17

1.7K 126 0
                                    

Tangis shani pecah, dia hanya menahan tangisannya agar tidak terlalu keras supaya hal itu tidak menganggu gracia yang tertidur pulas.

"Sakit ge, pas aku tau kamu sakit aku gatau harus bilang dan berekspresi apa ge. Aku gabisa liat kamu seterusnya kayak gini"

Pandangan shani terus tearah pada lembaran kertas ditangannya.

Divonis positif tumor otak

Sekilas itu yang tertera pada salah satu kertas ditangannya.

"Kalau aku tau ge, aku gaakan kesal karna kamu yang lupa tadi.." gumam shani

Tak lama gracia membuka mata melihat shani yang menyeka air mata disampingnya. Untung saja shani sudah meletakkan dokumen itu kembali kedalam laci sehingga gracia tak mengetahui bahwa shani membaca dokumen itu.

"Kamu kenapa shan? Kenapa nangis?"

Shani menyadari bahwa gracia terbangun, dia lalu memutar badannya, menenangkan dirinya serta gracia yang khawatir terhadapnya.

"Gapapa, aku gapapa, kamu masih ngantuk? Ini masih siang, kamu yakin mau bangun?"

"Udah siang, dari pagi aku tidur shan, masa aku tidur lagi" ucap gracia yang masih berbaring dengan posisi miring menghadap wajah shani.

"Yaudah sekarang mau apa sayang?"

"Katanya mau nonton, jadi gak?"

Shani tersenyum dia lalu mengusap lembut pucuk kepala gracia "sekarang? Cuci muka dulu tapi"

Shani memberikan uraian tangannya pada gracia, dengan senang hati gracia membalas uraian tangan shani untuknya. Shani membantu gracia untuk berjalan menuju kamar kecil.

"Masuk gih, aku tunggu disini, hati hati ya pintunya jangan dikunci. Kalau ada apa apa langsung panggil aku"

Gracia mengangguk dia lalu masuk kedalam kamar kecil, sementara shani menyandarkan tubuhnya ditembok, menatap lurus kedepan.

Gracia keluar dengan wajah cerah yang sudah ia bilas "Aku udah selesai, bisa sekarang kita nonton? Aku udah gak sabar banget shan" ucap gracia yang langsung membicarakan kembali perihal rencana nonton bersama.

Shani memegang tangan gracia, digenggamnya tangan kekasihnya itu, shani berjalan perlahan diikuti gracia disampingnya.

"Nontonnya dimana?" Tanya gracia.

"Kamu maunya dimana? Kalau dibawah aku takut kamu kalau kecapean gak bisa tiduran dengan nyaman ge"

Gracia berfikir sejenak "dikamar aja?"

Shani mengangguk menyetujui.

Mereka duduk diatas kasur sambil menikmati film yang terputar ditv yang terpajang tepat didepan mereka.

-

Malam tiba shani tidak tidur namun gracia sudah menutup matanya, tidurnya pulas, sedangkan shani memilih untuk tetap terjaga, selain mimpi buruk yang dipikirkannya, dia juga memikirkan kalimat kalimat yang dia baca didokumen milik gracia.

Shani duduk menatapi gracia disampingnya, hanya terus terpikir akan dua hal itu. Shani menghela nafas dia mengelus lembut atas kepala gracia, air mata shani tertetes, semakin lama semakin banyak, tak tertahan lagi, tangis shani lagi lagi pecah.

"Kalau yang di mimpi aku memang benar adanya, aku ikhlas ge" ucap shani, dia menyeka air matanya, mencoba menahan sesak didadanya, entah apa yang harus dia katakan namun rasanya benar benar sakit. Hal yang tak diduganya benar benar terjadi sekarang.

Pagi tiba shani benar benar tidak tidur, dia masih menjaga gracia hingga gracia membuka matanya, melihat shani yang duduk disofa, begitu gracia membuka mata, shani langsung dengan sigap menghampirinya, hendak menanyakan hal yang diinginkan gracia hari itu.

