Jiwa Vampir Edward

25 1 0
                                    

Edward langsung terbatuk-batuk kecil mendengar cibiran Naina yang begitu mengena hatinya. Eka juga ikut tertawa kecil, soalnya Ia tahu persis kejadiannya seperti apa? Ketika Edward berdiri dikiranya juga mau  menolong Naina tetapi ternyata malah ngeloyor pergi meninggalkan Naina.

"Itu karena kau kemarin sangat menyebalkan," elak Edward, Ia masih ingat ucapan Naina yang menggodanya.

"Kalau aku tidak menyebalkan maka kau tidak akan jatuh cinta kepadaku," Naina lagi-lagi membuat Edward menggelengkan kepalanya. Ia sungguh takjub dengan keberanian Naina. Mereka baru bertemu tetapi Naina begitu berani padahal Salwa saja yang mengenalnya sejak dari kelas X, belum pernah menyatakan cintanya terang-terangan. Salwa hanya mencoba mendekatinya dan menunjukkan perhatiannya walaupun itu semua Ia hiraukan. Edward tidak pernah tertarik kepada siapapun sampai Ia bertemu dengan Naina.

"Kau sungguh tidak tahu malu," umpat Edward perlahan, Ia lalu memalingkan mukanya ke arah luar jendela.

Ketika Edward  menoleh ke arah pepohonan yang berjejer disepanjang jalan yang Ia lewati, sekilas Edward melihat ada sekelebat bayangan hitam yang melayang dengan cepat dari satu pohon ke pohon lainnya seakan mengikuti bis yang mereka tumpangi.

Edward memicingkan matanya untuk memperjelas matanya, bayangan itu gerakannya sangat cepat dan Edward yakin kalau orang lain belum tentu bisa melihat bayangan itu. Edward sering melihat bayangan-bayangan seperti itu tetapi Ia tidak pernah berhasil mengejarnya. Sehingga sampai sekarang Ia tidak pernah tahu sebenarnya itu bayangan apa?

"Ada apa Edward?" tanya Naina sambil melirik ke arah Edward yang tampak seperti sedang melihat sesuatu karena matanya Edward yang tampak fokus menatap ke arah luar jendela bis. Demikian juga dengan posisi badannya yang tampak bersiaga. Sebagai orang yang pandai ilmu bela diri, Naina tahu kalau itu adalah fostur tubuh orang yang sedang tegang dan siaga.

Edward tentu saja menggelengkan kepalanya, Ia menoleh ke arah Naina yang sedang menatapnya dengan tajam. 

"Tidak apa-apa Naina," jawab Edward sambil merileks-kan tubuhnya agar terlihat santai.

"Tetapi kau seperti melihat sesuatu yang menegangkan," ucap Naina lagi seraya melihat ke arah luar jendela dan mencari-cari apa yang sebenarnya Edward lihat. Karena Naina terus menerus menatap keluar seakan ikut mencari maka Edward akhirnya berkata," Aku melihat bayangan hitam yang seakan ikut berlari bersama bis yang kita naiki," jelas Edward sambil menyadari kalau Naina ternyata memang orang yang keras kepala.

Mendengar jawaban Edward, Naina yang memang penakut terhadap hal-hal yang berbau ghaib langsung merinding bulu kuduknya.

"Beneran ? Apaan sih? Kho aku ga lihat apa-apa? Apa kamu cuma menakut-nakutiku?" kata Naina sambil memegang lengan Edward. Edward menghela nafas lega karena Naina memegang tangannya yang memakai sweater sehingga Ia tidak usah menghadapi pertanyaan Naina tentang tangannya yang dingin.

"Ga apa-apa mungkin itu cuma bayangan pohon aja," jawab Edward lagi menenangkan Naina. Lalu Ia bertanya lagi kepada Naina, "Kau takut hantu, Naina?" tanya Edward.

"Aku lebih baik berhadapan dengan begal daripada dengan hantu," jawab Naina sekenanya. Ia pernah pulang kemalamam dan motornya pernah diikuti para begal. Tetapi dengan berani Naina malah menghentikan motornya dan berkelahi dengan mereka. Naina yang ahli menggunakan senjata tongkat langsung menyambar sebatang  dahan pohon yang ada dipinggir jalan dan kemudian menggunakannya untuk menghajar para begal hingga semua lari kocar-kacir.

"Begal tentu saja lebih berbahaya daripada hantu karena hantu tidak akan membunuh seperti begal," Edward seperti sedang mengajarkan tentang sebuah keberanian terhadap hantu.

Tetapi Naina malah menyolot, "Tapi kita bisa melawan begal dengan kedua tangan kita, Nah kalau hantu, kita bisa mati karena ketakutan," ujar Naina membuat Edward kembali menjadi gelisah. 

"Apakah kau tahu tentang vampir, Naina?" tanya Edward tiba-tiba.

"Vampir? Vampir yang jalannya loncat-loncat sambil merentangkan tangannya ke depan?"tanya Naina sambil mengingat film vampir yang sering ditonton ayahnya dulu. Kata Ayahnya film vampir adalah kenangan dia di waktu muda.

"Itukan vampir yang ada di film China," kata Edward sambil merengut.

"Lah salah aku dimana? Aku kan tahunya itu, ayahku sering nonton film itu padahal aku tidak suka." Naina jadi teringat dengan ayahnya. Sedang apa ayahnya sekarang? Diam-diam Naina merindukan ayahnya. Tetapi Ia masih marah karena menurut Naina, ayahnya terlalu lemah untuk menjadi seorang laki-laki. Laki-laki kho diam saja ketika diselingkuhi? Kaya perempuan saja. Seandainya ayahnya tegas mungkin ibunya tidak akan berselingkuh. Naina lebih baik jadi orang miskin daripada kaya tetapi ibunya malah berselingkuh.

"Ini vampir yang mirip di cerita "Twilight", Cerita itu bahkan sudah difilmkan," jelas Edward sambil  menyebutkan judul novel tentang vampir yang bahkan entah mengapa namanya juga sama dengan tokoh utama di novel tersebut. Sialnya Naina tidak tahu tentang film itu. Maklum saja Naina lebih suka nonton film drama Korea atau drama China daripada film seperti itu.

"Aku tidak tahu, Aku tidak suka film yang bercerita tentang hantu," kata Naina lagi.

"Vampir bukan hantu Naina," terang Edward.

"Makhluk ghaib?" tanya Naina.

"Bukan juga?"

"Lalu apa?" Naina bertanya lagi seraya menatap Edward dengan pandangan tidak mengerti

"Mereka makhluk nyata tetapi memiliki beberapa perbedaan dengan manusia biasa," Edward menjelaskan dengan sabar.

"Aku tahu, mereka itu makhluk abadi yang suka meminum darah manusia. Dan suka menggigit leher manusia lalu manusia yang digigit lehernya akan ikut menjadi vampir. Begitukan?" Naina mengingat-ngingat cerita tentang vampir.

"Iya seperti itu," Edward senang Naina tahu tentang Vampir.

"Kenapa kau bertanya seperti itu? Itukan hanyalah dongeng, sekedar cerita orang-orang yang ga ada kerjaan," Naina menyenderkan kepalanya di bahu Edward. Edward terkejut dan menggeser duduknya membuar Naina mengomel.

"Cuma nyender doang, kamu kho takut amat," semprot Naina.

"Jangan Naina, tidak pantas dilihat orang," bisik Edward sambil kembali menggeser tubuhnya. Naina menjulurkan lidahnya, Ia lalu mengikat rambutnya yang tergerai menggunakan ikat rambut. Lehernya yang jenjang dan mulus itu langsung terlihat Edward.

Tubuh Edward seketika gemetar dan Edward tahu kalau gigi taringnya tiba-tiba memanjang diluar kendalinya. Rasa lapar seketika menyerangnya dengan hebat padahal Ia tadi sudah memuaskan dirinya meminum berbotol-botol darah yang disediakan pengasuhnya. Jiwa vampir Edward terpanggil melihat leher Naina.

"Tutupi lehermu Naina!" geram Edward seraya langsung menutupi wajahnya dengan tutup kepala sweater-nya. Jangan sampai ada satu orangpun yang melihat gigi taringnya memanjang dan matanya yang perlahan berubah warna dari biru menjadi merah.

"Kenapa? Aku gerah makanya aku mengikat rambutku," Naina menjawab seraya melihat ke arah depan. Ia sudah bosan duduk di dalam bis dan ingin segera sampai di tempat tujuan.

Edward beruntung Naina tidak melihat ke arahnya. Edward menyesal telah duduk sedekat ini dengan Naina. Ia berusaha menahan rasa dahaganya yang muncul karena melihat leher Naina.

"Aku lebih suka melihat kau menggerai rambutmu, Aku mohon Naina, lepas ikatan rambutmu," suara Edward sedikit gemetar. Ia sudah tidak tahan lagi hingga ingin berteriak dan meraung lalu menerkam Naina. Menancapkan taringnya di leher Naina dan menghisap darah dari leher Naina.


'

DICULIK PANGERAN VAMPIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang