Ciuman yang Menjijikkan

22 1 0
                                    


Hari ini tidak ada pembelajaran, sekolah sedang berkabung. Semua siswa diizinkan untuk mengantarkan Salwa ke tempat peristirahatan terakhir. Suara tangisan, celoteh  para siswa menyertai pemakaman Salwa. Hampir semua siswa wanita menangis karena sedih. Tidak ada yang mengingat bagaimana menyebalkannya Salwa di sekolah sewaktu dia hidup. Yang mereka ingat adalah kejadian yang tragis.

Peristiwa kematian Salwa memang tidak wajar tetapi orang tua Salwa menolak Salwa diotopsi. Lagipula di Kota Banda tidak ada rumah sakit besar. Kota Banda hanya sebuah kecamatan kecil sehingga kalau jenazah Salwa diotopsi maka  jenazah Salwa harus di bawa ke rumah sakit besar yang letaknya di kabupaten. Orang tua Salwa ingin jenazah Salwa langsung dimakamkan. 

Polisi sendiri tidak bisa menuduh kalau Salwa dibunuh. Karena ketika polisi pertama kali memeriksa jenazah itu. Salwa seperti dimangsa binatang buas. Lehernya robek seperti digigit oleh taring yang sangat tajam. Robekan itu mengakibatkan Salwa kehilangan banyak darah. Yang membuat polisi bingung adalah secara logika jika Salwa meninggal karena binatang buas seharusnya ada bagian tubuhnya yang hilang dimakan oleh binatang tersebut. Karena tidak ada binatang yang membunuh karena iseng.

Binatang membunuh hanya dengan dua alasan, yang pertama karena memang dirinya terancam dan kedua karena mereka memang ingin makan atau lapar.  Tempat tinggal Salwa ada tengah  kota Banda dan bukan di pelosok desa. Tetapi Salwa ditemukan meninggal di tepi hutan dekat dengan desa Naina. Untuk apa Salwa yang keadaannya masih sakit karena jatuh ke bawah tebing harus memaksakan diri pergi ke tepi hutan desa.

Yang membuat polisi kebingungan juga, secara logika jika leher Salwa robek begitu besar tentu banyak darah yang berceceran tetapi tubuh Salwa kering tanpa ada ceceran darah sedikitpun. Tubuh Salwa tidak berdarah seakan darah itu terkuras habis. Jadi baik binatang buas maupun manusia, keduanya bukanlah makhluk yang dicurigai membunuh Salwa.

Luka di leher Salwa jelas tidak akan bisa dilakukan oleh manusia,  robekan itu jelas seperti robekan oleh gigi binatang buas. Gigi manusia tidak akan bisa merobek seperti itu. Robekan itu seperti dilakukan oleh seekor harimau atau srigala. Masalahnya adalah ini hutan di daerah Jawa Barat bukanlah habitat dari srigala. Tidak pernah ada srigala di hutan tropis Indonesia apalagi hutan di pulau Jawa yang sudah banyak terjamah oleh manusia. Jangankan srigala, harimau jawa saja sudah tidak ada di daerah ini. Kalaupun ada yang paling memungkinkan adalah gigitan anjing.

Tetapi Anjing tidak memangsa manusia, lagipula anjing di tempat tinggal mereka adalah anjing domestik alias anjing peliharaan yang makannya diberikan oleh manusia yang memelihara mereka. JIka tidak diganggu jelas tidak akan menyerang manusia. Kalaupun menyerang anjing-anjing itu tidak akan menghabiskan darah Salwa sampai kering. 

Berita yang beredar adalah Salwa pasti terkena guna-guna atau Salwa mati karena di bunuh hantu penunggu hutan. Tapi apa ada orang yang mati dimangsa hantu? Sungguh memusingkan kepolisian. Sehingga ketika orang tua Salwa meminta polisi untuk tidak memperpanjang kasus ini maka polisi menurut saja. Orang tua Salwa menganggap ini suatu kecelakaan.

***

"Naina, tunggu!" Edward berteriak mengejar Naina yang berjalan dengan cepat. Tetapi Naina malah berlari dengan cepat. Ia sangat ketakutan mendengar Edward mengejarnya. Sekarang Ia percaya kalau Ia tidak berhalusinasi. Sudah jelas kalau Edward adalah vampir dan Ia sudah membunuh Salwa dengan kejam. Naina sangat ingin berteriak di depan orang tua Salwa yang sedang bersedih dan di depan polisi yang sedang kebingungan kalau yang membunuh Salwa itu pasti Edward dan bukannya binatang buas.

Edward hampir putus asa mengejar Naina yang berlari sangat cepat sehingga kemudian dengan sangat terpaksa Edward menggunakan kekuatan supernya. Dengan menggunakan kekuatan super, Edward sudah berada di depan Naina. Edward mencekal tangan Naina tetapi Naina bukannya berhenti, Ia malah berteriak-teriak histeris hingga akhirnya Edward kemudian terpaksa mencium Naina untuk menenangkan Naina.

Naina seketika terbungkam. Ia tidak pernah dicium sebelumnya. Sungguh ini rasanya sangat aneh tetapi menyenangkan. Edward melepaskan ciumannya setelah melihat Naina tenang.

"Aku tidak membunuh Salwa. Aku bukan vampir jahat. Aku hanya meminum darah binatang yang dimasukan ke dalam botol oleh pamanku. Aku tidak pernah meminum darah manusia." Edward memberikan penjelasan. Tetapi mendengar jawaban dari Edward, Naina langsung muntah dengan hebat membuat Edward menjadi heran.

"Kenapa kau ini, Naina?" Edward memijat tekuk Naina. "Apa kau masuk angin?" tanya Edward lagi dengan cemas.

"Aku bukan masuk angin tetapi jijik karena dicium olehmu." Naina mengusap mulutnya yang basah oleh air liurnya. Ia muntah sangat hebat hingga isi perutnya keluar semua. Sesaat Naina lupa kalau Edward adalah vampir.

"Jijik olehku? Apakah mulutku bau?" Edward mengangkat alisnya. Kemudian ia menghembuskan nafas di depan tangannya. Ada hembusan udara dingin yang keluar dari sana tetapi tidak tercium bau apapun.

"Bukan mulutmu yang bau. Tetapi karena mulutmu pasti bekas meminum darah, Iih... menjijikkan. Mengapa ada makhluk yang mengerikan seperti dirimu. Menyingkirlah dari hadapanku atau aku akan berteriak ke semua orang kalau kau adalah vampir, makhluk haus darah." Naina mendorong dada Edward.

"Apa kau tega melakukan itu Naina?" tanya Edward dengan mata berkaca-kaca.

"Jangan playing victim kamu, Aku tidak tahu seberapa jahat kau? Aku yakin kalau yang membunuh Salwa adalah kau.  Jangan-jangan setelah Kau membunuh Salwa lalu kau akan memangsaku juga. Oh Tuhan... kau sungguh menakutkan. Jadi Tuan Vampir tolong lepaskan Aku," Naina menangkupkan kedua tangannya di dada dia dan memohon agar Edward melepaskan Naina.

"Naina tolong, percayalah kepadaku. Aku tidak pernah membunuh manusia, Aku hanya membunuh hewan kecil seperti kancil..."

"Kancil katamu? Hewan lucu itu, kau bunuh?" Naina semakin meradang mendengarnya.

"Tapi itu bukan karena keinginanku. Itu naluriku sebagai manusia vampir. Ini seperti kau menginginkan makan makanan kesukaanmu seperti baso misalnya." Edward memberikan pembelaan.

"Ah.. sudahlah. Aku tidak mau lagi berbicara denganmu. Aku masih sayang dengan nyawaku. Mulai besok, Aku tidak mau lagi duduk denganmu, berjalan bersamamu bahkan berbicara denganmu. Menyingkirlah dari kehidupanku selamanya. Kau dengar itu Tuan Vampir? Selamanya kita tidak akan berhubungan lagi," Naina melotot. Edward menatap dengan matanya yang biru.

Sesaat Naina seperti melihat muka kelinci yang sedang bersedih. Matanya yang biru itu berkaca-kaca.

"Aku tidak akan tergoda oleh matamu yang biru itu. Mata itu kemarin menjadi merah dan itu sangat menakutkan.  Tuan Vampir, pergillah, tinggalkan aku sendiri." Naina membuang muka lalu berjalan meninggalkan Edward. Edward hanya menunduk dengan sedih. Tetapi kemudian Edward terperanjat ketika Ia mendengar teriakan Naina.

"Aakh... Edawrd, Tolong!" Suara Naina terdengar menggema di tepi hutan. Edward langsung melihat ke depan dan Ia melihat bayangan hitam berkelebat memegang pinggang Naina dan membawanya. Gerakan bayangan itu sangat cepat berkelebat dan masuk ke dalam hutan.

"Naina...!" Edward berteriak memanggil Naina sambil meloncat mengejar bayangan itu masuk ke dalam hutan.

DICULIK PANGERAN VAMPIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang