11

2.1K 178 2
                                    

Sudah hampir 5 bulan sejak kepergian gracia yang entah kemana, shani selalu menanti kepulangannya sampai saat ini, belum terlalu lama tapi rasanya lelah menunggu seseorang yang entah pergi kemana. Setiap hari tanpa harapan dan doa yang terus menanti kedatangan seseorang, membuat shani kacau, pikirannya berantakan, jadwalnya juga ikut berantakan, pola makan dan tidurnya tidak teratur.

Shani menjalani hari harinya penuh kekosongan, warna hari harinya seketika menjadi abu abu. Dia benar benar merindukan gracia, entah sudah minggu dan hari keberapa dia ke perpustakan, hari ini hari sabtu. Setiap jadwalnya ke perpustakan tak pernah sekalipun gracia datang ketempat ini lagi, diri gracia benar benar hilang tanpa jejak.

"Aku kangen ge"
"Kamu datangnya kapan?"

-

Shani duduk dimejanya, lagi dan lagi menulis surat untuk gracia yang bahkan tak pernah sampai pada orang yang dia maksudkan.

"Entah hari keberapa, tapi ini surat ke-8 yang aku tulis hanya untuk kamu, entah dimanapun kamu dan sebahagia apapun kamu sekarang, aku harap senyum manis kamu gaakan pernah pudar dari wajah cantik kamu ge. Aku rindu dan aku baru menyadari banyak hal berharga yang aku biarkan begitu saja dan baru menyadarinya setelah itu hilang, kalau boleh, aku minta untuk kamu datang secepatnya, surat ini gaakan pernah sampai ditangan kamu ge, aku selalu simpan semua surat surat yang aku buat, aku selalu kunjungi perpustakan setiap selasa dan sabtu untuk bisa ketemu kamu lagi kayak dulu. Aku cuma rindu kamu gracia"

Shani melipat surat ke-8 untuk gracia, dia lalu mengambil satu kertas lalu menulis beberapa kalimat kecil didalamnya, shani melipatnya membawa kertas itu kedalam tasnya, dia lalu berjalan keluar rumah, lagi lagi menaiki bus. Shani berjalan melewati rumah gracia, Menaruh kertas yang dia buat dan melemparnya kedalam, berharap surat itu akan segera terbaca oleh orang yang dituju meskipun itu sangat mustahil.

"Aku yakin kamu baca dan kamu bakal kembali secepatnya ge" ucapnya lalu meneruskan langkah menuju kantornya hari senin itu.

Hujan deras mengguyur kota jogja sore itu, shani melihat jam ditangannya "udah jam 5.26, kenapa rasanya cepet banget ya, perasaan baru tadi aku lewatin rumah gracia, udah sore lagi".

Shani melangkahkan kakinya diderasnya hujan, menggunakan payung menghampiri halte bus.
Shani berdiri melihat air yang digenangi banyak sekali rintikan hujan dari langit, Melihat mobil mobil yang melaju dengan kencang untuk cepat sampai pada tujuannya, sedangkan shani dia masih ingin menghampiri perpustakan bahkan jam sudah hampir menunjukkan akan malam hari segera tiba.

"Kalau gak ke perpus aku gatau harus kemana lagi supaya bisa luapin rasa kangen aku sama kamu ge, sekali lagi aku kangen kamu" gumam shani, dia lalu menafik nafas panjang, meletakkan telapak tangannya dibawah hujan.

Bus datang menghampiri halte, shani melangkahkan masuk kedalam, lagi dan lagi memilih untuk duduk di bagian tengah paling ujung, hujan deras membasahi kaca jendela bus, shani melihat ke arah luar, memutar lagu kesukaannya dan memasangkan earphone ditelinganya, kepalanya shani menyandarkan tubuhnya, untuk sementara terasa santai ditambah cuaca juga sangat dingin.

-

Langkah shani terhenti tepat didepan pintu perpustakan, dia melihat dengan ragu, masih bingung apakah memilih untuk masuk atau tidak, namun kerinduannya pada gracia mengalahkan rasa malasnya untuk ke perpustakan, shani memasuki perpustakan melihat banyak sekali orang didalam, mereka berpasangan, seperti hanya beberapa orang saja yang terlihat sendiri termasuk dirinya.

Shani memilih untuk menempati meja yang selalu ia tempati bersama gracia dulu. Shani hanya diam memandang orang orang disekitar. Suara hujan sangat amat masih terdengar namun itu menenangkan shani.

"Hei"

Sapaan dari seseorang yang membangkitkan semangat shani, dia langsung saja melihat ke asal suara yang ternyata berasal dari gita dibelakangnya.

"Berharap gracia yang nyapa? Udah deh move on"

Shani tertawa kecil melihat gita yang tampak meledeknya sambil membawa troli berisi buku buku rusak yang harus dikumpulnya.

"Diem deh git, mending ada, daripada gaada sama sekali?" Balas hani meledek.

"Kata siapa coba? Lihat gak cewe cantik diujung sana yang make cardigan sky blue"

Shani langsung saja melihat ke arah orang yang dimaksudkan oleh gita, tatapannya seakan terpana namun hanya sekilas, lalu dia kembali menatap gita dengan semangatnya yang hampir habis

"Lumayan, Tapi itu siapa?"

"Kathrina shan, cakep"

"Cakepan gracia"

"Iya deh shan, tunggu aja gracia sampe capek sendiri" ucap gita, dia pergi begitu saja tanpa berkata apa apa lagi.

Sementara itu shani masih diam pada tempatnya, sapaan pundak lagi lagi dia rasakan, seseorang dari belakang membuatny kesal

"siapa sih? Kamu lagi gita? Udah deh jangan usil!"

Tegas shani lalu mulai melihat kebelakang lagi, tatapannya kaget itu kathrina, dengan senyumannya mulai duduk disebelah shani yang terlihat kehilangan semangatnya

"Ada apa? Kenapa sedih gitu?" Tanya kathrina lalu meletakkan tasnya diatas meja.

"Masih orang asing, jangan nanya nanya hal yang gabisa ditanyain"

Kathrina tertawa mendengarnya

"Cerita, kalau dipendam gaenak"

Shani menatapnya dengan menyatukan kedua alisnya "sana, nanti gita marah"

"Gita gak seposesif itu" ucap kathrin
"Yakin gamau cerita?" Sambungnya

"Gatau apa yang mau dicerita, lagi kangen seseorang tapi orangnya udah pergi, tempat ini yang buat kita ketemu"

Shani menyandarkan tubuhnya dikursi menghela nafas, wajahnya terlihat lelah setelah menjalani hari yang begitu panjang.

"Orang kalau udah sayang sama kita atau kita sayang sama orang, mau mereka pergi jauh pun, bakal ada satu celah dimana keduanya bisa saling bertemu"

Setelah mengucapkan itu kathrina langsung saja berdiri dari duduknya, meninggalkan shani yang mulai mencerna perkataan kathrina tadi.

Shani mengganguk.

Perasaan yang semakin sedih mulai menyelimuti dirinya "kalau iya ada celah, kenapa aku sama gracia gaada sama sekali?"

Shani menyila tangannya menjadikan kedua tangannya itu sebagai tumpuan untuk kepalanya. Tak ada lagi yang dilihatnya selain gelap gulita.

-
Shani melangkah keluar perpustakan dia berjalan, hujan masih sedikit deras namun itu tak menghentikan langkahnya, dia lalu duduk disebuah bangku disamping jalan, shani melamun masih memikirkan gracia dan sangat merindukannya, Lamunannya terganggu.

Lagi dan lagi sapaan dari seseorang yang membuatnya kini benar benar malas untuk menjawab, suara tepukan pundak itu membuat amarah dan sedihnya menjadi tercampur aduk, suasana hatinya kacau, sudah tiga kali.

"Siapa sih kalau mau bercanda gausah!" Bentak shani kesal.

"Ini aku, ayo liat kesini"

Suara yang dikenalnya, shani melihat ke arah seseorang dibelakangnya, membawa sebuah payung, itu gracia.

Air mata shani seketika menetes, entah mau berkata apa lagi, dia menangis sejadi jadinya tanpa kata kata lagi, membuat gracia hanya diam menatap shani yang menangis didepannya, gracia tak memakai kursi roda lagi, dia berjalan membawa payung dengan dress berwarna beige.

"Jangan nangis, aku disini, gamau meluk aku shani?"

Shani langsung saja berdiri dia lalu memeluk gracia dengan erat, meluapkan rasa rindunya selama ini, benar benar merindukan sosok gracia dihari hari yang dia jalani "ge, aku kangen.."

"Maaf"

Setidaknya itu kata yang mampu gracia keluarkan dari mulutnya, dia juga merindukan shani, begitu merindukannya.

Last Letter (GreShan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang