PROLOGUE

47.8K 1.8K 3
                                    

Pagi-pagi buta, hujan badai mengguyur sebuah kota, semua orang tertidur dengan nyenyak, karena memang suasananya sangat cocok untuk tidur.

Namun tidak dengan seorang wanita yang saat ini tengah menjerit, suaranya bersahutan dengan suara guntur diluar.

Wanita itu saat ini tengah berjuang antara hidup, dan mati untuk melahirkan anak keduanya.

Sementara itu, seorang pria berusia tiga puluh tahun kini hanya bisa berdoa untuk keselamatan istri, dan calon anaknya, sambil memangku seorang anak laki-laki yang berusia lima tahun.

"Daddy?"

"Ya sayang?" Sahutnya pada sang putra.

"Kira-kira, adeknya nanti laki-laki atau perempuan yah?" Tanya anak itu dengan tatapan polosnya, membuat sang ayah tersenyum.

"Mau itu laki-laki atau perempuan, kita harus bersyukur," ucapnya sambil mengusap lembut rambut hitam putra sulungnya.

Beberapa saat kemudian, pintu ruang bersalin terbuka, terlihatlah seorang suster yang tengah menggendong bayi kecil yang masih berbalut dengan kain kecil, dan masih ada bercak-bercak darah di tubuh sang bayi.

"Pak?" Panggil seorang dokter, pada pria yang saat ini masih belum mengalihkan pandangannya dari seorang suster yang membawa anaknya tadi.

"Iya, dok? Bagaimana dengan keadaan istri dan anak saya?" Tanya pria itu kepada sang dokter.

"Sebelum itu, saya mengucapkan selamat kepada bapak, anak bapak laki-laki dan terlahir dengan keadaan sehat, tanpa kurang suatu apapun. Dan sekarang tengah dibersihkan oleh suster, sedangkan istri anda saat ini sedang beristirahat, dan sebentar lagi akan di pindahkan ke ruang rawat," ucap sang dokter sambil tersenyum.

"Boleh saya lihat istri saya dokter?" Dokter pun langsung mengangguk. Mendapatkan jawaban dari sang dokter, dia pun segera masuk ke dalam ruang bersalin, sambil menggendong putra sulungnya.

"Sayang?" Terdengar suara serak, dari seorang wanita yang berusia dua puluh sembilan tahun, memanggil suaminya.

Sang suami pun tersenyum hangat sambil mengecup dahi sang istri. "Kamu hebat," bisiknya.

"Dimana anak kita?"

"Adek disini Mom!''

Pasutri itu segera tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala mereka sambil menatap putra mereka.

"Bukan kamu, tapi adik kamu. Dan mulai sekarang, jangan sebut lagi diri kamu dengan sebutan adek," ucap sang ayah, membuat anak itu memicingkan kepalanya.

"Lah, kenapa memangnya Dad?"

"Kamu kan sekarang sudah menjadi seorang kakak, jadi jangan sebut diri kamu dengan sebutan adek lagi, ya?" Sang putra pun tersenyum, menanggapi omongan Ayahnya itu.

"Baik Daddy!"

Disisi Lain_

Seorang suster yang ditugaskan untuk memandikan bayi pasutri tadi, kini tengah berjalan melewati koridor yang sepih dan gelap, karena waktu masih menunjukkan pukul 05:08 pagi, sambil menggendong seorang bayi laki-laki.

Dia baru saja membersihkan tubuh bayi itu, dan sekarang dia tengah menggendongnya untuk membawa bayi itu kepada kedua orangtuanya.

"Uwah... Lihatlah dia, lucu dan tampan sekali. Sama seperti ayah, dan ibunya yang tampan dan cantik," puji sang suter, sambil memandang gemas wajah sang bayi yang sedang tertidur dipelukan nya.

Suter itu terus saja tersenyum memandangi sang bayi, hingga tanpa dia sadari bahwa saat itu dibelakangnya ada dua orang yang sedang memakai sebuah topeng di kepala mereka.

Bugh!

"Argh!"

Pekik sang suster, kala merasa punggungnya di pukul dengan keras, hingga bayi yang digendongnya tadi kini terlepas, dan di tanggap oleh salah seorang dari penjahat itu.

"Si... Siapa kalian? Apa yang kalian lakukan? Kembalikan bayi itu!" Sang suster mencoba untuk merebut sang bayi dari penculik, namun usahanya tidak berhasil.

"Hahaha... Katakan kepada kedua orang tua bayi ini, mereka tidak akan pernah menemukan bayi mereka ini. Silahkan carilah sekuat tenaga, karena mereka tidak akan pernah bisa menemukannya!" Setelah mengucapkan kalimat itu, mereka berdua pun kabur.

Sang suster tentu saja tidak membiarkan mereka berdua kabur begitu saja. Dia mengejar mereka dengan sekuat tenaga, walaupun pada akhirnya dia tetap kalah.

Selain mereka larinya lebih cepat darinya, punggungnya yang sepertinya sedang patah tulang itu juga terasa amat sakit, hingga membuat dia putar haluan dan segera berlari untuk menemui orang tua sang bayi. Bertahap, bahwa mereka bisa menemukan bayi itu.

Brakk!

Ketiga orang yang berada di ruang rawat itu seketika terlonjak kaget, saat seseorang membuka pintu ruangan itu dengan kasar.

Terlihatlah seorang suster dengan pakaiannya yang sudah kusut, sambil bernafas dengan tersengal-sengal.

"Pak... Buk... Ba... bayi... Bayi kalian... Di... Di culik!" Ucap sang suster dengan terbata-bata.

Degh!

Sepasang suami istri itu melebarkan mata mereka tidak percaya dengan apa yang telah dikatakan oleh sang suster.

"Apa?! Ba... Bayi saya diculik?! Kenapa bisa?! Kenapa kau tidak bisa menjaganya dengan baik?!" Teriak pria itu, dengan kemarahannya yang meledak-ledak.

"Ma... Maaf pak, ta... Tapi saya sudah berusaha untuk menghentikan mereka, ta... Tapi saya tid... Tidak bisa pak," sahut sang suster, membuatnya langsung mengerang marah.

"Bastard!! Siapa yang berani-beraninya menculik putra ku!!" Teriak nya dengan penuh kemarahan, membuat putranya ketakutan dan secara reflek memeluk lengan ibunya yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit.

"Sayang, tenanglah... Daripada kau marah-marah begini, sebaiknya kau telepon polisi, dan hubungi para bawahan mu untuk mencari putra kita," nada yang di lontarkan oleh sang istri memang sangat tenang.

Namun, dialah yang paling terluka disini.
Memangnya ada waktu untuknya panik, dan menangis tersedu-sedu di saat suaminya sedang marah begini?

Sang suami membuang nafasnya dengan kasar, mencoba untuk menetralkan emosinya.

Dia segera menghubungi para bawahannya untuk mencari putra mereka yang diculik, setelah itu dia segera berjalan ke arah istrinya yang saat ini sudah terduduk diatas brankarnya.

Dia memeluk tubuh yang walaupun terlihat kuat, tapi rapuh itu dengan hati-hati dan lembut.

"Aku akan pergi untuk mencari anak kita, aku janji aku akan kembali, dan menemukannya hari ini juga."

Setelah mengatakan hal itu, sang suami segera pergi darisana untuk ikut mencari putranya yang hilang. Saat ini masih terlalu pagi untuk datang melapor ke kantor polisi.

Melihat ayahnya telah pergi, sang anak kini menatap ibunya dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

"Mom, apakah adek hilang?" Tanyanya dengan lirih.

Sang ibu pun segera mengangkat putranya itu ke pangkuannya, dan memeluk erat sang putra.

"Sst... Anak Mommy jangan khawatir yah, adek pasti ketemu kok," ucapnya dengan lirih, sambil mengelus lembut punggung sang putra.

Ruangan itu kini dipenuhi dengan Isak tangis anak itu, sedangkan sang ibu yang memeluknya hanya bisa menangis dalam diam, tanpa mengeluarkan sedikitpun isakkan nya.

Bagaimana anaknya bisa kuat, jika dia juga terlihat lemah?

"Adek akan kembali lagi kan Mom? Adek akan baik-baik aja kan?"

"Sayang dengerin Mommy yah! Daddy udah suruh semua orang suruhan Daddy yang banyak itu buat cari adek. Adek pasti ketemu kok."

'Asher sayang, cepat kembali yah nak! Mommy belum sempat peluk adek loh! Mommy belum cium adek, gendong adek, dan nyanyiin lagu buat adek. Mommy janji akan jadi ibu yang baik buat Asher, asalkan Asher balik yah! Mommy sayang Asher.'

ETHELWYN Is Missing (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang