Shani duduk diruangan kantornya, dia lalu mengambil salah satu kertas kosong yang terletak didekat dokumen dokumen penting diatas meja.
Shani memegangi kertas itu, menatapinya dengan serius, pikirannya mulai merangkai sesuatu yang harus dipikirnya. Kata demi kata tertulis secara rapih diatas lembaran kertas kecil, pikiran shani hanya tertuju pada kalimat yang harus diisinya.Tiba tiba saja gangguan notifikasi dari ponselnya membuat shani terganggu.
Shani membaca pesan dari mama hanya membuat dia mengangguk dia juga tidak terlalu mengerti akan psikolog dan psikiater, memang berbeda.
●
Shani berdiri tepat disebuah klinik milik salah satu psikologi terkenal yang dikenal oleh mamanya, Dia menarik nafas panjang sesaat sebelum melangkahkan kakinya masuk, kekhawatiran menyelimuti dirinya sendiri, sempat dalam benaknya tidak jadi untuk melakukan konsultasi.
tiba tiba saja notif ponselnya berbunyi membuat langkah shani terhenti sebelum dia membuka pintu klinik.
Shani melihat pesan yang lagi lagi dari mama nya, dia lalu kembali menutup ponsel dan masuk kedalam klinik. Pintu terbuka, suaranya sedikit nyaring, didalam sangat tenang, tidak ada orang sama sekali, suara langkah kaki lain terdengar dengan cukup kencang ditelinga shani, seseorang dibalik lorong kecil keluar, wajahnya cantik.
"Kamu shani, client yang disarankan sama bu veranda?" Tanya seseorang dari balik lorong tersebut sambil membenarkan blazer hitam yang dipakainya.
Shani mengangguk, dadanya benar benar berdegup kencang
"umur kita gak beda jauh, panggil aja aku sisca, atau senyaman kamu terserah deh"
Shani lagi lagi hanya mengangguk, dia masih terpesona akan kecantikan sisca didepan matanya.
Shani berdiri tepat disebuah klinik milik salah satu psikologi terkenal yang dikenal oleh mamanya, Dia menarik nafas panjang sesaat sebelum melangkahkan kakinya masuk, kekhawatiran menyelimuti dirinya sendiri, sempat dalam benaknya tidak jadi untuk melakukan konsultasi.tiba tiba saja notif ponselnya berbunyi membuat langkah shani terhenti sebelum dia membuka pintu klinik.
Shani melihat pesan yang lagi lagi dari mama nya, dia lalu kembali menutup ponsel dan masuk kedalam klinik. Pintu terbuka, suaranya sedikit nyaring, didalam sangat tenang, tidak ada orang sama sekali, suara langkah kaki lain terdengar dengan cukup kencang ditelinga shani, seseorang dibalik lorong kecil keluar, wajahnya cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Letter (GreShan)
General FictionBanyak hari yang sudah dijalani. Pertanyaan demi pertanyaan sama sekali belum terjawab, seluruh hal menjadi sangat misterius, kalimat kalimat memenuhi benak shani setiap harinya. Hanya lewat konsultasi dan surat surat ia dapat melampiaskan seluruh i...