Percaya kalau Kelvin adalah Manusia

21 3 1
                                    


"Aku senang karena kau tidak takut kepadaku. Sekarang maukah kau duduk sambil meminum teh dan makan kue-kue kecil atau mungkin kau mau makan malam? Karena aku yakin kau sangat lapar," ucap Kelvin dengan manis.

"Apakah kau seorang vampir?" tanya Naina dengan curiga. Kalau Edward adalah vampir maka sepupunya juga pasti vampir.

Kelvin menggelengkan kepalanya, "Aku manusia biasa, Naina. Edwardlah yang vampir bukan Aku."

"Benarkah? Bukankah kau sepupu dari Edward?" Naina masih bersiaga dan menatap Pangeran Kelvin dengan pandangan curiga.

"Ayolah kita duduk dulu dan bercerita sambil makan sesuatu." Kelvin mengulurkan tangannya dengan lembut ke arah Naina. Naina tampak ragu-ragu tetapi senyum Kelvin akhirnya meyakinkan Naina. Naina menyambut uluran tangan Kelvin. Ia seperti dihipnostis oleh senyuman  Kelvin. Bagaikan kerbau dicocok hidung Naina berjalan mengikuti Kelvin keluar ruangan.

Ini bukan rumah, ini adalah sebuah istana. Ada lorong-lorong yang dindingnya dipenuhi banyak lukisan zaman dulu, ada lilin-lilin yang terpasang dimana-mana. Kalaupun ada lampu, lampunya itu sangat temaram. Naina memegang tangan Kelvin karena takut terjatuh atau tersesat di lorong yang temaram itu. Ada banyak pertanyaan yang ada dalam benak Naina tetapi Naina terlalu takut. Jangankan untuk bicara, untuk bernafas juga Naina takut.

Ini seperti perjalanan yang sangat panjang tetapi mungkin ini hanyalah perasaan Naina saja. Hingga kemudian mereka sampai di ruangan yang sangat besar. Naina yakin kalau itu adalah ruangan makan. Ruangan itu hanya diterangi oleh lampu gantung yang sangat indah. Yang membuat Naina bingung. Lampu gantung itu bukanlah lampu yang menggunakan penerangan listrik tetapi lampu itu adalah lampu yang di dalamnya lilin yang apinya menyala berkerlap kerlip. Sebenarnya nyala lilin itu daya terangnya sangat kecil tetapi karena jumlahnya sangat banyak sehingga nyala lilin itu cukup untuk menerangi ruangan besar ini menjadi terang walaupun tidak seterang lampu  listrik.

Ada beberapa pelayan yang berdiri di samping meja itu dan ketika Naina muncul mereka tersenyum tetapi senyumnya itu seperti senyum-senyum makhluk tidak bernyawa. Senyum yang terlihat adalah senyum segaris tipis bukan senyum lebar yang ramah. Naina tidak dapat melihat dengan jelas ekspresi wajah mereka karena memang penerangan dari lilin itu temaram.

Naina benar-benar ketakutan tetapi kemudian Pangeran Kelvin memegang tangannya seakan menenangkannya. Akhirnya Naina mengalihkan perhatiannya ke arah meja makan. Di meja itu sudah ada hidangan yang penataannya mungkin  hanya bisa Naina lihat di film-film. Ada ayam besar di tengah-tengah. Naina belum pernah melihat ayam sebesar itu, mungkin itu bukan ayam biasa. Ada buah apel, kue pie, steak daging sapi dan banyak lagi makanan yang jenisnya baru pertama kali Naina lihat.

Ada minuman berwarna merah di gelas-gelas berkaki, Naina mengira itu anggur tetapi entahlah, mungkin juga sirop rasa straberry. Naina memang sangat lapar tetapi Ia merasa kurang berselera dengan suasana yang temaram. Lagipula Ia mengenakan gaun tidur. Ia tidak sempat berganti pakaian.

Tiba-tiba seorang wanita muda mungkin sebaya juga dengannya datang dari arah pintu. Naina menatapnya dengan penuh pesona. Wanita itu mengenakan gaun bagaikan gaun Cinderella. Berwarna biru langit. Gaun itu berenda warna biru tua dan saling bertumpuk melingkari pinggangnya sehingga gaun itu melebar dengan indahnya. 

"Hallo, apakah di sini sedang ada pesta?" katanya lagi dengan menggunakan bahasa Indonesia. Naina menjadi keheranan mengapa orang-orang asing ini bisa berbahasa Indonesia? Apakah mereka itu orang-orang yang bekerja di kedutaan Indonesia? dan dia sedang berada di mana sebenarnya>

'Ah... Putri Aurora, duduklah. Temani kami makan. Ini adalah Naina dari Indonesia," Kelvin tersenyum lebar.

Putri Auroramenekuk kakinya sedikit seraya memegang kedua tepi pakaiannya dan membungkukkan badannya. Naina hanya menganggukan kepalanya. Putri Aurora sangat cantik seperti boneka Barbie. Rambutnya kuning keemasan dan kulitnya sangat putih. Seperti Kelvin bibir Putri Aurora juga sangat merah, semerah darah.

"Inikah yang bernama Naina? Mengapa dia memakai gaun tidur, Kakak?" tanya Putri Aurora seraya mengerutkan keningnya.

"Kita tidak memiliki pakaian yang pas untuknya. Semua gaun yang ada tampaknya tidak pas di tubuh Naina yang mungil. Besok akan kita panggil Pak Rey dan kita minta dia untuk menjahitkan pakaian Naina." Lembut sekali suara Kelvin membuat Naina menjadi semakin terpikat.

"Terima kasih, tetapi sebaiknya tidak usah. Karena saya tidak akan lama di sini. Sebenarnya ini dimana? Saya harus pulang. Kakek dan Nenek saya takutnya akan mencari saya," ucap Naina sambil melihat ke sekeliling ruangan. Ini benar-benar sangat indah sekaligus menakutkan. Seandainya lampu yang dipasang itu bukan lilin maka ruangan ini pasti akan tampak lebih dan tidak terlalu menakutkan.

" Maaf Naina, tetapi kau tidak bisa kemana-mana sampai kami dapat membunuh Edward." Kelvin berkata membuat Naina terkejut.

"Ah... Kakak, kenapa kakak harus bercerita tentang itu dulu, Nainanya belum makan. Ia tentu sangat lapar. Ayolah kita makan dulu." Putri Aurora  mengambil gelas berkaki yang berisi cairan merah. Naina melotot melihat Putri Aurora meminum air berwarna merah di gelas itu. Apakah itu darah? Naina tidak tahan untuk diam maka Ia bertanya.

"Apakah yang kau minum itu darah?" tanya Naina ketakutan. Nyalinya menjadi ciut. Jangan-jangan mereka itu vampir tetapi mengapa mereka hendak membunuh Edward.

Putri Aurora tertawa seraya menggelengkan keplanya, "Kami bukan vampir, Naina seperti Edward. Kami tidak minum darah. Ini adalah anggur. Kami tahu kalau kau tidak boleh meminum alkohol sehingga kami memilihkan jus buah untukmu. Kau tidak usah takut. Kami semua manusia biasa. Benarkan Kak Kelvin?" Putri Aurora mengerling ke arah kakaknya.

Kelvin menganggukan kepalanya dan mengangkat gelas yang berisi cairan berwarna merah itu. Meminumnya dua kali teguk kemudian berkata," Benar Naina. Kami manusia biasa. Yang menjadi vampir itu adalah kekasihmu itu. Dia merupakan anak dari musuh kami yang berkhianat karena ingin menjadi raja.

Padahal yang menjadi raja itu seharusnya ayah kami dan bukan ayahnya Edward. Ayahnya Edward bersekutu dengan vampir dan menjadikan bayi yang baru dilahirkan itu menjadi vampir kemudian menyembunyikannya di Indonesia.

Kami sudah lama mencarinya dan baru-baru kemarin kami menemukannya. Edward akan kembali ke negara kami setelah umurnya di atas tujuh belas tahun. Dia sangat berbahaya Naina. Setelah berumur tujuh belas tahun tubuhnya akan memerlukan darah manusia untuk terus tumbuh dan berkembang. Semakin dewasa, vampir itu semakin haus darah. Ia akan membunuh siapa saja  untuk memenuhi kebutuhannya akan darah. Dan kau pasti akan dimangsanya. Jadi untuk itulah kami menyembunyikanmu seperti orang tua Edward menyembunyikan Edward di Indonesia.

Naina sungguh terbengong-bengong mendengar cerita aneh di telinganya. Naina ingin rasanya tidak percaya dengan kata-kata Kelvin tetapi kemudian Naina melihat bagaiman Kelvin dan Putri Aurora memotong daging steak dan memakannya sedikit demi sedikit. Naina langsung percaya kalau mereka manusia biasa dan Edward memang vampir. Edward tidak pernah makan dan minum apapun di hadapan Naina. 





DICULIK PANGERAN VAMPIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang