31 || All lies revealed ★

1.1K 44 0
                                    

Langit sudah gelap disaat ia baru saja sampai di rumah, laki laki itu mengantar Sena terlebih dahulu sebelum ia kembali pulang menggunakan taxi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit sudah gelap disaat ia baru saja sampai di rumah, laki laki itu mengantar Sena terlebih dahulu sebelum ia kembali pulang menggunakan taxi. Arsen menghela nafas panjang sebelum kemudian ia membuka pintu utama.

Arsen berjalan masuk, hingga kemudian ia menangkap sesosok pria paruh baya sudah menunggu nya di kursi ruang tamu menatap nya dengan penuh kekhawatiran. Dan saat itu juga, Arsen mematung di posisinya sekarang.

"Kemana aja, Nak? Kenapa baru pulang sekarang?"

Tanpa sadar Arsen mengepalkan kedua tangan disisi tubuhnya, tatapannya berubah tajam mengarah pada pria paruh baya tersebut yang baru saja berdiri dari duduk nya. Rahang Arsen mengeras begitu benci hanya melihat sosok nya, yang hampir 90% memiliki paras yang mirip dengannya.

"Nak .. Ayah mau bicara sama kamu" Ujar Arkan lagi mencoba membuyar kan lamunan Arsen yang masih mematung tak percaya. Memang tadi siang Sena sudah menjelaskan pada nya mengapa bisa Ayah nya berbohong dan menjemput Rey. Sena memohon agar setelah Arsen pulang kerumah, laki laki itu harus menahan emosi nya dan tidak bertindak gegabah. Tanpa berniat menjawab, Arsen kembali melanjutkan kembali langkah nya menuju kamar, ia akan mengambil sebagian baju nya dan kembali pergi.

Beberapa jam kemudian di sisi lain sudah bertahun tahun kejadian mengerikan itu sampai detik ini Nasya masih saja memimpikan hal yang sama. Membuat hidup nya tidak tenang, Mama, Papa dan semuanya terbunuh dengan tidak layak.

Nasya meremas rambutnya, menangis dalam malam yang penuh kesunyian. Ketakutan, merasa bersalah, kecewa, semua menjadi satu membuat nya tertekan hingga menimbulkan trauma dalam dirinya.

Dia takut pada kegelapan malam, namun ia terus berusaha bangkit dari keterpurukan itu. Nyatanya sekeras apapun ia mencoba melupakannya, maka semakin tercetak jelas masa masa itu menghantuinya.

"Mama, Papa, i'm sorry" Lirihnya bersama bayang bayang kebersamaan mereka.

Sampai detik ini Nasya tidak tahu mengapa orang orang itu membantai keluarga nya dan hanya menyisakan dirinya seorang. Sampai detik ini ia hanya hidup dalam bayang bayang itu, ia sangat rindu keluarga nya, ia rindu dimasa lalu, ia rindu kasih sayang orang tua nya.

Takdir begitu kejam padanya, ia hidup bersama nenek nya yang berada di kampung setelah keluarga nya habis. Tetapi ia seperti hidup sendiri dalam bayangan itu.

"Kenapa belum tidur, Sya?"

Ah, tidak. Hidup Nasya tidak segelap itu, karna ada seseorang yang sedari kehancuran itu terus mengulurkan tangannnya untuk menjaga dan melindungi nya. Nasya mendongak, melihat laki laki yang selalu membuat nya terus semangat menjalani hari hari nya.

"Kenapa belum tidur, Sya?"

Nasya berulang kali membuka mata nya dan kembali menatap Arsen, laki laki itu sudah kedua kali nya bertanya pada gadis itu membuat raut wajah gadis itu seketika memuram. "Nasya mimpi itu lagi"

"Jangan takut, its oke" Ucap Arsen mencoba menenangkan Nasya yang masih saja terlihat ketakutan.

Nasya perlahan menghapus air mata nya yang entah sejak kapan sudah berada dipelupuk mata nya ketika Arsen menyodorkan segelas air putih.

Menit berikut nya Arsen berdiri dari duduk nya, kemudian laki laki itu mengusap puncak kepala Nasya pelan. Gadis itu kemudian mendongak. "Arsen mau pulang, ya?"

Laki laki itu mengangguk. "Iya, kayanya mau langsung isi apartemen yang barusan di beli"

"Kenapa ga pulang ke rumah?" Tanya gadis itu lagi.

"Nanti Arsen cerita, sekarang kamu istirahat aja, ya? Minum obat nya. Nanti Arsen kasih obat nya ke Nenek biar gak lupa kalo waktunya minum obat"

Mendengar itu Nasya tersenyum manis. "Makasih Arsen, makasih udah mau genggam terus tangan dan semangatin Nasya sampe di titik ini. Sena beruntung bisa dapetin cinta dari seorang lelaki kaya Arsen, jujur Nasya iri banget"

"Udah, jangan banyak fikiran sekarang. Sembuhin dulu sehatin badan nya. Nanti kapan kapan kita main bareng Sena juga" Ujar Arsen sebelum beranjak pergi, disaat gadis itu mengangguk baru Arsen kemudian berbalik badan dan menuju pintu utama.

Keesokan hari nya, Sena dibuat kesal dengan kehadiran Arsen yang seperti biasa menjemputnya untuk pergi ke kampus, padahal ia sudah kecewa dengan laki laki itu dan sudah memutuskan untuk mengakhiri hubungannya, namun Arsen menolak keras.

Laki laki itu menangis disaat Sena menjelaskan tentang Ayah nya, laki laki itu benar benar menangis di pelukan Sena. Bagaimana Sena bisa tak tega? Jika laki laki yang ia sayangi begitu sangat sedih, tapi disisi lain ia juga merasa kecewa dengannya.

Sena akan mencoba memberikan satu kesempatan lagi untuk Arsen, gadis itu benar benar sudah berjanji. Hanya satu kali ini saja.

"Bekal aku mana?" Ujar Arsen ketika ia baru saja membuka pintu mobil untuk Sena. Seketika gadis itu menepuk jidat nya pelan.

Sena kemudian tersenyum menatap Arsen tanpa dosa. "Aku gak buatin kamu bekal buat sarapan"

"Aku belum sarapan, di apartemen masih kosong belum ada apa apa. Gak kasian?" Ujar Arsen semenyedihkan mungkin.

Namun bukannya menjawab, Sena malah mengernyit bingung. "Apartemen?"

"Iya, aku beli langsung tadi malam, baru banget" Jawab nya.

Sena kembali bersuara. "Kamu tinggal di apartemen? Kenapa?"

"Kamu yang bilang sendiri aku harus jaga sikap, jangan bertindak gegabah, atur emosi, right?" Ucap Arsen lagi.

Sena menghela nafas nya perlahan. "Tapi gak keluar dari rumah juga, Sayang. Siapa nanti yang jagain bunda kalo gitu? Kak Arsyita juga kan gak tinggal disana"

"Kamu tau sendiri aku gak akan bisa kalo dengan cara seperti itu, kamu tau aku. Segalanya. Tanpa harus dijelasin juga kamu udah ngerti. Aku gak akan bisa kontrol emosi aku kalo setiap hari lihat orangnya" Ujar Arsen panjang lebar dengan sikap yang serba salah.

Sena kembali menatap laki laki di depan nya. "Terus bunda, gimana?"

"Mereka ternyata udah tau, semua nya tau terkecuali aku" Ucapan Arsen barusan membuat Sena sedikit terkejut.

Sena menaikkan satu alisnya. "Maksud kamu tau?"

"Iya, Bunda, Kak Arsyita semua nya ternyata udah tau. Awal nya dulu Bunda sama Kakak kecewa. Tapi mereka bisa memaafkan secara perlahan dan berencana gak kasih tau aku, mereka tau apa yang akan aku lakuin jika aku tau semuanya"

Arsen berhenti sejenak, kemudian kembali bersuara. "Mereka bohongin aku, sayang. Semuanya!"

"Jadi Bunda memutuskan menerima jika dipoligami?" Tanya Sena hati hati.

Arsen yang sedang memeluk Sena seketika melepaskan pelukan nya. "Ayah pertama menikah dengan Bunda, karna Omma memaksanya untuk menikah kan ayah dengan wanita itu terpaksa Ayah lakukan demi bisnis nya, dan awal nya Ayah menolak keras. Beberapa tahun kemudian setelah Kak Arsyita umur 5 tahun, Omma meminta Ayah untuk mempunyai anak dengan perempuan itu, awal nya Ayah menolak keras lagi. Tapi Omma menekan Ayah terus menerus akhirnya berhasil dan berbarengan dengan Bunda yang mengandung kembali"

★★★★★

~TO BE CONTINUE~
IG:@SNAZWAALISANAD

Journey Of Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang