Malam tiba, shani dan gracia kini berada diatap, seperti hal yang sering mereka lakukan, namun sekarang berbeda, mereka memilih untuk duduk sambil menatap kelangit. Shani menatap gracia dengan penuh kebahagian, tatapannya seakan tak akan pernah bisa lepas begitu saja dari gracia, dia selalu menatap gracia dengan penuh ketulusan.
Gracia menunjuk kebulan dilangit malam yang bersinar terang malam itu.
"Bakal hujan gak yah? Soalnya setiap bulannya terang pasti hujan"
Shani tertawa "mana ada kayak gitu"
"Ada, kemarin juga gitu, cuma aku gak ngasih tau kamu aja"
Shani menggeleng sambil tertawa melihat tingkah gracia. Disampingnya gracia dengan anteng melihati langit malam yang indah.
"Kira kira dua bintang itu, mama sama papa aku gak ya shan?" Tanya gracia tiba tiba
"Mereka kangen aku gak ya?" Tanyanya lagi
Shani menatapnya dengan senyum "mereka ya?"
"Mereka gaakan lupa sama kamu, mereka bangga sama kamu mau bertahan selama itu, dan ngelawan apa yang kamu rasain sekarang. Kamu hebat ge kata mereka"
Gracia menatapnya kembali "tau darimana"
"Kata mereka gitu, apalagi pas kamu nungguin aku sadar dari koma yang berkepanjangan itu, kamu hebat tau, masih kuat meskipun waktu itu kamu gatau aku masih bisa bangun apa enggak"
Gracia kaget mendengar ucapan shani yang dilontarkan untuknya "kamu inget?"
"Makasih suratnya ge, aku udah baca surat bercorak biru langit itu, sekarang aku udah bangunkan, jadi jangan cape nunggu aku lagi"
Shani seakan tak menghiraukan pertanyaan gracia dia tetap melanjutkan kalimat yang ada dikepalanya "sekali lagi makasih ge"
Gracia menatapnya tanpa tangisan, rasanya sudah cukup untuk menangis, malam itu harus dihabiskan dengan bahagia tanpa ada kesedihan apapun. Gracia terus menatap shani tanpa henti, pandangannya tak berpaling sedikitpun.
"Kamu baca suratnya?"
Shani mengangguk dia lalu mengeluarkan surat itu dari saku celananya, menunjukkan itu pada gracia.
"Ini kan? Harapan kamu udah kecapai sekarang, aku udah ingat, dan aku bahagia bisa ingat meskipun sedikit nyakitin, aku beruntung bisa ingat itu dari hal yang gak aku duga"
Mereka berdua kini saling bertatapan.
"Kamu gak nanya kenapa coraknya biru langit?"
Shani menggeleng, namun gracia tetap ambis untuk menjelaskan maknanya
"Surat biru langit ini pernyataan kalau aku masih nunggu kamu bahkan waktu aku gatau kamu bakal bangun apa engga, biru langit itu adalah warna cerah yang siapapun bakal suka sama warnanya shan, langit waktu kamu koma itu selalu cerah, makannya aku pilih warna biru langit. wajah kamu juga masih cerah dan cantik waktu itu" jelasnya.
"Ada satu surat lagi, ambilnya besok tapi, diatas lemari aku, warna biru laut" sambung gracia.
"Kenapa biru laut?"
"Baca aja isinya, maknanya ada tuh didalam"
Shani hanya mengangguk dia lalu kembali memasukkan surat itu kedalam sakunya, tak ada lagi perbincangan yang terdengar dari mereka, hening dan hanya ada suara angin yang bertiup sangat kencang.
"Kalau aku pergi, ikhlasin aku ya?"
Shani menatap gracia tajam "gaakan"
"Gaakan apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Letter (GreShan)
General FictionBanyak hari yang sudah dijalani. Pertanyaan demi pertanyaan sama sekali belum terjawab, seluruh hal menjadi sangat misterius, kalimat kalimat memenuhi benak shani setiap harinya. Hanya lewat konsultasi dan surat surat ia dapat melampiaskan seluruh i...