Usai makan, gracia hendak menaruh piringnya didapur, namun hal itu ditahan oleh shani.
"Mau apa?" Tanya shani
"Mau naruh piring, mau aku cuci"
Shani menggeleng "gausah, nanti aku yang cuci, masih inget kan yang tadi aku bilang?"
Gracia melihat heran, sementara shani langsung mengambil piring yang dipegang gracia "apa itu?"
"Lupa kan, ngelamun terus sih, yang tadi ge" shani tak melanjutkan ucapannya, membuat gracia semakin kebingungan dengan perkataan shani barusan, shani lalu meninggalkan gracia sendirian dihalaman.
Gracia masih berdiri keheranan, mencoba mengingat hal yang diucapkan shani sebelumnya. Namun bukannya keruang tengah untuk menonton bersama shani, gracia malag menuju kekamar, pikirannya seakan kosong, langkahnya seperti diatur, gracia memasuki kamar namun hanya berdiri sesaat memandangi kamarnya itu, lalu berjalan kearah jendela memandangi luar rumah.
-
Sementara dibawah shani kembali dibuat bingung dia mencari cari keberadaan gracia dihalaman namun tidak ketemu juga.
"Ge, kamu dimana"
Shani melihat kearah kanan dan kiri namun tidak melihat gracia yang berada dihalaman, dia lalu berjalan menunu ruang tengah, melihat keberbagai arah namun gracia juga tak terlihat disana. Pandangannya lalu terarah keatas tepat pada pintu kamar gracia.
Pintu terbuka, shani melihat gracia yang berdiri menatapi luar rumah melalui jendela, tepukan tangan shani pada pundak gracia membuat gracia sedikit kaget lalu membalikkan tubuhnya.
"Aku kaget shan" ucap gracia sedikit kesal.
"Yah kamu dibilang keruang tengah buat nonton bareng"
"Kapan sih kamu bilang itu?" Tanya gracia
Shani kebingungan, dia lalu duduk dikasur lalu menatap gracia dengan wajah keheranan.
"Aku jelas jelas bilang tadi loh ge pas ngasih kamu susu, kamu ga inget itu ge?" Tanya shani.
Gracia menggeleng membuat shani semakin keheranan akan sikap gracia yang tiba tiba menjadi seseorang yang sangat pelupa.
"Kamu abis ngapain sih ge? Ngelamun apa sampai hal yang baru aku bilang aja kamu lupa gitu. Makannya jangan kebanyakan melamun"
"Aku gatau"
"Yaudah kalau gitu sekarang mau nonton apa enggak? Atau kamu kecapean mau istirahat aja?"
Gracia bingung untuk menjawab dia ragu.
"Kalau aku bilang mau istirahat aja, kamu marah gak?"
"Gak"
Gracia lalu melangkah menuju kasurnya, merebahkan tubuhnya diatas kasur, sedangkan shani melihatinya sambil merasa kecewa, jauh didalam lubuk shani dia merasa sangat kecewa padahal dia ingin sekali menonton bersama gracia pagi itu.
"Kamu gamau tidur juga shan?"
"Aku temenin kamu aja, udah istirahat aja, nanti aku disini, aku nontonnya dihp aja"
Gracia kembali terbangun dia lalu duduk tepat dihadapan shani "yaudah kalau gitu kita nonton"
Shani menggeleng "gak" ucapnya tegas.
"Kamu cape istirahat aja jangan banyak gerakan, aku bisa nonton sendiri"
"Tapi kata kamu tadi kamu bilang mau ditemenin nonton film kesukaan masing masing"
"Kamu bilangnya mau istirahat ge, makannya gajadi, gimana sih kamu"
Gracia menarik nafas "maaf aku lupa, maaf shani"
Shani memegang kedua tangan gracia, dia lalu menarik nafas panjang "gak, gapapa. udah"
"Kamu kesel aku lupa itu tadi?"
"Gak, gaakan kesel sama pacar sendiri, lagian kamu juga lagi cape kan? Aku gabisa maksa, kapan kapan aja, sekarang tidur aja gih, nanti aku temenin kamu disini"
"Gamau beneran?" Tanya gracia lagi
"Kalau gitu nanti malem aku temenin ya, ingetin aku shani" sambungnya.Shani tersenyum dia lalu mengangguk "iya sayang"
"Udah tidur ih, katanya mau istirahat aja"
"Gamau, mau liatin kamu teruss"
"Gamau diliatin terus, udah ah tidur aja gee"
Gracia tertawa kecil melihat pipi shani yang memerah "sebut nama kamu dong shani"
Shani menatap heran dia lalu mendekatkan wajahnya pada gracia "kenapa coba?"
"Takut lupa"
Shani kembali menjauhkan wajahnya dari gracia, dia lalu menggeleng sambil tertawa kecil.
"Bisa aja, emang kamu bisa lupa aku ge?"
"Gabisa sih sebenarnya, masa pacar sendiri dilupa ih gaboleh banget itumah" ucap gracia.
"Kalau aku lupa pun, nama kamu masih tercantum didalam hati aku paling dalam, nama kamu gaakan aku lupa meskipun aku lupa sama kamu"sambungnya"Maksudnya gimana sih ge, aku gak ngerti"
Raut wajah shani keheranan dia lalu mengkerut.
"Mau aku lupa sama kamu, tapi pasti ada satu hal yang ngebuat aku inget sama kamu shani" jawab gracia
"Jadi sekarang coba sebutin nama kamu lagi didepan aku" pinta gracia.
"Aku shani, nama aku shani natio, aku pacar gracia, pacar gracia satu satunya" ucap shani dengan diakhiri gerakan membentuk sebuah love diatas kepalanya.
●
Siang telah tiba, jam menunjukkan pukul 12.00 shani masih stay melihati ponselnya sambil menonton film dinetflix sedangkan gracia masih tertidur disampingnya, shani perlahan lelah untuk menonton, dia lalu menaruh ponselnya dikasur, menurunkan kakinya dilantai, shani lalu memutari kamar gracia, melihat sudut demi sudut ruangan, pandangannya tearah pada laci meja yang menampilkan namanya terpajang disitu.
"Stiker nama aku kecil banget, kenapa gak besar aja supaya aku lihat, emang ni anak suka buat mata aku menyipit" ucap shani lalu tertawa kecil.
Dia lalu kembali terarah pada sebuah stiker lagi dibagian ujung jendela bertuliskan "shn"
"Harus banget seujung ini? Mana kecil banget lagi, gracia mikirin apasih sampai narub ditempat ga karuan kayak gitu"
Namun tak lama berselang, dia malah penasaran isi dari laci meja kecil gracia, disaat itu shani tak terpikir akan privasi, rasa penasaran membuatnya tak bisa berpikir bawah hal itu tidak sopan karna itu adalah privasi gracia, shani menatap pada sebuah laci paling bawah, ditariknya laci itu, matanya melotot, dia hanya menemukan satu dokumen dengan kertas putih bersih yang sepertinya baru baru gracia dapatkan.
"Kirain banyak isinya, cuma satu dokumen doang"
"Ini baru yah? Masih bersih banget"
Shani mengambilnya dia lalu membuka dokumen itu, matanya melotot, wajahnya berubah menjadi datar, shani menatap tak percaya akan apa yang dilihatnya barusan. Dadanya terasa sesak, mimpi buruk yang dialaminya menjadi sebuah bayangan dihari itu, membuat pikiran shani menjadi kacau, tubuhnya gemetar, detak jantungnya berdegup sangat kencang, keringat mulai menetes diatas jidatnya.
Shani entah harus berfikir apa akan kalimat didokumen milik gracia yang dia baca, tatapannya benar benar terlihat kecewa, raut wajah sedih terlihat jelas, bola mata shani mengarah pada gracia yang tertidur pulas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Letter (GreShan)
General FictionBanyak hari yang sudah dijalani. Pertanyaan demi pertanyaan sama sekali belum terjawab, seluruh hal menjadi sangat misterius, kalimat kalimat memenuhi benak shani setiap harinya. Hanya lewat konsultasi dan surat surat ia dapat melampiaskan seluruh i...