Malam tiba, shani duduk sendirian diteras rumahnya. Chika sama mama ada acara keluarga diluar, tapi shani masih terfikir kejadian 3 hari lalu yang masih terbayang terus menerus dikepalanya tanpa henti "besok sabtu kan?" Ucapnya lalu menganggukan kepalanya, bola mata shani terus melihat ke banyak arah.
Tubuh shani tak bisa hanya diam saja, dia mengunci rumah yang sedari tadi kunci itu ada digenggaman tangannya, shani melangkah keluar menutup gerbang rumahnya lalu berjalan jalan malam hari itu dibagian komplek rumahnya. Tak terasa langkahnya malah makin jauh semakin jauh hingga tepat berada disebuah cafe yang lumayan dekat dengan perempatan jalan raya, juga ada taman mini dengan beberapa aneka penjual makanan kecil disitu.
Shani berjalan menunu cafe yang sudah ada didepannya, namun dia tidak masuk hanya memandangi cafe itu tanpa kata kata apapun,
Shani seperti orang gila yang berjalan kesana kemari tanpa tujuan yang pasti entah mau kemana."Bagusnya kemana? Bosen" shani juga tidak membawa ponselnya, dia sengaja melakukannya agar tidak terlalu terganggu oleh banyak notifikasi.
Langkahnya terhenti saat melihat anin masuk dicafe yang terus dia lihat, entah mengapa langkahnya malah menelusuri area taman mini yang ada tak jauh dari jarak cafe itu, dari jauh dia melihat gracia yang berada dikursi rodanya memandangi langit malam yang begitu indah malam itu.
"Dia masih suka keluar malam liatin langit malam ternyata" ucapnya, shani menghela nafas lega melihat gracia yang ternyata tidak seoverthingking dirinya yang terus memikirkan kejadian disiang selasa itu.
Tak lama anin melewatinya tanpa sadar menghampiri gracia yang langsung menyapa anin kembali, Shani masih stay pada tempatnya, melihati mereka berdua dari kejauhan tanpa berlaku apapun atau berniat menghampiri gracia dan anin, shani membalikkan badannya berjalan menjauh dari lokasi cafe dan taman mini.
Baru saja beberapa langkah shani terhenti, dia kembali memikirkan kejadian dihari selasa, kembali dia berjalan mengarah ke taman mini, melihat gracia dan anin yang juga berjalan pulang.
"Mau pulang ya itu? Aku hampiri atau gak ya?"
Shani bimbang dengan apa yang harus dia lakukan, tak lama shani berfikir untuk pulang saja dan berfikir bahwa lebih baik pulang dan langsung merebahkan tubuhnya dikasur kesayangan. Benar saja, Shani berjalan menuju rumahnya, membuka gerbang dan masuk namun lagi lagi pengelihatanya terarah pada sosok anin dan gracia diseberang jalan yang cukup jauh masuk dalam sebuah rumah yang dulunya itu adalah rumah yang kosong.
"Gracia tinggal disitu ya? Atau mampir doang?" Pertanyaan terus menyelimuti pikiran shani malam itu namun tubuhnya terlalu lelah untuk berfikir lebih banyak lagi.
Tiba dikamarnya dengan lesuh, shani langsung merebahkan tubuhnya begitu saja, matanya langsung tertutup saking lelahnya.
●
Pagi tiba, shani terbangun, suasana hatinya tercampur aduk, jantungnya tak kerkontrol dengan baik, nafasnya sesak. Shani memegangi dadanya dengan perlahan menarik nafas sebaik mungkin. Lagi dan lagi mimpi buruk yang mendatangi namun mimpi baru ini seperti akan mulai menghantuinya lagi, bukan seperti mimpi mimpi sebelumnya. Mimpi buruk yang entah harus dia bayangkan bagaimana, bahkan mungkin membayangkannya saja sudah tak mampu untuk dia lakukan.
Shani menarik nafas dalam dalam menghembuskannya bersamaan dengan tiupan angin yang menyapu gorden jendelannya yang berterbangan.
Sementara diluar kamar chika mengetuk pintu kamar shani sebanyak tiga kali yang didengar oleh shani namun tak dia respon apa apa, membuat chika memaksa masuk dan melihat kakanya itu yang terlihat pucat sehabis mimpi buruk.
"mimpi buruk lagi?" Tanya chika dari jauh sambil memegangi gagang pintu.
"gak chika, kecapean" jawab shani
"Kamu bisa buatin aku susu sama roti gak? Kamu masih lama kan jam sekolahnya"Chika mengangguk dia segera berjalan keluar kamar menutup pintu perlahan, meninggalkan shani sendiri dikamarnya.
Shani berdiri dari tidurnya menatap kearah luar jendela yang menampilkan sudah banyak orang yang melakukan aktivitasnya. Dari kejauhan dia juga melihat gracia yang menenangkan diri dengan melihat aktivitas para tentangga. Dengan semangat yang menggebu gebu shani berlari keluar kamar masih dengan piyama nya, Melewati chika yang berteriak memanggilnya.
"CI SHANI" ucap chika dari dapur kala melihat shani yang terlihat lusuh sudah antusias pagi itu.
Shani nongkrong didepan gerbang menyapa beberapa tetangga yang berkativitas pagi itu, tatapan shani terus tertuju pada gracia, yang nampaknya gracia tak menyadari keberadaan shani. Chika datang dibelakangnya, mengagetkan shani sambil membawakan sarapannya
"Ci, ini rotinya, dimakan dulu"
"Aku hari ini berangkat bareng ashel lagi ci"Shani hanya menganggukan kepalanya, membuat chika kesal lalu memukul pundak shani. Shani sontak membalikkan badannya, namun dia tidak marah karna pundaknya itu dipukuli, shani memegang kedua pundak adiknya balik, membuat senyuman manis dipagi hari untuk adiknya.
"Iya, makasih yah chika"
Chika balik membalas senyumnya, dia lalu bersiap siap untuk menunggu ashel. Sedangkan shani dengan modusnya, berjalan jalan mengelilingi komplek hanya untuk melihat gracia diujung.
"Shani" sapa gracia saat menyadari kehadiran shani.
Dengan wajah kesalnya shani melihat kearah gracia, dia lalu menghampirinya dengan hentakan kaki dan kekesalan yang menggebu gebu.
"Kenapa pagi pagi udah marah?" Tanya gracia bingung melihat raut wajah shani.
"Dari tadi aku diujung sana, kenapa gak nyadar sama sekali?" Kesal shani
"Aku mana tau, aku pikir kita ga sekomplek, udah sih yang penting udah ketemu kan?"
Shani menggelengkan kepalanya, memasang tubuh tegak serta tangannya ia taruh didada.
"Kamu gak kepikiran aku?"
Pertanyaan shani barusan membuat gracia sontak tertawa lalu menatap shani yang cemberut.
"Kenapa ketawain aku, Ada yang salah?"
"Gak tuh, aneh aja, kenapa tiba tiba tanyain itu?"
"gatau, nanya aja" ketus shani
"Iya kepikiran, tapi semenit doang"
Shani memiringkan bibirnya, dia lalu duduk dikursi teras milik gracia.
"Hari ini mau keperpus atau gak?"
Gracia menghampiri shani lebih dekat, mereka kini berhadapan, namun gracia masih belum memberikan jawaban pasti akan pertanyaan itu.
"Gatau" jawabnya
Shani kesal dia lalu berdiri dan hendak pergi dari rumah gracia, hentakkan kakinya masih terdengar ditelinga gracia.
"Kenapa pergi?" Tanya gracia
"Aku belum jawab padahal, udah ngambek aja""Sibuk, aku sibuk, aku gaakan ke perpus hari ini!" Tegas shani.
Namun gracia lagi lagi tertawa melihat ucapan kesal shani untuknya
"Yang mau ke perpus emang siapa? Aku ga perpus lagi"
Shani mengkerutkan wajahnya, alisnya menyatu dia lalu balik menanyakan apa yang ada didalam otaknya "kenapa emang? Bosen ketemu aku di perpus?"
"Lebih ke.., udah ketemu kamu aja, tujuan aku ke perpus kan buat lihat kamu, karna udah tau kalau kamu masih tinggal dijogja jadi aku berhenti mantau kamu diperpustakan, aku gamau ke perpus lagi, hari ini juga aku ada jadwal fisioterapi untuk pengobatan kaki aku, udah hampir 5 minggu jadwalnya aku pindahin ke hari senin sama jum'at karna harus ke perpus untuk ketemu kamu"
Shani semakin heran "kenapa jadwalnya ga tetap aja, hari ke perpusnya kenapa harus selasa sama sabtu, kan bisa jadwal ke perpusnya jadi senin sama jum'at"
Gracia terkekeh mendengarnya "gatau kenapa, kamu sibuk kalau hari lain, ada rapat dikantor, dan beberapa hal lain lagi yang yang harus kamu kerjakan di kantor, kamu ga sibuk nanti hari selasa sama sabtu doang kan?"
Shani mengangguk namun tubuhnya sengan sigap mendekati gracia "kenapa kamu bisa tau? Peramal?"
Gracia lagi lagi tertawa "bukan, aku tanya adik kamu chika"
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Letter (GreShan)
General FictionBanyak hari yang sudah dijalani. Pertanyaan demi pertanyaan sama sekali belum terjawab, seluruh hal menjadi sangat misterius, kalimat kalimat memenuhi benak shani setiap harinya. Hanya lewat konsultasi dan surat surat ia dapat melampiaskan seluruh i...