20

1.8K 131 0
                                    

Shani sudah sampai didepan rumahnya, dia masih berdiam diri didalam mobil, hampir 10 menit, itu waktu yang cukup lama. Shani menuruni mobilnya, berjalan perlahan menuju rumah yang sepi.

Mama dan chika saat itu tidak ada dirumah, jadi dia hanya sendirian, shani membuka pintu. Langkahnya terus berjalan hingga menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Dikamar shani merebahkan tubuhnya, menutup mata perlahan. Rasa lelah menyelimuti tubuhnya sekarang, benar benar terasa lelah. Mata shani kembali terbukan saat dia mengingat sesuatu, shani berjalan menuju mejanya mengambil satu note yang tertempel diatas meja. Sebuah note yang pernah dia usahakan.

"Jangan lupa beliin aku boneka gurita ditoko itu, janji ya?"

Note itu lagi, shani masih menyimpannya, dia sesegera mungkin bangkit kembali, rasa lelah yang tadi seketika hilang dengan niat untuk mencari boneka gurita itu lagi. Shani berlari menuruni tangga, ternyata sudah ada mama disana, Sedang duduk sambil menyeduh segelas teh hangat.

"Mau kemana lagi? Gamau istirahat dulu shani?"

"Mau ketoko mainan"

"yaudah cepetan pergi" pinta mama

Jawaban mama itu membuat shani bingung sekaligus penasaran "emang tau apa yang mau aku beli ditoko mainan? Kenapa mama ga marah, biasanya marah marah"

"Gapapa, pergi aja cepet, nanti tutup, kayaknya juga mau hujan, bawa payung yah"

Shani mengangguk dia lalu mengambil satu payung yang terletak diujung dapur.

-

Shani memacu mobilnya dengan cepat, langit mulai mendung, hujan mulai turun, namun shani tidak peduli dia masih berniat untuk mencari boneka gurita itu.

Sesampainya ditoko mainan yang dia tuju, toko itu tutup, entah harus apa dia sekarang, wajahnya kembali sedih serta semangatnya juga ikut pupus. Sudah kedua kalinya dia datang dan selalu saja ada kendala yang menghalanginya. Entah habis atau tutup. Entah apa lagi besoknya, namun dihati shani dia berharap besok akan berhasil mendapatkan sepasang boneka gurita yang telah lama dia inginkan.

Boneka gurita yang punya kesan tersendiri dan note yang punya pesan tersendiri, entah mengapa shani mencoba membeli boneka itu dengan niat yang begitu memenuhi dirinya meskipun dia sendiri tidak tau note berisikan permintaan itu dari siapa, dia benar benar tidak tau, jauh dalam niatnya dia hanya ingin mencari sesuatu yang sudah lama menjadi pertanyaannya belakangan ini, bahkan dia berharap dari hal yang ini dia bisa menemukan jawaban dari mimpi mimpinya selama ini.

Shani kembali memacu mobilnya, namun baru saja dia ingin menginjak pedal gas, salah satu mobil lain melaju dengan cepat mengarah jalan kerumah sakit, tak jauh dari toko mainan yang shani tuju.

"Mobilnya gracia ya itu?" Tanya shani pada dirinya sendiri

-

Shani memilih untuk melanjutkan perjalanannya kerumah gracia, kini sudah sore jam menunjukkan pukul 16.43.

Shani langsung saja turun daru mobilnya, membunyikan bel yang ternyata dibuka oleh anin.

"Anin? Gracia nya mana?"

"Gracia? Didalam, jaga dia ya, aku mau ke supermaket dulu"

Shani mengangguk, percakapan singkat itu berhenti begitu saja, shani lalu masuk kedalam rumah gracia, melihat gracia yang sibuk memotong motong buah buahan didapur.

"Sayang" panggil shani yang langsung memeluk tubuh gracia dari belakang.

"Gimana hari ini? Ada hal baik?" Tanya gracia lalu menyuapi sepotong pepaya kedala mulut shani.

"Banyak, salah satunya ketemu kamu" ucap shani sembari menampilkan senyumnya untuk gracia.

"Kenapa tiba tiba dateng? Kenapa ga bilang bilang ke aku coba kalau mau dateng?"

Shani menarik nafas panjang "biar kamu kaget"

Shani langsung memeluk pacarnya itu, jauh didalam hatinya dia begitu sedih.

"Tadi siang padahal udah ngechat aku bakal datang kesini, tapi emang mungkin karna penyakit kamu ge" guman shani

Gracia lalu melepas pelukannya dengan shani, dia lalu menatap shani sekilas lalu menarik tangannya keatap "mau malem, kita ke atap lagi bisa gak?" Tanya gracia sembari mereka berjalan menuju atap.

"Boleh, boleh banget"

-

Malam tiba. Jam menunujukkan pukul 19:09. Shani dan gracia masih berada diatap, mereka terus bercanda dan tertawa bersama.

"Aku bahagia bisa sama kamu lagi" ucap gracia dia lalu memegangi tangan shani yang berbaring disampingnya.

"Lagi?" Tanya shani heran

"Iya lagi, kemarin kan sama kamu, tapi aku tiba tiba pergi ke jakarta, sekarang aku sama kamu lagi"

Shani tersenyum "terus sekarang bosen gak?"

"Kata siapa bosen? Sama kamu gaada bosennya"

Gracia menarik nafas, tarikan nafas gracia bahkan terdengar ditelinga shani, dia menutup matanya perlahan

"shan, aku bener bener lelah banget hari ini"

"Kamu mau tidur?"

"Gatau, tapi gabisa tidur, aku tutup mata aja"
"Tapi kamu juga nutup mata shani, kamu tidur ya?"

Shani tertawa kecil "kata siapa? Aku masih denger kamu, mau cerita apa lagi? Cerita aja aku gaakan tidur, dan tetep dengerin kamu cerita disini"

"Tapi ge, aku juga mau cerita banyak hal sama kamu, banyak hal baik yang aku dapat pas sama kamu, aku bahagia ge bisa jadi salah satu orang dekat yang kamu punya, aku bangga bisa bantu kamu lupa sama trauma kamum. Aku selalu sayang dan kangen sama kamu meskipun kita baru ketemu haha, tapi gatau kenapa rasanya aku suka hal itu, aku suka pas aku inget kamu, kangen kamu, meluk kamu, dan ngeliatin kamu tidur, aku suka banget"

Gracia tak menjawab lagi, nampaknya memang ketiduran, membuat shani membuka mata. Shani mengangkat tubuhnya sedikit dia lalu melihat gracia yang sudah tertidur senyumnya masih terlihat, namun wajahnya pucat. Nafasnya masih sangat terdengar ditelinga shani, mungkin karna cuaca saat itu dingin.

"Kamu tidur ge?" Shani mendekatkan wajahnya pada gracia "yah tidur beneran"

Shani dengan spontan mengangkat tubuh gracia menuruni anak tangga, disaat tubuh shani yang juga sudah sangat lelah dia masih berusaha menggendong gracia untuk menuju kamarnya, disaat itu anin yang tengah membersihkan dapur setelah makan malam melihat shani yang menggendong gracia, anin dengan kepekaannya langsung menghampiri shani.

"Aku bantu"

"Jangan nin, takutnya dia kebangun, kamu tunggu dibawah aja ya" ucap shani lembut.

Dari bawah anin diam tak bergerak, melihat shani yang berusaha agar tidak membuat gracia terbangun saat shani menggendongnya, senyum anin terpancar jelas. Anin terlihat memiliki kesenangan tersendiri saat melihat mereka berdua.

Tak lama anin kembali bergerak, dia lalu mempersiapkan makan malam, tidak banyak, yang karna memang makan malam itu mungkin hanya untuk dia atau bahkan dia bersama shani.


Last Letter (GreShan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang