2

3.9K 238 0
                                    

Pagi lagi lagi tiba, mata shani terbuka, tubuhnya kaku tak bergerak, mimpi buruk lagi dan lagi mimpi yang sama terus menerus selama 4 bulan belakangan ini, membuat shani selalu terganggu dan pikirannya menjadi sangat kacau.

"Bego, bego, bego" kesalnya lalu melampiaskan kekesalan itu dengan mengepalkan tangannya lalu dipukulkan ke kasur berkali kali.
"Kenapa sih shan, mimpi itu terus"

Chika mengetahui hal itu, dia mendengar kakanya marah didalam kamar, chika membuka pintu dan melangkah mendekati shani yang masih duduk diatas kasurnya tanpa mau turun lagi. "Ci" ucap chika dari jauh.

"Kalau ada apa apa cerita ke aku ya, jangan dipendam" sambungnya lalu pergi begitu saja meninggalkan shani yang masih berdiam diri dikasurnya. Shani mulai menurunkan kedua kakinya dilantai, berdiri lalu berjalan hendak mencuci muka.

"Shan jadwal hari ini kemana lagi supaya bisa tenang" ucapnya. "Ke perpustakan aja? Bosen"

Shani berjalan keluar dari kamar kecil, melihat beberapa baju didalam lemarinya lalu tak lama melihat salah satu baju yang nampaknya memiliki kesedihan tersendiri didalamnya. Shani menutup keras pintu lemarinya setelah mengambil beberapa pakaian untuk dipakainya hari itu.

Dibawah tante ve sibuk memasak sarapan untuk chika dan shani. Shani yang yang baru saja turun melihat adik dan mama nya sudah siap untuk sarapan.

"Maaf aku telat bangunnya ma"ucap shani lalu menaruh tasnya disofa

"Gapapa cici"

"Gapapa anakku, udah sini duduk kita sarapan sama sama disini" tante ve lalu menarikkan kursi yang hendak diduduki oleh shani. Mereka mengobrol tentang sekolah chika dan keinginannya setelah lulus.

"Ma, aku hari ini berangkat bareng ashel, dia jemput aku, jadi mama sama cici jangan repot repot buat anterin aku kesekolah hari ini" ucap chika.

Ucapan itu membuat tante ve menghentikan makannya dan menatap ke arah chika dengan serius "ngerepotin sayang, jangan yah, nanti mama aja yang antar" tante ve memegang tangan chika agar dia tetap menuruti perkataannya, namun chika kekeh dengan kemauannya, menunjukkan wajah kesal yang sudah bulat dengan keputusannya pagi itu, sementara shani hanya diam memandangi mereka berdua sambil terus mengunyah.

"Ashel udah dijalan ma, masa dibatalin. Lagian dia juga yang nawarin buat bareng aku, gapapa kan?" Ucap chika lalu memperlihatkan pesan ashel diponselnya yang baru saja masuk.

Tante ve menghela nafas panjang lalu mengiyakan permintaan anak bungsunya, Sementara shani hanya tertawa dan menggelengkan kepalanya. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu chika sudah saja pergi bersama ashel sedangkan shani dan mama masih ada dimeja makan.

"Masih mimpi buruk?" Tanya mama pada shani yang khawatir akan kondisi anaknya.

"nggak kok mah, udah ga terlalu gimana gimana banget, mama tenang aja" Shani memegang tangan mamanya dengan lembut untuk menenangkan pikirannya.

"Nanti kalau ada apa apa kasih tau mama, biar kita cek ke psik-"

Ucapan tante ve langsung saja dipotong oleh shani yang lagi lagi mencoba menenangkan mamanya. Shani benar benar tak ingin sampai harus ke psikiater, meskipun kondisi mentalnya cukup terganggu, namun shani hanya mengganggap itu hal biasa karna dia tau bahwa suatu saat mimpi buruk itu akan hilang dengan sendirinya.

Tak berselang lama shani juga pamit pada mama, dia berdiri lalu mengambil tasnya di sofa.

"Ma, aku pergi dulu" shani bergegas berjalan menuju mobilnya, memacu mobilnya dengan kencang dijalan raya, Wajahnya kali ini terlihat berbeda, ada yang beda hari ini. Shani lebih bahagia dari hari kemarin.

Lagi lagi perpustakaan, kakinya melangkah masuk melihat ke kanan dan ke kiri mencari seseorang yang hendak ia temui pagi itu "Nah, ada orangnya" Shani tersenyum melihat ke salah satu meja persegi yang tak jauh dari pandangannya menampilkan seorang perempuan berambut panjang yang duduk di kursi roda. Perempuan kemarin yang ditemuinya.

Shani berjalan menghampiri perempuan itu namun keberaniannya pupus dia lalu memundurkan langkahnya dan berjalan santai didepan perempuan itu tanpa menyapa sedikitpun. Shani mengambil salah satu buku yang hanya iseng dia ambil, dia lalu berjalan ke beberapa arah melihat meja meja dan sudut sudah dipenuhi oleh orang orang, kursi kursi juga telah habis diduduki, yang tersisa hanya satu kursi didepan perempuan yang dia lewati tadi, Mau tak mau shani duduk didepannya.

"Canggung banget"

Matanya terus menatap ke arah buku, tak berani dia menatap ke arah perempuan dihadapannya. Tak lama sebuah buku meluncur berhenti tepat disamping buku yang ia baca, matanya kaget melihat. dia lalu menatap tajam perempuan didepannya "Kamu?" Tanya shani lalu menutup bukunya.

"Kemarin bukunya kamu lupa, jadi aku simpan dan aku bawa pulang"
"Oh ya makasih juga udah nolongin kemarin"

Perempuan itu menampilkan senyumnya lagi pada shani.

"Ah iya, makasih, Dan sama sama" jawab shani lalu menatap kearah kedua buku yang ada dihadapannya "shani, senyumannya cantik!" Gumamnya. Mata shani sesekali tertuju pada perempuan yang tak dia tau namanya.

Baru saja dia ingin menanyakannya, perempuan itu sudah lebih dulu meninggalkan meja, meninggalkan shani juga yang masih penasaran dengannya, shani terus menatap perempuan itu semakin lama tak terlihat lagi, suara pintu tertutup juga menghilangkan bayangan dan dirinya.

"Baru mau ditanya, udah hilang.."

Semangat shani untuk terus berada diperpustakan pupus sudah, dia menyimpan kembali buku yang ia baca lalu bertanya pada salah satu pustakawan yang dia kenal adalah gita, Shani menghampiri gita yang sibuk duduk melihati sekitar.

"Boleh tanya?" Shani menghampiri gita, berdiri tepat didepannya. Membuat gita mengangkat kepalanya dan melihat kearah shani "Mau tanya apa lagi shani?"

"Perempuan barusan yang keluar kamu tau itu siapa?"

Gita mengkerutkan wajahnya mendengar ucapan shani yang membuatnya tersenyum jahat.

"Kenapa? Cantik? Mau digebet pasti"

"Ah, cepet deh"

"Ahah iya iya, gatau namanya tapi dia selalu kesini setiap selasa sama sabtu"

Mendengar itu membuat alis shani terangkat, wajahnya heran mendengar jawaban gita.

"Bukannya kemarin senin? Tapi dia ada kemarin tuh"

"Kemarin pinjam buku aja, gak kayak biasanya yang setiap datang pasti sempetin baca terus pergi lagi"

"Buku yang ini?" Tanya shani lalu mengangkat buku yang dimaksud oleh gita.

"Nah iya ini, kenapa bisa tau?"

"Buku ini kemarin aku yang mau pinjam cuma ketinggalan sama dia, ternyata disimpenin sama dia yah"

Gita lalu menghelas nafas lelah melihat shani didepannya, Dia lalu berdiri mengambil buku ditangan shani begitu saja tanpa aba aba membuat shani kaget melihatnya, gita lalu menstempel buku yang akan dipinjam shani, gita memberikan buku itu lalu menunjuk kearah pintu keluar perpustakan

"Keluar, baliknya sabtu lagi, jangan nanya nanya lagi" tegas gita wajahnya melusuh melihat shani yang masih penasaran dan ingin melontarkan beberapa pertanyaan lagi, namun gita sudah benar benar tak sanggup, bagaimana tidak? Shani sudah berkali kali menanyakan banyak perempuan yang datang, dia selalu berpindah pindah pada setiap perempuan yang menurutnya cantik.

Shani akhirnya berjalan meninggalkan gita, dengan ekspresi lega gita tersenyum memandang bahagia kepergian shani. Dimobil shani hanya diam memandangi buku yang ia pinjam.

"Kali ini benar benar bukan hanya sekedar penasaran, tapi banyak pertanyaan yang ingin aku lontarkan sama perempuan itu, nama dan hal lainnya yang ingin aku tau tentangnya"

Last Letter (GreShan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang