8

2.2K 167 1
                                    

Shani duduk diam disofa ruang tamu yang hanya berisikan dirinya, ia terus terpikir akan ucapannya sore tadi yang bahkan membuat gracia sedih dan mungkin saja marah padanya. Tiba tiba saja pukulan pundak dari belakang membuatnya kaget, itu mama.

"Ada orang diluar, bukain pintu sana, mama mau ke wc dulu"

Shani memundurkan kepalanya kaget, dia bahkan tak mendengar suara ketukan diluar rumah "ada orang toh? Kok aku gak nyadar.."gumamnya heran, padahal jika dipikir pikir hanya dia sendiri diruang tamu dan tak ada suara apapun selain dari suara suara gemuruh air diluar rumah.

Shani berjalan hendak membuka pintu, tatapannya kaget melihat orang dibalik pintu rumahnya.

"Ini ada brownies yang aku buat, kasih mama kamu"

Itu gracia, dia langsung saja menyerahkan brownies buatannya tanpa berkata apa apa setelahnya.

"Makasih ge, gamau mamp-"

Ucapan shani terpotong begitu saja saat gracia mengangkat tangan kanannya menandakan kata tidak untuk pertanyaan shani yang ia potong barusan "beneran gamau mampir dulu? Aku antar pulang ya, malem soalnya ge" ucap shani.

Gracia menggeleng dengan tegas tawaran shani "gak makasih shan"

Kursi roda milik gracia berjalan, dirinya tak terlihat lagi dari kedua tatapan mata shani. Wajah shani seketika murung, dia menatapi brownies yang dibuat oleh gracia, merasa bersalah dengan kejadian sore tadi yang mungkin membuat gracia marah padanya "aku salah jawab? Kan emang baru kenal" ucapnya heran disertai bingung dan sedih yang menjadi satu kesatuan perasaan yang dia rasakan saat itu.

Shani menutup pintunya dengan kesal dia lalu membuka dos yang menutupi brownies itu, tampakannya enak, brownies coklat dengan toping kacang diatasnya. "siapa itu shani?" Tanya mama yang baru saja melangkah keluar dari wc.

"Dari tetangga ma" ucap shani dengan malas.

Mama menghampiri shani yang menuju ke meja makan dan langsung duduk menaruh brownies itu. Shani hanya menatapnya tanpa mau menyentuhnya sama sekali, tatapannya seakan tak nafsu melihat itu "makan ih, udah dikasih, kenapa kamu cemberut gitu? Dari siapa tadi ini" tanya mama, lalu mencoba sepotong brownies yang baru saja dipotong olehnya.

"Dari tetangga mama" shani berdiri mencuci tangannya, lalu hanya berdiri didepan wastafel sambil melihat mama nya yang sangat asik memakan brownies dari gracia.

"Siapa itu? Kan kamu tau semua nama orang orang di komplek ini"

"Tetangga baru yang pindah kesini"

Mama langsung paham dengan ucapan shani dia lalu menatap shani dengan senyuman "gracia ya?"

Shani menatap kaget ucapan mamanya itu dia lalu menghampiri dan memegang kedua pundak mamanya dengan heran "mama kenapa bisa tau?"

"Chika kasih tau mama soal tetangga baru itu, kata chika dia suka liat gracia, soalnya cantik. Secantik apa sih sampai chika ngomongnya salting salting gitu"

Shani mengkerutkan wajahnya, dia tampak tak suka jika chika menceritakan gracia pada orang lain apalagi sampai terlihat salting seperti itu.

Shani berjalan dengan hentakkan kakinya, menuju keatas kamarnya, suara sendal yang dikenakan shani menggelegar ke seluruh rumah "pelan pelan shani jalannya, udah malem" ucap mama dari dapur.

Pagi tiba, shani sudah duduk disofa, hari itu hari rabu, jadwalnya kebetulan tak ada. Jadi dia hanya duduk disofa ruang tamu sambil melihati chika dengan sinis yang sibuk mengurus segala persiapannya.

"Ribet banget, mama cepet banget lagi perginya, kenapa gak sama aku coba" keluh chika dari dapur.

Chika menghampiri shani yang menatapnya dengan sinis "Ci, aku sama ashel, salim dulu"

Shani memberikan tangannya dengan malas membuat chika heran lalu melempar tangan kakanya itu begitu saja "kenapa sih, baru pagi udah ga mood!" Kesal chika.

"Kamu yang kenapa, kamu suka gracia ya? Kenapa cerita ke mama soal gracia? Terus kata mama kamu cerita sambil salah tingkah" ucap shani dengan marah sambil menghela nafasnya.

"Cerita aja gaboleh, emang gracia cakep kok, aku juga gasuka dih"

"Tetep aja chika, nanti kamu gebet lagi"

"Aku tetep christy, maaf ya ci"

Chika langsung meninggalkan shani dengan angkuh, dia kesal dengan shani yang menuduhnya tidak tidak.

Shani yang masih kepikiran soal kejadian kemarin, lalu berdiri untuk menghampiri rumah gracia, dia melewati banyak rumah yang sebenarnya tidak terlalu banyak, hanya karna lebih dari 3 saja.

Saat shani sampai, rumah gracia tertutup rapat, gerbangnya juga terkunci rapat tak ada suara lagi setelah itu, sepi "permisi"

Tak ada respon apa apa, benar benar seperti tak berpenghuni, tak ada orang juga terlihat didalam, shani menunggu cukup lama, dia berkali berkali memanggil gracia namun tak ada jawaban.

"Dia ada didalam apa enggak? tapi mobilnya ada" Ucapnya bingung.

Namun tatapanya terarah pada sendal yang dipakai gracia semalam masih ada didepan pintu meyakinkannya bahwa gracia ada didalam.

"Ada sendalnya, dia marah karna jawaban aku? Padahal kan udah dijelasin kalau baru kenal, kesel banget, maunya apa sih. Udah dibaikin juga semalem masih aja marah" shani pergi begitu saja dengan kesal, dia menyeret sendalnya membuat suara berisik yang membuat salah satu ibu ibu dikomplek itu menegurnya dengan lembut.

"Kalau cape istirahat toh cantik, keliatan cape. Sendalnya jangan diseret seret atuh, nanti kenapa kenapa"

Shani langsung memperbaiki jalannya dia menampilkan senyumnya pada ibu ibu yang menegurnya.

-
Shani merebahkan dirinya dikasur, masih kesal dengan kejadian tadi yang membuatnya tidak mood "maunya apa sih bingung" tanyanya kesal, yang jelas pertanyaan itu tidak akan pernah terjawab dan hanya terbayang bayang didalam pikirannya.

Dia lalu berjalan kembali mengarah jendela lalu melihat gracia dan seorang yang asing dimatanya,rumah gracia didatangi oleh seseorang terlihat mobil yang terparkir didepannya. gracia berbincang juga tertawa dengan seseorang itu, membuat mata shani menyipit untuk melihat dengan jelas siapa orang yang bersama gracia. Terlihat dekat, jarak mereka bahkan tak terlalu jauh. Kursi roda gracia juga didorong oleh orang itu, mereka memasuki rumah gracia hanya berdua membuat shani semakin kesal dengan tingkah gracia. Sudah jelas cemburu namun pikiran shani masih bimbang dengan apa yang dia rasakan.

"Tadi aku datang gak dibukain pintu, terus itu dibukain pintu, aneh"

Shani membuang tubuhnya ke kasur menutup matanya, tidur paksa untuk menghilangkan kesalnya.

15 menit berlalu

Shani masih penasaran dengan sosok itu dia kembali melihat dari arah jendela "masih ada toh" ucapannya meyakinkan karna mobil orang itu masih terparkir didepan rumah gracia, tiba tiba saja mereka berdua muncul, seperti hendak berpamitan, membuat hati shani senang sedikit.

Shani dengan leluasa bahkan melihat kepalanya terlihat dengan jelas setengah tangannya juga terlihat, tak lama mata gracia mengarah pada jendela kamarnya tepat saat orang itu menaiki mobilnya dan pergi, shani langsung saja menghilangkan dirinya dijendela kamarnya, membuat kaget "NATAPNYA TIBA TIBA BANGET COBA, SENGAJA?" Ucap shani lalu menutup kedua mukanya dengan kedua tangannya.

"Dia kenapa bisa tiba tiba liat? Apa sengaja ngeliatin kalau dia juga bisa sama orang lain selain aku? apa sih aneh."

Last Letter (GreShan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang