1

7.9K 330 0
                                    

Tatapan kosong pagi itu membuat shani hanya diam pada tempatnya, dia tak berkutip sama sekali pandangannya lurus menghadap jendela yang terbuka, tertiup angin kencang pagi itu. Menjadi kebiasaan shani yang terus berdiam diri untuk waktu yang lama setiap pagi, bukan tanpa alasan, pikiran shani selalu kacau setiap membuka mata dipagi hari, shani selalu bermimpi buruk akhir akhir ini, tepatnya hampir 4 bulan ini mimpinya tak pernah berhenti datang menghantui setiap malam yang ia jalani. Shani Memandangi silaunya matahari yang mengarah langsung pada wajah cantiknya.

Suara langkah kaki dari luar pintunya mulai terdengar, hentakan kaki lebih tepatnya. Seperti orang yang sedang marah. Benar saja! Dia chika, adik perempuan shani satu satunya, Berlari menuju shani yang masih melamun.

"CI SHANI" rengek chika yang langsung saja memeluk shani yang masih berantakan dikasurnya.
"Tolong anter aku hari ini, aku gamau sama mama"

Shani menatap adiknya itu dengan senyuman, setidaknya pikirannya sudah tidak kacau seperti tadi.

"Kamu udah siap emangnya?"

Tanya shani yang langsung saja memeluk balik adik kecilnya itu, dengan tatapan manisnya shani lalu mengelus halus kepala chika.

"Jam 8 kan masuknya? Ini baru setengah 7. Kamu siapa siap aja, nanti cici turun ke bawah"

Chika berlari keluar kamar shani dengan gembira dia berteriak bahagia untuk memberitau itu pada mamanya, tante ve. Shani menuruni kasurnya perlahan langkah kakinya berjalan menuju kamar kecil yang terletak disudut kamar.

Rambutnya benar benar berantakan, tatapan lusuh shani masih terlihat dicermin. "Berantakan banget, kalau tidur sejelek itu ternyata" ucapnya.
Tak lama berselang dia kembali berada didepan lemarinya usai membersihkan diri, shani selalu rapih setiap kali ingin mengantar adiknya itu kesekolahnya. Chika tipikal orang yang manja namun gengsi, hanya sesekali saja dia mau diantar oleh shani jika ada masalah dengan mama alias tante ve.

"Chika, cici udah siap. Kamu udah belum?" Teriak shani yang menuruni tangga sambil mengecek isi didalam tas selempangnya.

"Udah nih ci"

Chika berdiri didepannya menampilkan tampilan rapih, aromanya sangat harum, baunya tercium membuat shani langsung mendekatkan tubuhnya pada chika "kamu make parfum aku yang mana lagi?" Ucapan shani itu membuat chika terkekeh dia lalu bertingkah tidak karuan membuat shani tertawa melihat gayanya

"Anu, yang jasmine flower"

Shani menggeleng gelengkan kepalanya, menghela nafas panjang dan wajahnya terlihat pasrah dengan tingkah adiknya itu

"Pulang pokoknya harus sama mama, temenin mama belanja!"

Teriakan lain terdengar saat mereka berdua melangkahkan kaki keluar dari rumah. Membuat wajah chika seketika kesal mendengarnya, chika tidak diantar oleh mamanya karna dia kesal harus ditemani untuk berbelanja dipasar, chika membenci hal itu makannya dia meminta shani untuk mengantarnya. "Dengerin mama tuh, nanti mama ngambek chika" ucap shani lalu menyenggol pundak adiknya itu.

"Gamau aku, males tau. Mama nyuruh ke pasar, aku gasuka ke pasar ci, kenapa ga cici aja coba. Aku mulu heran" kesal chika

"Biar kamu bisa terbiasa sama urusan rumah, kamu udah sma chika, harus bisa belajar kayak gitu"

Chika makin kesal dengan ucapan yang dilontarkan untuknya dia lalu berjalan menghentakkan kakinya menaiki mobil diikuti oleh shani yang tertawa kecil melihat tingkah keluarganya itu.

Keluarga mereka memang harmonis, tante ve selalu mendukung keputusan anak anaknya. Sedangkan papa? Sudah meninggal lebih dulu, tapi itu tidak membuat kegembiraan dalam keluarga mereka hilang, mereka masih tertawa bahkan kadang bercanda soal papa, Masih sering juga mendatangi makam papa dan sebagainya. Sekarang shani menjadi tulang punggung keluarga, tante ve pekerja keras begitupun dengan shani. Tante ve yang sibuk mengurus segala hal tentang perkue an, sedangkan shani sibuk mengurusi perusahaan papa yang harus dia teruskan. Keluarga mereka juga terpandang makannya shani selalu harus terlihat rapih dimanapun itu.

"Yakin nanti pulang gamau nemenin mama?" Tanya shani melihat chika sibuk bermain ponsel sambil memalingkan wajahnya pada shani karna kesal.

"Gamau cici, aku gamau ikut mama"

"Sekali aja, nanti cici traktir makan ditempat yang kamu mau, sekali aja buat mama chika. Jarang jarang loh nanti kita ada waktu buat mama"

Ucapan shani itu membuat chika menaruh ponselnya, dia lalu memikirkan kembali ucapan shani dengan matang dikepalanya "bener juga, kapan lagi nemenin mama" Gumam chika. Dia memutar badannya melihat kearah shani yang sedang menyetir "aku mau ci, buat mama doang" ucap chika lalu kembali duduk menghadap kedepan. Shani tersenyum dia lalu memegang tangan chika karna bangga pada adiknya itu.

Tak lama berselang mobil shani berhenti tepat didepan gerbang sekolah chika, Chika merapikan dirinya bergegas turun dari mobil.

"Aku sekolah dulu, janjinya jangan lupa!"tegas chika.

"iya iya, sekolah aja dulu janjinya nanti ditepati"

Chika melambaikan tangannya diluar mobil begitupun dengan shani yang juga melambaikan tangannya sebentar. Chika lalu berlari masuk kedalam, diikuti dengan shani yang memacu mobilnya dengan cepat.

Shani tiba disebuah perpustakan dipinggir kota, dia turun dari mobilnya dan langsung saja masuk melangkahkan kakinya kedalam, suasana sejuk dan tenang, itu yang shani sukai. Dia lalu berjalan menelusuri lorong lorong dan rak rak didalam perpustakan, memperhatikan disekitar yang cukup sepi dan tidak banyak yang datang hari itu

"Sepi juga, biasanya rame"

Shani terhenti pada sebuah buku yang menurutnya menarik "Letter" judulnya terletak sangat besar disampul, gambar pada sampulnya juga menarik. Dia lalu mengambilnya, namun tak langsung duduk untuk membaca, masih berputar putar, langkah kakinya terhenti saat melihat seseorang disebuah lorong yang hendak mengambil sebuah buku namun tak bisa karna menggunakan kursi roda, shani menghampiri perempuan itu dengan segera

"Mau ambil yang mana? Biar diambilkan" tawarnya sambil menatap kearah perempuan itu, tatapan shani terkagum kagum melihatnya, sangat cantik dan mempesona, membuatnya terpana untuk beberapa detik.

"Jadi mau ambil yang mana?" Tanyanya lagi

Perempuan itu menunjuk kearah buku bersampul putih bersih "yang itu,sampulnya putih" buku yang bersampul putih sendiri itu memang terlihat sangat menarik saat shani mengambilnya namun keinginannya untuk membaca buku itu sangat sedikit "sampul bagus, cerita didalamnya gimana ya" Gumamnya. Shani bergegas memberikan bukunya pada perempuan yang ia tolong. Lalu shani pergi begitu saja ketika melihat jam ditangannya sudah menunjukkan pukul setengah 9 pagi.

Shani berjalan meninggalkan perempuan itu sendiri. Dia juga meninggalkan buku yang ingin dibacanya.

"Baru mau berterima kasih, sudah pergi" ucap perempuan itu sambil menatap buku shani yang tertinggal didirinya.

Last Letter (GreShan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang