Pukul 7 pagi, dokter Riana masuk kedalam ruangan Zyo. Ruangan yang kini sudah diisi oleh mama Arum dan papa Hasta serta Juan dengan wajah yang sangat penuh kekhawatiran,
Sedangkan Zyo, perempuan itu terus menggenggam tangan Juan dengan wajah yang terus menerus meringis. Ia ingin cepat-cepat menyelesaikan ini semua,
Dokter Riana memeriksa Zyo untuk mengetahui sudah pembukaan berapa pada pukul 7 pagi ini,
"Ju,,, sakittt. Aku gak kuat" ucap Zyo merintih, Juan terus menerus menggenggam tangan istrinya itu dan juga ia mengecupnya berkali-kali.
"30 menit lagi ibu bisa melahirkan ya bu" ucap dokter Riana, membuat Juan frustasi. Ini seperti mempermainkan istrinya yang sudah kesakitan namun tidak kunjung diobati,
"Dok, gak bisa sekarang aja? Kasian istri saya" ucap Juan,
"Ini baru pembukaan sembilan pak, satu lagi ya saya siapin alat-alat saya dulu" ucap dokter Riana dengan senyumnya, karena ia sudah biasa diajak berbicara dengan nada tidak mengenakan kala sedang bertugas.
"Mamaaa" teriak Zyo,
Mama Arum menghampiri Zyo, ia juga terus menggenggam tangan putrinya itu. Wajahnya benar-benar khawatir,
"Miring aja ya nak, dibantu sama Juan ya" ucap mama Arum,
Lalu Juan membantu sang istri untuk dimiringkan, ia juga mengusap belakang sang istri berkali-kali, sementara Zyo? Jelas perempuan itu tetap menangis dan meringis kesakitan.
Hati Juan benar-benar seperti diiris kali ini, ia tidak bisa berbuat apapun. Benar-benar tidak bisa.
"Aku gak kuat Ju, ini sakit banget" ucap Zyo,
"Kamu gak boleh ngomong gitu, kita harus terus sama-sama ya? Aku janji setelah kamu melahirkan, aku bakalan turutin semua mau kamu, apapun itu" Juan mengecup tangan Zyo,
"Kamu kuat, lebih kuat dari aku. Kamu bisa patahin jari tangan aku, aku rela"
"Juaannhh" Zyo menangis, Juan memeluk perempuan itu dan menciumi kepalanya.
"Gak boleh bilang gak kuat, aku bakalan terus ada, bakalan terus sayang sama kamu. Aku gak bisa kalo gak sama kamu" bisik Juan ditelinga Zyo,
30 menit dan benar saja dokter Riana masuk kedalam ruangan Zyo, mama Arum dan papa Hasta keluar ruangan, menunggu diluar. Sementara Juan terus berada disebelah Zyo, menggenggam tangan istrinya yang sedang berjuang untuk melahirkan buah hatinya itu.
Juan sudah tidak merasakan apapun pada tangannya yang hampir dipatahkan oleh Zyo, ia tidak peduli itu. Apapun ia lakukan asal Zyo tidak boleh merasakan sakit seorang diri.
"Ayo bu, coba ngeden lebih keras ya Bu" ucap dokter Riana,
"SAKITTT" Teriak Zyo kencang sekali,
"Kamu bisa sayang, kamu bisa" bisik Juan ditelinga Zyo.
Pada pukul 8 lewat 10 menit, suara tangis bayi terdengar dan yang pertama Juan lakukan adalah memeluk dan menciumi Zyo, seluruh wajah perempuan itu dihujani ciuman bertubi-tubi dari Juan,
Bahkan lelaki ini menangis, benar-benar meneteskan air matanya. Ia memeluk istrinya itu yang membuang nafas lega,
"Makasih sayang, makasih banget" ucap Juan ditelinga Zyo,
"Aku janji, setelah ini. Aku gak akan bikin kamu sedih, aku akan terus sama kamu sampai aku mati" lanjut Juan,
Zyo yang mendengar dan melihat wajah suaminya itu, ia mengangguk dengan tersenyum dan mengusap air mata suaminya itu.
Dokter Riana memberikan bayi yang baru saja dilahirkan beberapa menit lalu kepada Juan, bayi perempuan yang akan menemani Zyo sampai tua nanti.
Juan terus menitihkan air mata kala ia menggendong bayi ini untuk pertama kalinya, ia juga memberikan bayi ini kepada Zyo.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALCOHOL FREE [SUDAH SELESAI]
Teen FictionMelepaskan hobby yang sudah 5 tahun lebih digeluti bukanlah hal yang mudah bagi seorang Narrazyo Hasta atau kerap disapa Zyo, Melakukan dance dengan kedelapan teman-temannya setiap hari, menyanyi diatas panggung bersapaan dengan semua manusia yang...