"Gausah bangun dulu ge" pinta shani dia menahan gracia yang hendak menurunkan kakinya ke lantai.

"Kamu mau apa? Nanti aku ambilin, gausah banyak gerak dulu" lanjut shani.

Mata shani melihat sedih, wajah gracia pucat, tubuhnya terlihat lemas, namun dalam kondisi seperti itupun senyum masih terpampang diwajah cantik gracia.

Shani lalu mengambilkan gracia segelas air.

"Minum dulu, tenangin diri abistu baru turunin kaki kamu kelantai"

Gracia mengangguk dia meneguk segelas air itu dengan cepat sampai habis "aku mau kebawah shan"

"Nanti ya? Kamu gak cape apa ge?"

"Gak" jawab gracia singkat.

Shani tetap menahannya untuk banyak bergerak, wajah gracia pucat, tangan gracia lalu mengarah pada sebuah laci paling bawah yang sebelumnya dibuka oleh shani, gracia mengeluarkan dokumen yang ia simpan, mata shani mulai berkaca kaca, dia menahan air matanya sekeras mungkin, tanpa henti. Dipikiran shani dokumen itu sengaja gracia ambil untuk memberitahu shani, namun ternyata gracia hanya ingin mengambilnya.

"Apa itu?" Tanya shani yang berpura pura tidak mengetahui akan isinya.

"Gak, cuma sertifikat tanah aja. Kenapa shan?"

Shani menggeleng "gak, gapapa, mau taruh dimana?"

Gracia lalu menaruh kertas kertas itu disalah satu kotak penyimpanan yang ada dibawah kasurnya.

"Kamu gak ke kantor?" Tanya gracia.

"Gak, temenin kamu dulu ge"

Percakapan singkat itu terhenti, mereka berdua berdiam cukup lama, sampai petir tiba tiba saja berbunyi dengan keras. Membuat gracia kaget hingga ia menutupi telinganya.

"Masih pagi udah mau hujan" shani lalu menutupi jendela dimana hujan mulai turun, pagi itu benar benar gelap, hujan membasahi jendela kamar gracia, yang terlihat hanya butiran butiran air yang terus berjatuhan seiring waktu.

Shani menghampiri gracia dia lalu duduk disampingnya "akhir akhir ini hujan"

"Iya, selalu hujan akhir akhir ini"

"Kamu ga bosen kan dirumah? Soalnya kamu suka keluar jalan jalan"

"Gak selagi sama kamu, aku gapapa"

Shani tersenyum, memperlihatkan lesung pipinya pada gracia

"kamu beneran gak ke kantor? Hari ini hari senin, masa kamu gak sibuk? Atau kamu bolos ya" Tanya gracia kembali sambil memperlihatkan wajah kecurigaan pada shani.

"Gak tuh, aku ga bolos tauu, cuma izin aja, lagian juga aku yang punya. Aku izin soalnya kamu sakit ge, aku gamau kamu kenapa kenapa kalau aku tinggal"

"Iyadeh bu boss, Nanti aku panggil anin aja buat datang ke jogja biar anin yang temenin aku disini, kamu pergi aja, takutnya kerjaan kamu ke ganggu karna aku"

"Kata siapa? Gapapa"

Gracia menatap pasrah pada jawaban dan ucapan shani yang dilontarkan padanya.

"Aku juga cuma sakit biasa shan, gausah dipeduliin gitu banget, nanti juga sembuh"

"Udah, jangan protes, nanti hujannya makin deras, gapapa sih hujan, soalnya kalau lagi cerah cerahnya kamu mau keluar terus" ucap shani.

Gracia tertawa diikuti shani.

"Kenapa biarin hujan? Nanti aku mau ke atap, ngeliat langit, tapi nanti malem, temenin aku ya?"

Shani mengangguk.



Last Letter (GreShan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang