Dikamar shani membuka surat surat yang sedari dari tak pernah sama sekali dia baca, shani pertama memperhatikan dengan tajam fotonya dengan gracia, fotonya seakan sudah sangat lama karna ujung fotonya pun sudah robek sedikit.
Shani lalu menaruh surat yang ia tulis sebelum mencari kotak suratnya yang terletak diatas meja.
Shani baru kali ini penasaran dengan segala isi surat yang ada didalam kotak itu, sangat banyak. Jadi dia memutuskan untuk mengeluarkan semua surat surat itu, dia menaruhnya dilantai, banyak sekali dan tak terhitung.Shani mengambil salah satu surat yang menurutnya sangat menarik, berwarna putih bersih dan tidak bergaris seperti kertas hvs yang digunting menjadi kertas kecil.
Shani membukanya, wajahnya berubah, benar benar datar, membuat shani bingung ketika melihat isinya "Suratnya?"
Surat itu menampilkan bahwa surat itu ditujukan untuk dirinya sedangkan pengirimnya adalah shania gracia
Shani melotot, kepalanya seketika pusing, tak terkontrol bayang bayang ucapan dan gambaran mimpi buruknya tiba tiba saja datang menghantuinya, tubuh shani goyah, lemas, tak mampu menahan rasa pusing akibat bayang bayangan sebuah kejadian dan ucapan.
"Semoga selalu ingat aku ya shani"
"Aku takut kalau aku udah sembuh, kamu tinggalin aku lagi, kayak kemarin"
"Sakit kan ga selalu berbentuk soal nama nama penyakit yang tertera didunia medis, obat juga gak selamanya berbentuk pil"
"Aku bahagia tau kalau kamu masih ingat panggilan itu"
Kalimat-kalimat itu membuat shani terasa terganggu, dia mengetahui ucapan itu, ucapan yang dilontarkan gracia untuknya setelah pertemuan mereka diperpustakan, tapi ada satu hal yang membuat shani bingung, gambaran seseorang dipikirannya benar benar buram, wajahnya seperti dicoret dari ingatan shani.
"Kalau aku gak bertahan lama, kamu harus bertahan lebih lama"
Salah satu kalimat yang dilontarkan shani untuk seseorang yang bersamanya saat itu, disebuah kecelakaan, disebuah jalan raya yang dipenuhi orang orang, suara sirine ambulance yang terdengar jelas, suara keras yang entah darimana asalnya, suara teriakan namanya dan satu nama yang tiba tiba saja menghilang dari kejadian itu. Bayangan shani menampilkan itu dengan jelas.
Detak jantung shani tak beraturan banyak potongan mimpi yang mulai terbuka, mata shani menatap tajam kearah surat surat yang isinya tetap sama, penerimanya adalah dia dan dikirim oleh gracia. Shani semakin bingung, Kepalanya benar benar terasa berat tak karuan. Shani memegangi kepalanya yang benar benar terasa sakit.
Shani lalu menutup kota surat itu sembari menaruh semua surat didalam kotaknya, dia tak mampu lagi jikalau harus mencari tau lebih dalam lagi, menangis saja tak mampu lagi untuknya, kejadian tadi terus menghantui diri shani, membuatnya merebahkan tubuh dikasur, pikirannya kemana mana, shani mencoba menutup mata dengan harapan akan bermimpi mendapat suatu jawaban pasti dari semuanya.
●
Shani bangun dari tidurnya, kali ini dia benar benar dapat melihat jelas arti mimpinya, mata shani mengeluarkan air mata, rasa yang tak percaya akan apa yang dimimpikannya membuat shani kaget, sekaget kagetnya, shani mencoba mengatur nafasnya, mengatur detak jantungnya yang berdegup kencang, keringat menelusuri seluruh area tubuhnya, shani menuruni kasur mengambil sebuah kertas dikotak surat bercorak biru langit.
Shani menatap surat itu, air matanya menetes begitu saja setelah melihat membaca surat yang sama persis seperti dimimpinya, surat yang ditujukan untuk dirinya dan diberikan oleh gracia.
-----------------------------------------------------------------------------------
Untuk shani??
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Letter (GreShan)
General FictionBanyak hari yang sudah dijalani. Pertanyaan demi pertanyaan sama sekali belum terjawab, seluruh hal menjadi sangat misterius, kalimat kalimat memenuhi benak shani setiap harinya. Hanya lewat konsultasi dan surat surat ia dapat melampiaskan seluruh i...