Shani berjalan perlahan memasuki perpustakan mengehela nafas panjang mengumpulan keberanian untuk mendatangi perempuan yang ia tunggu tunggui. Shani tak pernah semalu dan segrogi ini setiap kali dia ingin mengetahui seseorang yang ia taksir diperpustakan, sudah hampir 3 perempuan yang ia tanyakan namun setelah ia mengetahui identitas ketiganya perasaan tertariknya juga ikut hilang, shani tak pernah malu untuk bertanya nama dan mendekati orang yang dipikirannya bahwa dia menyukai orang itu.
"Sepi banget, gak kayak biasanya yang setiap sudut pasti ada aja orang entah berdua atau sendiri" Ucapnya melihat ke kiri dan ke kanan yang menampilkan tak ada banyak orang diperpustakan hari sabtu itu.
"Orang itu masih ada gak ya?"
Shani lalu melihat ke salah satu meja yang hanya menampilkan satu orang yang sedang duduk dengan tenang sambil membaca buku. Shani melangkahkan kakinya menuju rak buku yang menurutnya sangat mencuri perhatiannya. Setelah dia menggapai buku yang cukup tinggi itu kembali dia duduk disalah satu meja yang menampilkan perempuan itu duduk tengah membaca dengan tenang dan senyumannya terus terlihat ketika dia membaca buku itu diatas meja.
"Senyumnya gak pernah pudar setiap kali baca buku itu, harusnya dia bawa pulang aja bukunya daripada harus ke perpus setiap selasa dan sabtu" ucap shani dia lalu menatap sekilas ke arah perempuan didepannya lalu kembali menundukkan kepalanya untuk membaca buku. Tak lama berselang perempuan lain datang menghampiri.
"Udah belum bacanya, Belum mau pulang nih?" Tanya salah satu perempuan yang baru datang sambil berdiri. Shani tak melihat mereka berdua dia masih fokus membaca namun telinganya terpasang dengan jelas untuk mendengar percakapan dua orang didepannya.
"Masih mau disini nin, kamu bisa nunggu sebentar lagi kan?" Ucap perempuan didepan shani yang sedari tadi sibuk membaca bahkan menjawab pertanyaan saja dia masih sibuk membaca buku dihadapannya. "Gracia sudah waktunya buat makan siang, ayo pulang" perempuan yang berdiri yang ternyata bernama anin itu mencoba memaksa. Sedangkan orang yang dia ajak bicara adalah gracia.
"Owalah gracia toh namanya, udah tau juga, berhari hari berusaha nyari tau ternyata dateng sendiri"gumam shani, wajahnya berbinar bahagia mengetahui nama itu. Shani menatap mereka berdua, tatapan itu membuat anin balik menatapnya. Mereka berdua saling menatap satu sama lain.
"ada apa, kenapa lihat lihat?" Tanya anin heran pada shani
"Ah itu, gapapa lihat aja, salah ya? yaudah saya lanjut baca lagi"
"Anin kamu pulang aja, nanti aku telfon kalau aku udah selesai. Aku mau sama dia dulu" ucap gracia lalu menunjuk ke arah shani yang membuat bola mata shani melotot kearah gracia. Anin tak menjawab ucapan gracia dia langsung saja pergi dari meja itu, shani melihat kepergiannya menuju keluar perpustakan.
Shani dan gracia masih berdiam satu sama lain, tak ada kata yang mampu keluar dari mulut shani setelah kalimat yang dilontarkan gracia untuknya.
"Kenapa diam aja?" Tanya gracia heran, dia lalu menutup bukunya menatap shani dengan kedua matanya dengan tajam "Aku tau kamu ke perpustakaan buat ketemu aku, sekarang aku udah didepan kamu, kenapa gamau ngomong?" Sambungnya. Shani masih terdiam pada tempatnya dia berpura pura fokus membaca buku padahal matanya sudah memaksa untuk melihat kembali ke arah gracia.
"Biasa aja, kata siapa aku ke perpustakan buat ketemu orang asing?"
"Aku orang asing yah? Nama kamu siapa emangnya, kamu sudah tau nama aku, sekarang biarin aku tau nama kamu siapa"
"Shani"
Gracia tersenyum mendengar nama yang diucapkan oleh shani. Dia lalu kembali membaca buku dengan fokus tanpa menanyai shani lagi dihadapannya "apasih, nanya gitu doang" gumam shani kesal dia lalu tak sengaja menghentakkan kakinya membuat meja sedikit tergoyang, gracia yang menyadari hal itu menutup bukunya kembali lalu menatap kesal shani dihadapannya.
"Mau kamu apa? Sudah diajak ngobrol tapi malah marah" tatapan gracia terlihat sudah sangat sinis, shani tak mampu menatapnya dia hanya menatap lalu kembali menundukkan kepalanya sambil membaca buku.
"Ga, ga marah. Kejedot aja kakinya, udah lanjut aja bacanya gracia" Ucap shani namun malah membuat gracia tertawa.
"kamu cadel? Ga kesusahan sebut nama aku gitu?" Gracia terkekeh dia lalu menahan tawanya didepan shani "panggil aja aku yang menurut kamu gampang, kasihan kalau dipaksa"sambungnya.
"Kamu masih orang asing ngapain buat nama panggilan?"
"Terserah kalau mau bersusah diri sama lidah kamu sendiri, silahkan panggil aku gracia, tapi jangan ada huruf yang salah baca nanti artinya beda juga"
"Gabakal, aku bisa sebut nama kamu lebih fasih, gracia"
"Masih tuh"
"Iya aku tau aku cadel ge"
Gracia menepuk meja dengan pelan membuat shani kaget menatapnya. "Nah itu udah bagus, gitu aja. Panggilan ge, r nya diilangin kan kamu cadel ya"
Shani kesal dengan ucapan gracia, dia lalu berdiri hendak pergi dari hadapan gracia. Shani berbalik badan, baru saja berjalan 3 langkah, badannya terhenti entah mengapa rasanya tak ingin meninggalkan gracia secepat itu apalagi dalam keadaan marah karna ucapan gracia yang seperti mengejeknya.
"Kenapa berhenti langkahnya?" Tanya gracia
Ucapan gracia membuat langkah shani kembali berjalan, diri shani sudah hilang sepenuhnya dari pandangan gracia. Gracia menatap kecewa setelah melihat shani menghilang dari pandangannya dia lalu lanjut membaca buku.
Suara langkah sepatu terdengar lagi shani berjalan kearahnya namun tak menatap gracia, dia melewati gracia begitu saja tanpa menyapa.
"Bener mau pergi, gamau temenin aku dulu?" Ucap gracia.
Shani menghentikan langkahnya alisnya terangkat menatap kearah gracia, dengan wajah kesal dan musamnya.
"Ngapain nemenin orang asing?"
Ucapan shani malah membuat gracia tertawa dia lalu menutup buku dan memutar kursi rodanya, mereka kini saling berhadapan satu sama lain
"Sudah tau nama masing masing, itu masih orang asing yah? Kan udah kenalan"
"Lagian kamu shani, ngapain tanya ke gita soal aku kalau kamu mau tinggalin dan gamau temenin aku disini"Ucapan itu membuat shani kaget dan relfek menutup mulutnya yang terbuka akibat kaget, dia sontak melihat sinis kearah gita yang balik menatapnya dengan senyum smirknya, Membuat shani geram lalu membuang muka.
"Udah, gausah marah marah, jadi sekarang bener mau pergi?"
Shani terdiam sejenak dia lalu mendekati gracia melangkahkan 2 langkah kaki, Mereka kini semakin dekat satu sama lain.
"Aku mau pulang, ada urusan, sendiri kan bisa kenapa harus ditemenin? Baru kenal juga"
Shani melangkahkan kembali kakinya, kali ini benar benar pergi, bayangan dan diri shani tak terlihat lagi dipandangan gracia, membuat senyumnya memudar setelah kepergian shani itu.
Gracia dengan menggunakan kursi rodanya menghampiri gita yang sedang duduk.
"Bisa minta tolong?"
Gita yang mendengar suara gracia langsung memberhentikan segala aktivitasnya lalu balik melihat gracia yang kini berada dihadapannya.
"Mau minta tolong apa gracia?"
"Tolong kalau shani datang lagi bilang saya gaakan datang lagi kesini untuk waktu yang cukup lama"
Gita hanya diam mendengar kalimat yang diucapkan gracia padanya, gracia langsung saja pergi setelah anin datang untuk membantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Letter (GreShan)
General FictionBanyak hari yang sudah dijalani. Pertanyaan demi pertanyaan sama sekali belum terjawab, seluruh hal menjadi sangat misterius, kalimat kalimat memenuhi benak shani setiap harinya. Hanya lewat konsultasi dan surat surat ia dapat melampiaskan seluruh i...