Bayangan Hitam yang Melintas

28 2 0
                                    


Edward semakin gelisah karena Naina menolak untuk melepas ikatan rambutnya. Taring Edward semakin memanjang dan nafasnya memburu dengan cepat. Rasa cintanya kepada Naina semakin membuat jiwa vampirnya bergejolak. Edward panik, Ia tidak ingin semua orang tahu kalau Ia adalah makhluk yang berbeda dengan teman-temannya. Edward adalah vampir yang hidup di tengah-tengah manusia biasa. Edward yang sangat ingin menolak kenyataannya ini tetapi tidak berdaya. Edward yang dia sendiri tidak tahu mengapa dia harus ada di dunia ini dan mengapa Ia hanya sendiri yang berbeda bahkan dengan pengasuhnya sekalipun.

Seingatnya Ia hidup dibesarkan oleh seorang pengasuh dan seorang tukang kebun sepasang suami istri. Seingatnya Ia bahkan tidak pernah pergi kemana-mana. Ia tidak pernah sekolah TK, SD dan SMP. Ia sekolah langsung SMA. Ijazah yang Ia miliki dari TK hingga SMP semua dikeluarkan dari sekolah internasional yang ada di Jakarta. Padahal kenyataannya Ia tidak pernah sekolah dimanapun kecuali di sekolah yang sekarang.

Pengasuhnya juga tidak banyak bercerita tentang apapun. Ia hanya mengatakan kalau kelak Edward akan tahu segalanya. Tidak ada foto atau identitas dia yang meyakinkan selain sebuah keterangan yang menyatakan kalau dia anak dari Negara Rumania yang dititipkan di Indonesia. Ia tahu nama orang tuanya dari identitas pribadinya dan Ia juga tahu kalau Ia lahir di Negara Rumania. Tetapi Ia tidak memiliki akses kemanapun untuk menelusuri jati dirinya.

Edward bahkan tidak pernah tahu darimana Ia memiliki pasokan darah yang selalu ada di dalam kulkas di rumahnya dimana pengasuhnya itu selalu menyediakan darah itu dalam keadaan hangat. Edward dulu berpikir kalau semua orang sama seperti dirinya hingga Ia sekolah di sekolah swasta. Ia baru tahu kalau manusia biasa makan makanan dan minum minuman yang beragam. Tidak ada satupun yang meminum darah seperti dirinya.

Edward juga tahu kalau dirinya sensitif terhadap sinar matahari yang sangat terik sehingga Ia lebih memilih untuk tidak berada di luar ruangan jika matahari sangat terik. Edward beruntung karena kota tempat tinggal dia sekarang adalah kota yang sangat dingin, curah hujan sangat tinggi dan sering berkabut. Edward juga kemudian tahu kalau Ia tidak memiliki detak jantung, denyut nadi dan hembusan nafas yang hangat. Edward tak ubahnya patung yang bernyawa. Edward tidak memerlukan oksigen untuk bernafas tetapi dia masih terlihat bernafas karena gerakan pernafasannya hanyalah gerakan biasa seperti gerakan tangan atau kaki bukan untuk mengambil oksigen dari udara.

Hari-hari Edward begitu kelabu karena keterasingannya tetapi setiap Ia ingin mati. Ia tidak pernah bisa melakukannya. Edward hanya tahu kalau sebentar lagi mungkin identitasnya akan terkuak karena bayangan yang sering Ia lihat selama ini semakin sering menampakkan diri. 

Selama ini Edward tidak pernah menginginkan darah manusia dengan menghisapnya langsung dari leher manusia. Bahkan Ia tidak tahu kalau Vampir melakukan itu. Ia mendapatkan darah dari kulkas yang selalu tersedia. Ia bahkan tidak tahu darah apa yang ada di dalam botol-botol itu. Yang pasti Ia meminumnya untuk meredakan rasa haus dan laparnya. Ia juga mendapatkan pasokan tenaga dari darah yang Ia minum. Terkadang di luar kesadarannya Edward pernah berburu seekor kijang, menancapkan taringnya dan meminum darahnya. Ia melakukan itu ketika dorongan hasratnya sebagai anak laki-laki normal muncul tiba-tiba saat di malam hari.

Edward tidak pernah menyukai dan mencintai siapapun sampai Ia bertemu Naina. Dinginnya hati Edward membuat Edward selama ini aman dan tidak pernah menunjukkan sifat vampirnya kepada orang lain. Tetapi saat ini Ia jatuh cinta kepada Naina dan ketika Naina memperlihatkan lehernya. Sebagai remaja laki-laki yang sedang puber maka hasratnya seketika terpanggil dan itu yang membuat  Edward menjadi ingin menghisap darah Naina. 

Edward gelisah, perasaannya semakin tidak karuan. Tubuhnya merespon keinginan Edward kepada Naina dengan sangat kuat. Tetapi Edward berusaha menahannya sekuat tenaga jangan sampai Ia menerkam Naina seperti Ia menerkam kijang lalu menghisap lehernya dan meminum darah Naina. Walaupun itu tidak akan sampai membunuh Naina tetapi tetap saja itu bukan tindakan yang dapat dilakukan di depan orang lain. Bisa-bisa Edward akan dibunuh beramai-ramai.

Tetapi kemudian bis berhenti mendadak di iringi jeritan kaget semua penumpang termasuk sopir. Perhatian Naina kepada Edward langsung teralihkan. Demikian juga dengan Edward. Ia ikut kaget ketika bis mendadak berhenti diringi jeritan kaget teman-temannya. Karena kaget hasratnya yang tadi muncul seketika menghilang dan itu membuat taringnya memendek dan matanya kembali berwarna biru. Edward sungguh sangat berterima kasih kepada pak sopir yang menghentikan bis-nya dengan tiba-tiba.

"Ada apa? Ada apa?" ramai suara anak-anak yang bertanya ada apa? termasuk dengan wali kelas mereka.

"Ada binatang melintas tiba-tiba dan itu membuat Saya jadi kaget. Untung saya cepat menginjak rem sehingga tidak jadi menabrak binatang itu." kata si sopir sambil menarik nafas lega. Ia menyuruh keneknya turun untuk memastikan tidak ada yang tertabrak olehnya. Si kenek turun dan melihat ke sekitar bis. Setelah dipastikan aman dan tidak ada apa-apa, si kenek naik kembali dan berkata, "Tidak ada apa-apa semua aman. Ayo kita  lanjutkan!" kata si kenek sambil mengacung tangannya.

Si sopir kembali menginjak gas dan melanjutkan perjalanan tetapi anak-anak masih penasaran, "Memangnya binatang apa ya?" tanya Beni dengan raut muka ingin tahu.

"Entahlah, seperti babi hutan tetapi gerakannya sangat cepat. Rasanya mustahil itu babi hutan." jawab si sopir sambil semakin waspada. Apalagi perjalannya semakin mendekati hutan-hutan pinus dan perkebunan.

"Mungkinkah itu binatang Anjing?" tanya Eka yang duduk disamping Mia. Si sopir juga menggelengkan kepalanya.

"Rasanya itu juga bukan karena jika Anjing mungkin akan menggonggong dan tidak langsung menghilang ke dalam hutan," jawab si sopir lagi.

"Ih aku takut..." Mia memegang tangan Eka.

Naina menoleh ke arah Edward yang sudah kembali seperti semula. Matanya biru dan giginya normal.

"Edward, apakah kau melihatnya juga?" tanya Naina.

"Apa?" Edward balik bertanya dengan tak henti-hentinya bersyukur karena hasratnya kepada Naina sudah menghilang. Edward juga berusaha tidak menatap leher Naina.

"Binatang yang tadi melintas," ujar Naina ikut penasaran seperti Beni.

"Sopir saja tidak bisa melihat apalagi Aku? Kitakan duduknya di barisan ketiga," elak Edward.

"Atau mungkinkah binatang itu bayangan yang sedang kau lihat?" Naina yang pintar langsung menarik kesimpulan. Edward dan langsung terdiam kaku mendengar perkataan Naina.

Sesungguhnya Ia juga curiga kalau bayangan yang melintas di depan bis itu adalah bayangan yang sering Ia lihat. Tetapi tentu saja Ia tidak ingin Naina mengetahuinya karena walau bagaimanapun Edward sangat berterima kasih kepada bayangan itu. Karena bayangan itu membuat Bis berhenti mendadak dan itu membuat Edward kehilangan hasratnya kepada Naina.

Edward mengangkat bahunya, "Entahlah, Aku juga tidak tahu. Tetapi yang penting sekarang kita semua aman dan selamat," jawab Edward sambil memejamkan matanya dan pura-pura tertidur.

DICULIK PANGERAN VAMPIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang