Shani dan gracia berada didalam perpustakan, mereka kini tidak duduk berhadapan namun bersebalahan, Hari sabtu yang indah untuk shani.
Disaat gracia sibuk membaca buku dihadapannya shani hanya fokus memperhatikan gracia yang selalu terlihat sangat bahagia ketika membaca buku didepannya."Kenapa bukunya gak dibawa pulang untuk dipinjam? supaya tiap hari bisa dibaca dirumah" tanya shani.
Gracia menatapnya "biar kalau ke perpustakan bisa ketemu kamu nya"
Shani tersenyum salah tingkah dia lalu membelakangi tubuh gracia yang ada disampingnya, pipinya memerah.
"Balik shani, kenapa belakangin aku kayak gitu?"
"Aku bosen diperpustakan, bisa bawa aku keluar buat jalan jalan lagi?"Pertanyaan gracia barusan membuat shani kembali membalikkan badannya dan menatap kearah gracia, dia langsung berdiri lalu membawa gracia keluar dari perpustakan itu.
"Apapun buat kamu"
Mereka berdua lagi lagi menelusuri trotoar namun dengan rute yang berbeda. Pandangan mereka berdua terhenti saat melihat sebuah taman yang menampilkan danau kecil yang indah, membuat shani membawa gracia kesana.
"Kenapa harus disini?" Tanya gracia.
Shani menghela nafas dia lalu duduk dibangku yang ada sedangkan gracia masih tepat disampinnya.
"Dulu tempat itu favorit aku waktu kecil, tenang dan indah"
Gracia ikut menikmati ketenangan ditaman itu, keharuman bunga bunga disekitarnya membuatnya lebih merasa tenang lagi.
"Ge"
Panggilan shani pada gracia kedua kali setelah hari itu, membuat gracia tersenyum padanya dia menatap shani.
"Panggilan yang bagus, itu bakal jadi panggilan favorit aku shani"
Mereka berdua kini saling menatap satu sama lain.
"Masih gak keberatan aku suruh temenin?"
"Gak, kata siapa aku keberatan?" Tanya shani kembali.
"Aku takut kamu keberatan, kayak orang orang yang pernah aku kenal sebelumnya, mereka semua tiba tiba hilang gitu aja setelah aku kecelakaan, kecelakaan yang ngambil semua anggota keluarga aku dan nyisain aku seorang diri disini" ucap gracia
"Dan kalau memang kamu keberatan, gapapa bilang aja. Aku gabakal maksa buat tetap disini"Sambungnya
Shani berdiri dia lalu menggenggam kedua tangan gracia, mata gracia sudah hampir terlihat ingin menangis, shani berusaha menangkannya saat itu.
"Aku sama sekali gaakan keberatan kalau harus temenin kamu seharian ini"
Gracia tenang mendengar jawaban dari perkataannya.
"Aku berharap bisa cepat sembuh biar gak ngerepotin kamu terus shani, pasti susah yah dorong dorong kursi roda kayak gini"
Shani menggeleng dengan tegas.
"Kata siapa? Aku biasa aja, aku suka"
"Aku penasaran berapa orang yang udah kamu giniin, aku yang ke berapa?" Tanya gracia meledek, dia lalu berpura pura berfikir. "Ke 10 mungkin"
Tingkah gracia itu membuat shani tertawa dia lalu kembali berdiri dihadapan gracia.
"Kamu orang pertama yang menurut aku adalah orang sederhana yang memang bisa membuat banyak senyuman dan tawa ge"
"Aku mau tau aja, aku ke berapa? Kata gita kamu suka cari cewe cewe cantik, aku penasaran aku keberapa"
Shani terkekeh mendengernya
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Letter (GreShan)
General FictionBanyak hari yang sudah dijalani. Pertanyaan demi pertanyaan sama sekali belum terjawab, seluruh hal menjadi sangat misterius, kalimat kalimat memenuhi benak shani setiap harinya. Hanya lewat konsultasi dan surat surat ia dapat melampiaskan seluruh i...