Aku akan Melindungimu

21 1 0
                                    


Anak-anak sudah duduk di dalam bis masing-masing. Edward duduk satu kursi dengan Naina. Salwa dan teman satu gengnya duduk di belakang. Sejak tadi mereka terus berbisik-bisik merencanakan niat jahat mereka kepada Naina. 

"Aku beruntung karena ternyata aku satu kelompok dengannya," bisik Salwa kepada Kaila. Mereka tampak sangat kesal melihat Naina sedang mengobrol dengan akrab dengan Edward. Naina bahkan sudah terang-terangan mengumumkan kalau Edward adalah pacarnya. Hal itu membuat teman-teman satu sekolah mereka sekarang mulai berkiblat kepada Naina dan mulai berani melawan Salwa. Setiap kali Salwa menekan mereka maka Naina akan maju membela teman-temannya yang dibully oleh Salwa.

Naina seperti seorang pahlawan di SMA mereka. Naina datang untuk melawan Salwa dan geng-nya yang sok jago itu. Naina juga berhasil membuat Edward, makhluk terdingin di sekolah mereka berubah menjadi lebih hangat dan mau berinteraksi dengan yang lain.

"Nanti di sana, kita buat dia mengakui kalau Aku, Salwa tidak akan terkalahkan." Salwa berkata sambil memainkan rambutnya yang diurai.

"Untungnya dia tidak sekelompok dengan Edward sehingga kita akan semakin leluasa. Kau masih suka sama Edward kan Salsa?" bisik Kaila lagi.

"Tentu saja, Aku suka padanya dari kelas 10 tetapi dengan seenaknya Naina yang baru datang itu berhasil merebut hati Edward. Aku salah, tidak menyatakan cinta terang-terangan seperti Naina. By The Way, Aku memang bukan Naina, perempuan murahan yang tidak tahu malu menyatakan cintanya terang-terangan kepada laki-laki di depan umum," cibir Salwa sambil mendelik ke arah Naina.

"Masalahnya murahan atau tidak, dia berhasil memenangkan hati Edward dan kita telah kalah strategi dengannya." Selly yang menyukai Edward juga mengakui kalau Naina pemberani. Mungkin karena Naina berasal dari kota besar.

"Kalau memang nanti Edward tetap tidak jatuh cinta kepadaku maka aku akan mencari cara lain untuk menaklukkannya," ucap Salwa dengan mata berkilat-kilat.

"Aku tahu apa yang kau lakukan, kau pasti akan pergi ke dukun. Bukankah ada pepatah yang mengatakan cinta ditolak dukun bertindak," tebak Kaila sambil cengengesan. Tetapi Ia langsung diam ketika kepalanya dipukul Salwa.

"Musyrik tahu!" kata Salwa sambil cemberut.

"Becanda atuh... serius amat, Amat aja ga serius," balas Kaila.

"Udah tahu Bos lagi kesal, kamu malahan bercanda terus," Selly ikut-ikutan mau memukul kepala Kaila. Kaila langsung melindungi kepalanya dari jitakan tangan Selly. Tapi Selly tidak benar-benar akan memukul kepala Kaila, Ia hanya berpura-pura saja.

Sementara itu Naina tampak sibuk mengunyah keripik kentang dalam kemasan. Ia berulang kali menawarkan kepada Edward tetapi Edward tetap menggelengkan kepalanya. Naina lama-lama jadi kesal.

"Kau ini kenapa sih, menolak terus kalau kuajak makan. Kemarin waktu aku makan baso dan meminta kau untuk menemaniku kau tetap menolak. Heran Aku, sebenarnya kau ini puasa atau apa? Atau kau sedang diet? Tapi tubuhmu ini proporsional bahkan cenderung agak kurus," Naina berkata seraya terus mengunyah keripik kentang. Naina lalu menyodorkan sebuah keripik ke mulut Edward tetapi Edward memalingkan wajahnya dan menepis tangan Naina hingga keripik itu terjatuh.

"Edward! Kenapa sih? Ayolah makan, Aku tidak enak selalu makan sendiri. Bahkan aku lihat kau ini minumpun tidak. Ada apa sebenarnya?" Naina membentak Edward seraya menatap Edward dengan tajam. Ia terlihat agak marah karena Edward menepiskan tangannya hingga keripik itu jatuh.

Wajah Edward menjadi semakin murung dan matanya berkaca-kaca. Mata biru itu berkabut membuat Naina menjadi menyesal karena telah membentak Edward. Apalagi ketika Edward kemudian berkata dengan nada memelas.

"Maafkan Aku, Naina. Aku sungguh menyesal tetapi Aku sungguh tidak bermaksud untuk menyinggungmu. Kelak Aku akan bercerita semuanya kepadamu. Saat ini tolong jangan paksa Aku untuk makan atau minum apapun." Edward berkata sambil mengusap matanya.

"Baiklah Edward, Aku tidak akan memaksamu lagi. Aku juga minta maaf telah membentakmu. Sungguh bagiku ini tidak bisa aku terima dengan akalku. Ada orang yang tidak pernah makan atau minum." Naina mengambil tangan Edward untuk memegangnya tetapi dengan halus Edward menyingkirkan tangan Naina dari tangannya.

Naina menghela nafasnya, Edward selalu menolak untuk dipegang tangannya. Padahal Naina sama sekali tidak berharap lebih karena toh, mereka masih sekolah dan Edward bukan suaminya yang bisa menyentuhnya, tetapi setidaknya Naina ingin kalau mereka menyebrang Edward memegang tangannya. Edward mengelus punggungnya kalau Ia bersedih. Edward sama sekali tidak melakukan itu.

Edward yang kalau berjalan juga menjaga jarak, Edward tak ubahnya teman yang seakan tidak memiliki hubungan apapun. Mereka hanya berjalan pulang bersama, mengerjakan PR bersama, mengobrol tentang banyak hal. Sesekali Edward mentraktir Naina makan baso, Nasi goreng, seblak atau membeli makanan ringan di minimarket tetapi dia sendiri tidak pernah makan atau minum.

Edward tidak mau dipegang karena Ia merasa tubuhnya terlalu dingin untuk disentuh Naina dan Naina tahu itu. Makanya Edward selalu mengenakan sweater ketika di luar kelas. Untungnya Edward tidak mengenakan sarung tangan.

Edward juga tidak pernah mau mengajak Naina ke rumahnya karena di rumahnya tidak ada siapa-siapa. Jadi kalau mereka mengerjakan PR selalu di perpustakaan atau di rumah Neneknya Naina. Edward tinggal hanya dengan pengasuhnya karena orang tuanya meninggal dunia. Katanya Edward juga pernah tinggal di Jakarta bersama pamannya tetapi kemudian karena sering sakit-sakitan maka Edward tinggal di kota yang terpencil dan sepi tetapi udaranya masih sejuk.

Naina juga sempat menyatakan keheranannya, Edward ini sangat dingin, dingin dalam arti yang sesungguhnya bukan lagi kata kiasan. Harusnya Ia lebih memilih tinggal di daerah yang panas seperti pantai misalnya, bukannya tinggal di Kota Banda yang sangat berkabut.

Kota Banda terletak didekat kaki gunung yang sangat dingin dan jarang ada sinar matahari. Kalaupun ada itu hanya sekitar jam 11 sampai jam satu siang karesa setelah jam satu maka kabut akan mulai muncul dan terkadang disertai gerimis. 

Wajah Edward yang tampan menutupi penampilan Edward yang seperti orang sakit dengan wajah pucatnya. Tetapi Edward terlalu tampan sehingga semua kekurangannya seakan tertutupi dan terampuni.

Ada banyak hal keanehan Edward yang membuat Naina terus berpikir tetapi kebaikan hati Edward membuat Naina juga menerima kekurangan Edward.

Ketika Naina sedang berbicara dengan Edward dari belakang ada seseorang yang berbisik kepada Naina. "Naina kau berhati-hatilah," bisik orang itu.

Naina menoleh ke belakang. Dilihatnya Eka salah satu temannya berbisik kepadanya.

"Apa?" tanya Naina.

"Kelihatannya Salwa sedang merencanakan sesuatu kepadamu. Kau harus waspada." Eka kembali berbisik tetapi Ia tidak mau menoleh ke belakang karena takut dicurigai oleh Salwa dan teman-temannya.

Naina yang kemudian menoleh ke belakang dan melihat ke arah Salwa dan teman-temannya yang duduk satu kursi yang kursinya itu berisi tiga orang.

"Kaku jangan menoleh ke belakang. Nanti Salwa mencurigaiku. Aku takut dia mengancamku nanti," larang Eka kepada Naina. Naina segera memalingkan mukanya kembali ke depan.

"Jangan takut Naina, Aku akan melindungimu," ucap Edward sambil tersenyum, tetapi Naina malah menaikan ujung bibirnya ke atas.

"Melindungi apanya? Kalau kemarin saja waktu aku mau dikeroyok kau malah meninggalkan kelas," cibir Naina dengan sebal. 


DICULIK PANGERAN VAMPIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang