Pagi kembali hadir, mimpi buruk juga kembali menghantui, shani terbangun dalam keringat yang memenuhi sekujur tubuhnya, masih sangat pagi.
05.54
Shani melihat ke kanan dan kiri, mimpi itu hadir lagi, susah dijelaskan namun rasanya terlalu berat kalau harus diingat ingat kembali, shani melihat ke arah kanannya masih ada gracia, tertidur pulas.
Shani melangkahkan kakinya menuruni kasur, mencoba mengatur nafasnya yang terasa sesak akibat mimpi buruk yang ia alami, rasanya setelah mimpi itu muncul lagi shani bahkan tak ingin tidur untuk waktu yang lama, didalam benaknya lebih baik dia begadang tidak tidur daripada harus melihat mimpi buruk yang entah sampai kapan selesainya, dia juga tidak tau mengapa mimpi itu selalu bermunculan setiap saat, membuat kepalanya rasanya ingin meledak.
Shani menuruni anak tangga, mencoba menenangkan diri dengan bersantai sebentar dihalaman belakang melihat bunga bunga yang mekar. Shani sedikit menghirup udara segar dipagi hari saat dia hendak untuk duduk disalah satu bangku yang terletak disana.
-
Disisi lain gracia terbangun, dia langsung saja melihat keberadaan orang yang menemaninya semalam, pandangannya masih buram, kepalanya masih terasa pusing, wajahnya pucat. Gracia mencoba meraba benda disekitarnya, mencoba mengambil ponsel untuk melihat jam lebih jelas karna pandangannya saat itu buram untuk melihat jam didinding yang cukup jauh.
06.10
Tak lama berselang langkah kaki mulai terdengar, shani masuk melihat gracia yang mengucek ngucek kedua matanya, sambil terlihat panik, dia juga sesekali memegangi kepalanya yang terasa amat pusing.
"Ge, gapapa?" Tanya shani khawatir sesegera mungkin dia mengambilkan minum untuk gracia yang berada disampingnya.
"Minum, kamu kenapa? Masih sakit kepalanya?"
Gracia tak merespon, dia masih mencoba mengembalikan pandangannya, berkali kali mengedipkan kedua matanya agar pandangannya kembali jernih.
"Shan, pandangan aku buram buram" ucap gracia
Shani bingung entah harus berbuat apa dengan yang terjadi, dia langsung mengambil ponsel untuk menghubungi salah satu dokter yang pernah didatanginya, dokter feni.
Sementara menunggu kedatangan dokter feni, shani berusaha mungkin menangkan gracia yang memang sangat khawatir terhadap kondisinya, kini pandangannya kembali jernih namun kepalanya masih terasa pusing. Entah apa yang dipikiran shani saat itu dia malah memilih untuk membawa gracia kerumah sakit karna pesan yang dia kirim untuk dokter feni tak kunjung ada respon.
●
Pemeriksaan dilakukan, shani memilih untuk menemui dokter feni akan hasil yang akan keluar usai pemeriksaan.
"Mungkin kecapean aja" ucap dokter feni.
"Istirahat yang cukup, jangan terlalu banyak pikiran gracia biar gak terlalu cape, pikiran juga memengaruhi itu" sambungnya.Shani menatap gracia "dengerin ge"
Gracia hanya mengangguk dia lalu meminta shani untuk segera pulang karna rasanya tubuhnya lemas.
-
Untuk sementara keadaan mulai membaik sakit kepala yang gracia rasakan sedari tadi sudah hilang, mereka berada didalam mobil milik gracia. Shani yang mengemudi.
"Kamu denger gak tadi dokter feni bilang apa?"
"Iya denger" ucap gracia.
"Kalau gitu jangan terlalu banyak aktivitas, untuk beberapa hari ini kamu dirumah aja dulu, kalau udah bener bener sakit kepalanya gak dateng lagi baru kita jalan jalan keluar lagi"
"Aku bosen dirumah shanii" rengek gracia.
"Ada aku, nanti kita nonton bareng, nyanyi bareng, semua bareng. Kita lakuin hal yang kita suka, kata kamu kan saling tau sama hal hal favorit masing masing bakal buat hubungan jadi lebih baik dan terbuka, jadi kita harus belajar buat tau semuanya"
Gracia mengangguk "tapi kalau aku kenapa kenapa, dirumah aja yah, jangan kerumah sakit, aku gamau lagi ke tempat itu"
"Iya, itupun kalau keadaan kamu gak memburuk, makannya jangan kecapean"
Gracia tersenyum, dia lalu menyandarkan kepalanya, sedikit menarik nafas dengan tenang.
●
Usai sampai dirumah gracia duduk disalah satu bangku dihalaman sementara shani sibuk membuat sarapan untuk mereka berdua, gracia menatap shani sekilas lalu melanjutkan lamunannya, banyak kata yang berterbangan dibenak gracia, kata kata itu berantakan memencar kesana kemari entah apa yang sedang gracia pikirkan.
Tepukan pundak membuat lamunan gracia terhenti, shani membawakan sebuah susu untuk diminum oleh gracia "ge, abis ini nonton yah, temenin aku kita nonton film favorit kamu dulu, film apa yang kamu lagi pengen banget di netflix"
Gracia mengangguk dia lalu mengambil susu yang diletakkan shani diatas meja didepannya.
"Diminum yah susunya, aku masak dulu, ntar balik, kita makan disini aja nanti, kamu tunggu aja disini ge"
Shani meninggalkan gracia yang mulai melanjutkan lamunannya, gracia menarik nafas panjang, seperti ada yang menghambat pikirannya entah sesuatu hal yang hanya dia ketahui atau shani juga mengetahuinya. Namun pandangannya terus tearah lurus kedepan, susu diatas meja juga mulai dingin, lama kelamaan gracia makin tidak terkontrol, dia bahkan tidak menyadari susu yang mulai kehilangan hangatnya akibat gracia tak menyentuh susu itu.
Lagi lagi lamunannya tersadarkan karna shani menghampirinya, membawakan sebuah sayur sup dan telur rebus untuk gracia.
"Yang goreng gorengan nanti lagi, kita makan sup dulu sama telur rebus, telur rebusnya gak hambar kok aku udah taruhin garem dikit, kamu coba gih"
Shani memberikan porsi makan gracia, namun gracia menatapnya dengan wajah yang lelah. Pandangan shani terganggu saat dia melihat susu yang dibuatkannya untuk gracia tak diminum sama sekali oleh gracia.
"Ge, kenapa minum susunya?" Tanya shani
Gracia baru tersadar sepenuhnya dia lalu mengambil susu yang dibuatkan oleh shani untuknya "maaf, aku baru inget susunya buat aku"
"Susunya nanti aja aku buatin, udah dingin ge"
Gracia merasa bersalah dia lalu menahan tangan shani yang hendak mengambil segelas susu itu dari tangan gracia "gausah" tegas gracia.
"Kenapa? Udah dingin nanti aku yang minum itu, aku buatin yang baru buat kamu" ucap shani
"Maaf aku gak minum susu buatan kamu shan, kamu marah karna itu?" Tanya gracia
"Kata siapa sih aku marah? Lebih gaenak aja ge kalau dingin makannya aku ganti pake yang hangat, biar yang dingin itu aku minum, kamu aku kasih yang baru" jawa shani
"Beneran gak marah? Aku takut kamu marah"
"Buat apa aku marah? Gaakan lah cuma masalah sepeleh gitu juga ge, udah ah, makan aja. Aku naruh susunya dulu didapur"
Shani melangkah menunu dapur, gracia tetap melihati shani yang kembali datang kepadanya. Mereka berdua menikmati makanan yang dibuat oleh shani, dengan suasanya yang dingin membuat pagi itu menjadi sangat tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Letter (GreShan)
General FictionBanyak hari yang sudah dijalani. Pertanyaan demi pertanyaan sama sekali belum terjawab, seluruh hal menjadi sangat misterius, kalimat kalimat memenuhi benak shani setiap harinya. Hanya lewat konsultasi dan surat surat ia dapat melampiaskan seluruh i...