9

2.2K 174 5
                                    

Sabtu sore itu gracia terlihat berjalan jalan diarea komplek rumahnya, namun dia tak sendiri ditemani oleh seseorang yang sudah 3 hari ini selalu menemuinya, shani dari kejauhan sudah mengetahui hal itu, mereka berdua sudah tidak berbincang selama 3 hari, bahkan untuk bertemu sekalipun, amarah shani memenuhi dirinya, bahkan marah pada hal yang belum jelas jawabannya.

Shani menatap gracia begitu saja saat dia hendak keluar menutup gerbang. Tatapan gracia juga seperti tak heran dan tampak biasa saja, sedangkan seseorang yang menemani gracia hanya melihat dengan bingung akan interaksi shani dan gracia yang terlihat tak pernah saling mengenal.

"Zee, aku mau pulang aja, kita pulang aja" ucap gracia dengan keras, itu sengaja supaya shani mendengar nama seseorang yang terus bersamanya selama 3 hari ini, orang itu adalah zee.

Mata shani menyinis menatap kepergian mereka berdua dari depan rumahnya, dia menghela nafas seperti pasrah saja pada keadaan yang dia jalani sekarang bersama gracia "zee yah namanya, gebetan baru" ucapnya ketus.

Usaha shani sama sekali tak ada untuk mengembalikan hubungan yang tidak jelasnya bersama gracia menjadi lebih baik. Shani kembali masuk, niatnya untuk pergi ke perpustakan hari itu seketika hilang begitu saja.

-

Langkah shani terhenti pada meja disamping lemarinya, dia lalu mengambil sebuah kertas dari lembaran yang terletak dibindernya, shani lalu mengambil pulpen juga, kepalanya tertunduk, matanya terfokus pada kertas yang terletak didepan matanya, pandangannya hanya mengarah ke satu arah, ke kertas itu.

Mulai tangannya menggerakan pulpen, dia mulai menulis satu demi satu kata sambil diejanya.

"Aku bingung ge, aku selalu suka dekat kamu, tapi gatau kenapa rasanya gamau buat nerima waktu kamu pertanyakan hal itu diparkiran rumah sakit sore itu tentang hubungan kita gimana kedepannya, aku mikir kita baru ketemu, meskipun sebelumnya ternyata kita sudah lebih dulu kenal, tapi itu 11 tahun lalu, aku bahkan ga ingat kamu waktu itu, aku gatau cara ungkapkannya gimana saat ini, kita rasanya sudah asing, seenggaknya itu yang ada dipikiran aku saat ini, aku mau kita ngobrol lagi, tapi entah kenapa aneh buat ngobrol lagi. Bahkan mungkin akan terasa canggung banget nantinya"

Sekilas itu yang ditulis oleh shani dilembaran kertas itu, dia lalu menyimpannya disebuah kotak penuh berisi banyak sekali surat yang ditulisnya. Namun shani sudah tidak tau lagi isi demi isi surat yang ditulisnya, hanya surat yang baru saja dia tulis itu yang di ingat. Selebihnya surat surat lain tak dia ingat lagi isinya tentang apa, hanya dibiarkan terletak dikotak itu begitu saja, shani juga terlalu malas jika harus membaca kertas yang ternyata berlembar lembar setiap satu kali tulis, membuatnya hanya membiarkan kertas kertas itu tertaruh.

Dia lalu merebahkan kembali badannya, menatap ponselnya. Tak terasa matanya mulai lelah, matanya tertutup begitu saja, ponselnya masih menyala bahkan suara vidio diponselnya terdengar begitu nyaring, dia tertidur pulas sore itu.

-

Malam tiba, detak jantung terdengar sangat cepat, nafas sesak, keringat membasahi tubuh, itu sepertinya yang dirasakan shani saat dia membuka mata, kembali bermimpi buruk akan sesuatu yang menghantuinya. Shani menangis, itu baru pertama kalinya dia menangisi hal yang entah apa, suara tangisan shani sedikit berisik membuat mama yang lewat dengan segera membuka pintu dan melihat kondisi anaknya itu "Shan!" Mama memeluk shani dengan tangis dipipinya, Dia bahkan tak tau mengapa dia menangisi mimpi buruk itu.

"Udah tenang, cerita ke mama ada apa? Kamu mimpi buruk lagi?" Tanya mama dia mengelus punggung shani dengan lembut menenangkan anak sulungnya itu

"Sudah jam 11 malam, kamu lanjut tidur, atau ada yang mau dibilang?"

Shani menghentikan tangisnya, pipinya basah, keringat membasahi bajunya "Aku takut ma"

Shani kembali memeluk mamanya dengan erat tanpa mau melepas pelukan itu "aku mimpi kehilangan"

Mama memeluk shani, dia lalu melepas pelukannya, menatap shani yang masih bersimbah keringat "Sudah ya, sekarang tidur lagi, mama gamau kamu nangis tengah malem kayak gini, mama temani kamu malam ini, kalau kamu kebangun karna mimpi buruk lagi, bangunin mama langsung"

Shani menggeleng dia tak mau tidur lagi seakan sangat takut akan mimpinya barusan yang tak bisa dia jelaskan saat ini, perasaannya bercampur aduk, takut, khawatir, sedih. Shani terus berusaha menenangkan pikiran dan dirinya, dia berusaha sekeras mungkin untuk bisa lepas dari mimpinya itu

"Jangan dipaksa shani, tenangkan diri kamu dulu, mama ambilkan minum buat kamu" mama turun dari kasur kemudian menghilang dari kamar shani begitu saja membuatnya seketika teriak histeris tanpa ampun, dia berteriak mencari mamanya kesana kemari, melihat kekanan kekiri namun tak terlihat.

-

Ternyata itu hanya mimpi yang dialaminya, itu mimpi sebenarnya, shani terbangun kaget, jatungnya lebih berdegup kencang dari pagi pagi kemarin, tangannya memegangi dada yang terasa sesak, kepalanya dipenuhi pertanyaan dan banyak hal lagi, dia langsung melihat ke arah jam dinding dikamarnya menunjukkan pukul 06.35.

Shani berlari menuruni anak tangga, dia menghela nafas lega saat mengetahui bahwa mama dan chika sedang sarapan berdua didapur, shani hanya berdiri sejenak, dia lalu kembali berjalan menuju kamarnya, berdiri didepan jendela sambil menghirup udara pagi, dia terus terpikir akan mimpinya barusan, membuatnya tak bisa berpikir jernih, ditambah gracia yang melewati rumahnya bersama zee, mereka bercanda bersama dan tertawa.

Shani menatapnya kali ini benar benar kesal seperti sudah tidak tahan akan pemandangan ini, dia berlari menuju keluar rumah, mengejar mereka berdua yang sudah hampir jauh.

Shani menahan kursi roda milik gracia, masih dengan pakaian yang dipakainya tadi malam, namun bukan pakaian tidur lebih ke kaos dan celana 3/4. Dia menarik nafas panjang lalu memegang tangan gracia didepan zee, namun zee hanya tertawa melihat tingkahnya.

"Mau jadi jagoan?" Tanya zee meledek

Hal itu malah membuat shani semakin kesal dia lalu mengontrol emosinya, melepas genggaman tangan gracia dari tangannya "Kalian pacaran?" Tanya shani serius, matanya lusuh, pandangannya sudah terlihat pasrah

"Kata siapa shan?" Tanya gracia berbalik

"Keliatan, bilang aja"

"kita sebatas mantan aja, gatau kalau gracia mau balikan" zee langsung bersuara, dia lalu tersenyum menatap shani dengan angkuhnya.

"zee.." gracia langsung saja menegur zee.

"Maaf gre, siapa tau aja kan, hari ini jadwal fisioterapi kamu kan? Aku temenin ya"sambung zee

Percakapan mereka berdua membuat wajah shani kesal dia lalu meninggalkan mereka berdua tanpa kata apa apa lagi.

Last Letter (GreShan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang