Gracia menatap jendela kamar shani dari kejauhan, senyumnya merekah, matanya juga ikut tersenyum, satu kata ajakan dari anin membuatnya berhenti menatap ke arah jendela saat itu.
"Gak mau pamit dulu?" Tanya anin yang sibuk memasukkan koper dan barang barang kedalam bagasi mobil dibantu juga oleh zee.
Gracia menggeleng dia tersenyum lalu memberikan sebuah kertas catatan pada anin "taruh didepan pagar aja nin".
-
Shani terbangun dari tidurnya, dia tak bermimpi buruk lagi, suasana hatinya bahkan lebih buruk dari mimpinya, baru saja bangun langkah shani sudah terhentak, bunyi langkahnya terdengar jelas ditelinganya sendiri, lagi dan lagi yang pertama kali dia lihat adalah rumah gracia dari balik jendela kamarnya.
"Masih pagi padahal, udah sepi aja rumahnya" ucap shani spontan saat melihat mobil yang tidak terparkir dan pagar yang terkunci rapat.
Shani melangkah menuruni anak tangga, melihat kondisi rumah yang sudah sepi tak berpenghuni selain dirinya yang ada didalam rumah itu, bagaimana tidak sepi shani bangun dijam 08.43.
Dia langsung saja duduk dimeja makan, memakan roti yang sudah disiapkan oleh mama untuknya. Dimeja makan, dia masih terpikir ucapan zee, membuat malah tidak ada nafsu makan.
Shani masih dengan piyamanya keluar untuk mencari udara segar, tapi langkahnya terhenti saat dia mendapati sebuah brownies yang terletak tepat didepan pintu
Dari gracia
Shani mengambilnya namun langsung menaruh brownies itu begitu saja tanpa mau mencicipinya, untuk kedua kali gracia memberikan brownies buatannya namun shani tidak pernah mencicipinya bahkan hanya sedikit, amarah dan kekesalannya membuat shani seakan tak mau menyentuh apapun hal tentang gracia.
●
Shani berjalan memasuki sebuah toko mainan, melihat lihat beberapa mainan lucu didalamnya, dia hanya berputar putar tanpa henti mencari sesuatu yang sudah lama ia ingin beli
"hft, gaada, udah niatin kesini, malah gaada"
Seorang penjaga toko menghampirinya bertanya kepada shani yang sedari tadi hanya berputar putar diarea toko "Nyari apa mba? Ada yang bisa saya bantu, dari tadi mutar mutar aja"
Shani membalikkan badannya, menatap penjaga toko itu "Boneka gurita kecil itu udah gaada lagi ya?"
"Udah habis, barusan aja yang beli datang kesini"
Raut wajah shani kecewa, dia kembali keluar dari toko, berjalan menelusuri trotoar sendiri "biasanya bareng gracia, sekarang sendiri" ucapnya, dia lalu menatap kejalanan yang ramai, mobil berlalu lalang, orang orang berjalan dengan santai ada juga yang terburu buru, padat.
Shani menatap ke langit, matanya tiba tiba saja memunculkan semangat, dia berlari menuju halte bus terdekat.
-
Didalam bus shani terus tersenyum, suasana hatinya sedang baik, tiba tiba saja. Tatapan shani mengarah keluar melihat berbagai kendaraan dari balik kaca bus "aku minta maaf ge" gumamnya.
Shani sampai dihalte dekat kompleknya dia berjalan dengan santai menuju rumah, dia menarik nafas dengan udara yang segar siang itu, cuacanya tidak terlalu panas tapi mendung, langit mulai terlihat gelap, namun itu tidak membuat suasana hati shani juga ikut mendung, shani membuka pagarnya namun lagi lagi pandangannya terarah pada rumah gracia
"Kerumah gracia sekarang apa enggak ya?"
Suasana hati shani bahagia karna dia berniat untuk menemui gracia dan yakin untuk memperbaiki hubungan bersama gracia, juga memperjelas hubungannya, shani melangkah menuju rumah gracia, dia berdiri disaat langit mulai semakin gelap
"Gee, ini aku shani, kamu didalem gak?" Teriak shani, raut wajahnya mulai khawatir karna hujan sepertinya akan segera turun.
Tak ada jawaban, sebenarnya shani ragu akan kehadiran gracia, dia juga tak melihat mobil gracia terparkir
"gracia lagi diluar kayaknya, kosong banget rumahnya"
Shani bimbang namun dia masih kekeh untuk tetap menunggu dan berpikir bahwa mungkin saja sepatu dan sendal gracia ia taruh didalam, shani masih berusaha memanggil dengan keras.
"GE, aku shani, kamu bukain pagarnya dong"
Hujan mulai turun, langsung sangat deras membuat shani terhenti didepan rumah gracia karna hujan benar benar deras tanpa henti
"ge, disini hujan, Gamau bukain aku pintu?"
Ucap shani, wajahnya sedih, tak ada lagi rasa kesal dihatinya, hanya rasa rindunya pada gracia, shani benar benar baru menyadari perasaannya, Karna hal benar yang benar adalah, bahwa dia mencintai gracia.
"Dingin ge"
Tak ada jawaban sudah hampir 10 menit shani menunggu, hujan masih sangat deras, terpaksa shani membatalkan untuk menemui gracia hari itu, dia berlari menerobos air hujan yang deras membasahi seluruh tubuhnya, saat baru saja melangkah masuk, mama dan chika sudah ada duduk diruang tamu memandanginya khawatir.
"Kamu dari mana? Mobil ga dibawa, mama takut kamu kehujanan, ternyata bener kehujanan" Mama langsung memberikan handuk yang terletak tak jauh dari pintu masuk, dia berikan itu pada shani yang sudah kedinginan setengah mati.
Shani masuk badannya basah hanya handuk yang mampu menahan air terus menetes, dia berdiri didepan kamar mandi melepas tas dan sepatunya perlahan.
"Ci shani dari mana?" Tanya chika yang tiba tiba saja berada dibelakang shani.
Shani menatapnya namun masiu berusaha membersihkan dirinya "abis dari rumah gracia"
Chika menatapnya sedih, wajah chika datar membuat shani kebingungan menatap raut wajah adiknya itu
"ka gracia udah ga tinggal disitu lagi, dia bukan tinggal disitu lagi ci, jadi jangan cari cari dia disitu lagi, tadi pagi dia pergi sama ka anin dan gatau satu orang lagi, hidungnya mancung, pake celana pendek dan rambutnya bob" ucap chika.
Shani menatap tak percaya, dia menghentikan gerakannya, wajahnya benar benar terlihat tak menyangka, matanya jadi terlihat lusuh. Semangat diwajahnya yang terlihat kini hilang begitu saja dalam sekejap.
"Kalau ci shani tanya aku tau dari mana, ka gracia tadi bilang sendiri ke aku pas aku lewat depan dia sama ashel, ka gracia nyuruh buat bilang ke aku soal ini" ucap chika
"Katanya juga jangan nyari nyari ka gracia lagi, biarin ka gracia yang datang sendiri" sambungnya.
Chika lalu pergi begitu saja usai mengucapkan pesan dari gracia, shani terdiam matanya tertuju pada sebuah note ditasnya yang basah terkena hujan
"Jangan lupa beliin aku boneka gurita ditoko itu, janji ya?"
Note itu alasan kenapa shani sangat niat untuk mencari boneka gurita yang dia maksud, itu karna dia menemukan catatan lama yang ia dapat saat memasukkan surat didalam kotak, catatan yang entah untuk siapa dan dari siapa, namun dia berpikir dan menyadari bahwa itu pasti dari gracia atau mungkin catatan yang sudah lama terletak disitu, tapi hatinya terus berkata bahwa itu dari gracia dan hanya gracia.
Usai membersihkan diri mama kembali menghampiri shani sambil membawa brownies dari gracia, shani yang sudah lemas tidak ada semangat membalikkan badannya.
"Dimakan, kamu belum pernah coba loh ini, nanti kalau sudah rapi, makan ya" ucap mama lalu memberikan brownies itu pada shani.
Shani membawanya ke kamar, tangisnya baru pecah saat dikamar, dia membuka brownies itu sambil menangis, bukan karna brownies itu namun karna dia tak sengaja melihat tulisan kecil disamping dosnya yang mungkin hanya disadari olehnya
"Semoga selalu ingat aku ya shani"
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Letter (GreShan)
General FictionBanyak hari yang sudah dijalani. Pertanyaan demi pertanyaan sama sekali belum terjawab, seluruh hal menjadi sangat misterius, kalimat kalimat memenuhi benak shani setiap harinya. Hanya lewat konsultasi dan surat surat ia dapat melampiaskan seluruh i...