tidak menyimak betapa pintarnya Aku, Soal vektor aja ga bisa jawab, pake sok-sok-an segala memberikan pelajaran padaku. Pertajam lagi  soal literasinya biar ga salah tindak," ucap Naina sambil mencibir.

"Tolong, Salwa hentikan!" Edward tiba-tiba bicara.

Salwa melirik ke arah Edward yang berbicara kepadanya, betapa marahnya Ia menyadari kalau murid baru yang ada hadapannya ini mampu merubah Edward yang begitu introvert, pendiam, tidak pedulian bahkan sampai dikira autis menjadi banyak bicara dan peduli kepada Naina.

"Rupanya kau terpengaruh oleh murid baru ini, heh? bertahun-tahun aku mencoba menarik perhatianmu dan mengajakmu bicara tetapi kau  diam membisu tetapi sekarang kau malah membela wanita yang menyebalkan ini di hadapanku. Kau tidak adil kepadaku," semprot Salwa kepada Edward.

Naina tampak berbinar menatap Edward dengan senyum manis menawan, Naina mendekati Edward dan menyenggol bahu Edward dengan bahunya.

"Tentu saja seperti itu.  Dia pasti sudah jatuh hati kepadaku. Aku memang sangat cantik dan menawan," ucap Naina membuat Edward hampir terjungkal ke belakang. Seumur hidupnya lagi, Ia belum pernah melihat wanita sepemberani Naina. Dan Edward menjadi malu sendiri, Ia menyesal telah menolong wanita itu. Wanita itu tampaknya tidak layak ditolong.

Edward lalu berdiri dan melangkah keluar dengan muka kesal. Naina tentu saja tidak membiarkan Edward pergi, Ia memegang tangan Edward tetapi segera melepaskannya lagi dengan sangat terkejut.

"Tanganmu sangat dingin? Apa kau baik-baik saja?" tanya Naina dengan terkejut. Tangan Edward sangat dingin, Ia seperti memegang benda mati.

Edward langsung menepiskan tangan Naina dengan kasar. Ia lupa tidak memakai sweternya. Edward menyambar sweternya dan pergi meninggalkan Naina bersama Salwa dll. Di depan pintu kelas ada dua orang yang berjaga dan biasanya mereka tidak mengizinkan siapapun keluar karena takutnya melapor ke guru perlakuan Salwa dan teman-temannya.

Tetapi Edward tentu berbeda dengan teman-temannya yang lain. Mata Edward yang berwarna biru itu seperti menghipnotis mereka. Mereka hanya diam saja ketika Edward membuka pintu dan melangkah keluar dengan tergesa-gesa.

Naina hanya bengong melihat Edward yang meninggalkannya hingga ketika Salwa mendorongnya ke belakang maka tubuh Naina langsung terdorong ke belakang. Semua siswa yang masih tinggal di kelas langsung terkejut dan mengalihkan perhatian kembali ke Naina.

"Kamu jangan sok kecakepan," Salwa kembali mendorong Naina. Naina yang belum bisa berdiri dengan benar akibat dorongan Salwa kembali terdorong ke belakang. Tiba-tiba tangan Salwa melayang memukul bahu Naina.

"Edward adalah pria yang paling kusukai, tidak boleh ada yang menarik perhatiannya selain Aku," Salwa kembali melayangkan tangannya dan mendorong Naina kembali. Naina terjatuh ke lantai dengan posisi duduk. Tangannya berpegangan ke sandaran kursi sehingga Naina tidak jatuh terlentang. Semua siswa yang ada di kelas hanya bisa terdiam dan menyesali mengapa mereka tidak berdaya melawan Salwa. Mengapa Salwa yang cantik dan pintar itu begitu menakutkan. Mengapa Naina tidak menjadi siswa pendiam saja sehingga dia selamat dari amukan Salwa.

"Aku juga tidak mau ada orang yang lebih pintar dari Aku," ucap Salwa seraya mengangkat kakinya hendak menginjak Naina semua siswa memalingkan wajahnya. Tidak tega melihat Naina dianiaya oleh Salwa.

Teriakan mengaduh terdengar keras, semua orang terperangah karena  mereka mengenali suara yang mengaduh itu bukan suara dari Naina tetapi dari Salwa. Muka yang berpaling itu kini kembali memandang ke arah sumber suara.

Para siswa termasuk sahabat Salwa tampak sangat terkejut melihat yang terjatuh sambil terduduk itu sekarang Salwa dan bukannya Naina. Rupanya ketika Salwa hendak menginjak Naina, Naina memegang kaki Salwa lalu mendorongnya dengan kuat hingga Salwa jatuh terduduk.

Selesai membuat Salwa terjatuh, Naina meloncat dari duduknya dan berdiris dia hadapan Salwa. Kaki Naina bergerak menendang paha Salwa, " Kau bukan bidadari dari surga yang kecantikannya tidak ada yang menandingi," teriak Naina diiringi teriakan kesakitan Salwa.

"Sial! Tolong Aku! Hajar, perempuan kepar*t ini," teriak Salwa kepada dua temannya. pahanya terasa sakit di tendang oleh Naina.

Selly mengambil mistar kayu dan dengan gerakan kuat Ia mengayunkan ke kepala Naina. Tetapi Naina mengangkat lengannya dan membirakan mistar kayu itu mengenai lengannya. Teman-teman sekelas mereka terkesima menatap mistar kayu itu patah jadi dua ketika mengenai lengan Naina. Padahal mereka tadinya mengira kalau tangan Naina akan terluka terkena pukulan mistar kayu Selly.

Selly panik melihat mistarnya patah, Kaila tidak tinggal diam tetapi ia segera mengambil tasnya dan melemparkannya kepada Naina. Naina dengan sigap menangkap tasnya Kaila dan melempar balik ke muka Kaila hingga Kaila berteriak keras terkena benturan tasnya sendiri.

Salwa menganga melihat betapa tangguhnya Naina. Ia langsung paham kalau Naina bukan orang sembarangan. Melihat dari gerakannya saja, Salwa langsung tahu kalau Naina memiliki ilmu bela diri. Tetapi dua teman laki-laki yang selalu menjadi tamengnya juga bukan orang sembarangan. Mereka berdua jago karate dan memiliki tenaga yang mungkin lebih kuat dibandingkan Naina yang perempuan.

"Dadang,  Fasya bantu aku," teriak Salwa sedikit keder dengan memundurkan tubuhnya menjauhi Naina yang sedang bersiap hendak memukulnya lagi.

Dadang dan Fasya yang sedang berdiri di depan pintu kelas dan sedang berjaga-jaga segera menghampiri Naina dan hendak memegang tangannya. Dadang berencana akan menariknya. Tetapi Naina bukan gadis sembarangan. Ia balik memegang tangan Dadang dan mensliding kaki Fasya hingga Fasya jatuh terjerembab. Sedangkan tangan Dadang ia tarik lalu Ia putar sekuat tenaga kemudian Ia menendang punggung Dadang hingga Dadang jatuh terantuk kursi.

"Berani mendekat maka Aku akan patahkan kaki kalian," ancam Naina dengan muka bengis. Salwa sangat terkejut melihat semua teman-temannya tidak berdaya dan tampak sangat ketakutan.

 Masih dalam posisi duduk, Salwa memundurkan tubuhnya dengan hati-hati. Salwa tidak bisa ilmu bela diri, Ia berani karena ada beberapa temanya yang menolong dia jika dia melakukan kesalahan.  Tetapi sekarang Ia kena batunya.

"Jangan Naina, Aku bersumpah tidak akan pernah membuat hidupmu menjadi tenang kalau kau memukuliku. Ayahku seorang donatur sekolah ini dan sering masuk koran edisi terbatas," ucap Salwa sambi sangat ketakutan. Tetapi Naina tidak perduli Ia malah terus berjalan menghampiri Salwa yang ,masih jatuh terduduk.

"Mau apa kau?" tanya Salwa dengan wajah sedikit ketakutan tetapi suaranya tetap terdengar sangat galak

DICULIK PANGERAN VAMPIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang