Shani bersiap siap untuk pergi lagi berjalan jalan bersama gracia, tubuhnya ia tepatkan didepan cermin full body, melihat apakah pakaian yang ia kenakan sudah cocok atau belum, shani kebingungan dengan apa yang harus dia gunakan, dia lalu mengambil ponselnya untuk memberi pesan pada gracia.
Usai mengetahui pakaian yang akan dikenakan oleh gracia, shani bergegas kembali mengganti bajunya.
●
Jalanan dikota jogja ramai, mobil berlalu lalang, bus terlihat dimana mana, orang orang berjalan menikmati hari mereka masing masing, ada yang sendiri ada yang berpasangan dan juga bersama keluarga mereka.
Shani dan gracia memutari beberapa daerah yang belum gracia kunjungi mereka menaiki bus untuk sampai ditempat yang dituju. Cuaca mendukung hari itu, tidak terlalu panas dan cukup adem, membuat keduanya menikmati hari.
"Kamu mau makan dulu ga ge?" Tanya shani
Gracia mengangguk "boleh, tapi dimana?"
Shani menunjuk salah satu restoran seafood yang tak jauh dari jarak mereka, gracia benar benar excited dia berjalan dengan semangat, tangannya tergenggam pada tangan shani, mereka berdua benar benar saling melengkapi, tiba tiba saja gracia terhenti, matanya berkedip beberapa kali, gracia memegangi kepalanya sejenak, membuat shani khawatir dan ikut menghentikan langkahnya.
"Kamu kenapa? Ada yang salah?" Tanya shani khawatir.
Pandangan gracia tampak kabur, kepalanya sedikit pusing, itu tiba tiba saja, padahal tadi terasa baik baik saja, shani dengan khawatir menanyai kondisi gracia yang masih memegangi kepalanya.
"Ge kamu kenapa? Kepala kamu sakit, pusing kah?"
Gracia masih tak merespon dia lalu berdiri tegak mengedipkan matanya sebanyak 3 kali, baru setelah itu tatapannya kembali jernih, dia menatap shani yang khawatir dengan wajah bingung gracia menatap kesana kemari mencoba mengetes penglihatannya, kepalanya juga rasanya sudah tidak sepusing yang dia rasakan.
"Aku gapapa, jadi kita makannya?, aku laperr"
"Kamu gapapa beneran? Aku takut kamu kenapa kenapa ge"
"Gak, pusing dikit, aku laper shan, aku mau makan"
Shani tersenyum dia lalu menarik tangan gracia menuju restoran seafood yang dimaksudnya tadi.
●
Cuaca mulai mendung, shani dan gracia baru tiba dikomplek sore hari, shani memilih untuk menemani gracia sebentar karna takut jikalau saja gracia kembali mengalami pusing kepala tiba tiba secara mendadak seperti tadi.
Shani duduk disofa ruang tamu sementara gracia mengambil air putih didapur, pandangannya kembali buram, kepalanya benar benar terasa pusing, bahkan gelas ditangannya terjatuh membuat shani berlari menghampirinya
"Kamu kenapa sih ge? Ada apa?" Tanya shani bingung dia lalu menjauhkan tubuh gracia dari pecahan gelas kaca didepan mereka.
"Kamu duduk dulu, aku bersihin pecahannya, jangan kemana mana, pokoknya duduk aja" pinta shani
Shani membereskan pecahan itu dengan telaten, usai membersihkannya, dia lalu menghampiri gracia yang terduduk dikursi meja makan masih dalam keadaan kepalanya terasa pusing pandangannya kadang buram, bahkan saat berdiri pun gracia hampor terjatuh.
Shani menopang tubuh gracia, kakinya lemas, kepalanya pusing, pandangannya buram. Gracia bahkan memegangi pundak shani hanya untuk berdiri dan menstabilkan tubuhnya.
"Kamu sakit? Kenapa ga bilang?" Ucap shani yang langsung memegangi jidat gracia yang juga tidak panas, membuat shani kebingungan, namun hal itu malah diwajarkan begitu saja oleh gracia.
"Gapapa, paling sakit kepala biasa, udah 5 hari belakangan emang gini, nanti juga sembuh, aku tinggal beli obat aja di apotek" ucap gracia, pandangannya sedikit kembali jernih, dia lalu menatap shani.
"Gapapa gimana? Kamu aja gabisa imbangi badan kamu pas mau berdiri"
Gracia tersenyum "udah gapapa shan, aku mau istirahat aja sekarang, kamu bisa pulang"
Shani menolak dengan tegas dia lalu menggendong tubuh gracia menuju kamar membuat gracia kaget karna tubuhnya tiba tiba digendong oleh shani.
"Shan, aku berat, turunin!" Tegas gracia.
Namun shani hanya tertawa, dia tetap tak mau melepas gracia. Bahkan sampai memasuki kamar shani masih menggendongnya hingga membaringkan tubuh gracia di kasur.
"Kalau ada apa apa, panggil aku aja, bilang ke aku"pinta shani.
"Aku bisa sendiri"
"Dengerin pacar kamu gracia, jangan ngebantah"
"Tapi aku bukan anak kecil lagi shani"
"Dimata aku masih sayang"
Shani lalu duduk disofa yang terletak disamping kasur, memainkan ponselnya sedangkan gracia berbaring, mengistirahatkan tubuhnya diatas kasur sambil melihati shani.
"Shan, aku boleh ambil ponsel aku gak didapur?" Tanya gracia
Shani menatapnya, dia lalu menggeleng "gak"
"Biar aku yang ambilin, kamu tiduran aja" tegas shani
"Gamau, mau sendiri ambilnya shani"
"Biarin, bodo amat, aku gamau pacar aku kenapa kenapa"
Tak lama berselang shani berdiri hendak mengambilkan ponsel gracia yang ada didapur.
Gracia mencoba merayu sebuah pulpen dan buku yang terletak diatas meja kecil didekat kasur, entah mengapa tangannya tiba tiba saja melemah, buku dan pulpen yang diambilnya terjatuh, gracia memegangi tangannya yang terasa sakit dan otot otot tangannya terasa berkurang.
Shani baru saja memasuki kamar melihat gracia yang sudah setengah mati mencoba mengambil disaat kakinya juga melemah. Shani berlari menghampiri gracia, mengambilkan buku dan pulpen yang dimaunya.
"Aku udah bilang, tunggu aku" tegas shani, lalu memberikan buku itu pada gracia.
"Maaf, aku ngerepotin banget"
"Gak, kamu buat aku khawatir kalau kayak gini ge"
"Iya iya maaf aku ngebuat kamu khawatir, aku udah bilang aku gapapa"
"Gapapa gimana? Kamu berdirinya aja tumbang, mau bilang biasa aja? Besok kita ke dokter aku takut kamu kenapa kenapa, aku gamau sampai kamu kenapa kenapa ge"
Gracia menolak tegas ucapan shani "gamau!"
"Harus mau ge, kita gatau ada apa sama kamu, kenapa tiba tiba kamu langsung melemah kayak gitu, hal gabiasa itu, aku gamau kamu kenapa kenapa" ucap shani
"Biar penangannya cepat ge" sambungnya
"Aku gapapa" banta gracia
Shani duduk disamping gracia, memegangi tangan pacarnya itu, menatap gracia dengan tajam.
"Aku cuma gamau kamu kenapa kenapa ge, kamu sakit kan, kita gatau kamu sakit apa, demam juga kamu gak kan, seenggaknya kalau udah cek ke dokter kita bisa tau"
Gracia mengangguk mengerti, shani lalu menyuruhnya tidur, shani menarikkan selimut dan dipakaikannya untuk gracia "istirahat yang cukup, jangan kecapean, mungkin efek kecapean juga"
Shani tetap disamping gracia, masih menatap pacarnya itu, mata gracia perlahan menutup, gracia tertidur dengan shani disampingnya yang menemani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Letter (GreShan)
General FictionBanyak hari yang sudah dijalani. Pertanyaan demi pertanyaan sama sekali belum terjawab, seluruh hal menjadi sangat misterius, kalimat kalimat memenuhi benak shani setiap harinya. Hanya lewat konsultasi dan surat surat ia dapat melampiaskan seluruh i...