32 || Deepest heartbreak ★

849 33 1
                                    

"Kok diem aja sih, kenapa?" Tanya Nasya pada Haikal yang sedari tadi hanya memainkan makanan nya saja di meja kantin kampus, Nasya hendak mengambil sendok yang dimainkan oleh Haikal namun laki laki itu tak membiarkan nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kok diem aja sih, kenapa?" Tanya Nasya pada Haikal yang sedari tadi hanya memainkan makanan nya saja di meja kantin kampus, Nasya hendak mengambil sendok yang dimainkan oleh Haikal namun laki laki itu tak membiarkan nya.

"Lo apa apaan sih?" Ujar Haikal dengan ekspresi kesal

Nasya mengekspresikan wajah polos. "Makanan nya kenapa dimainin gitu? Mending sini aku suapin"

"Gak!"

Nasya terus berusaha mengambil sendok laki laki itu. "Sini aku suapin aja, ya?"

"Enggak, gue bilang enggak!"

Nasya mencari cara lain, kemudian ia beralih menarik piring dari hadapan Haikal. "Gapapa biar aku suapin aja, kamu makan nya lama, nanti keburu dosen datang, sini-"

Braaakkkkk ..

Suara geprakan itu menggema hingga memenuhi penjuru kantin, semua pasang mata tertuju pada Haikal, pelaku yang membuat suara nyaring itu berasal.

Haikal memasang wajah datar dan tatapan nya begitu tajam melirik tangan yang baru saja ia gunakan tadi untuk memukul meja.

Setelah Nasya terdiam, ia kembali mengambil piring yang tadi Nasya tarik, detik berikutnya laki laki itu kembali memakan makanan tersebut seolah olah barusan tidak terjadi apa apa.

"Mau sampe kapan Lo pada diem kaya gitu? Cepet abisin makanan nya, kita cabut dari sini!" Kedua orang yang beberapa hari ini telah berteman dengan Haikal dengan cepat menghabiskan makanan mereka masing masing, mereka tidak mau menyulutkan emosi laki laki itu.

Rio, Reza, mereka berdua tau jika laki laki ini marah, maka kata kata yang akan keluar dari mulut nya akan membuat siapa saja sakit hati ketika mendengarnya. Jadi, mereka lebih memilih diam.

"Kamu kenapa?" Ucap Nasya setelah terdiam beberapa saat. Membuat Rio dan juga Reza menelan ludah nya sendiri.

"Sya, mending lo balik ke meja lo, disana Sena udah nungguin lo tuh" Ucap Reza menunjuk meja yang sudah ada Sena disana dengan raut wajah khawatir.

Nasya mengerucutkan bibir nya, kemudian ia memposisikan tubuh nya kembali. "Bentar dulu, aku mau ngobrol sama dia bentar"

Nasya menatap kearah Haikal kembali yang sedari tadi hanya diam. "Kamu kenapa sih dari tadi diem mulu aku tanya"

"Masih marah ya sama aku?"

"Maafin dong, aku gabisa kamu diemin gini"

"Udah beberapa hari ini kepikiran terus kamu"

"Baikan ya?"

"Iya gak?"

Reza kembali bersuara. "Sya, udah. Mending lo pergi jangan ganggu dulu Haikal"

Rio mulai melihat Haikal mengepalkan tangan nya kuat, laki laki itu sepertinya sebentar lagi akan mengeluarkan amarah nya. Detik berikutnya Nasya melihat ada saus yang menempel diujung bibir Haikal, gadis itu perlahan akan mengusap saus itu dan ..

Praaaaaaangggg ..

Seketika kantin kembali hening, wajah Haikal nampak menyeramkan. Laki laki itu baru saja melempar piring ke lantai, kini pecahan itu sudah berserakan kemana mana.

Rio, Reza mulai menghela nafas nya kasar, mereka menatap Nasya prihatin. Sebentar lagi pasti gadis itu akan terkena amukan Haikal, dan mereka tidak bisa melakukan apa apa lagi.

"Kenapa sih lempar lempar piring gitu?" Tanya Nasya kemudian ia memperhatikan pecahan pecahan yang sudah berserakan.

Haikal bangun dari duduk nya, kemudian menatap Nasya tajam. "Mau sampe kapan sih lo terus gangguin gue? Kita udah selesai!"

"Aku gak akan pernah berhenti, sampe kamu maafin aku"

"Gak akan, semuanya udah hambar" Tegas Haikal.

"Ayo kita berjuang lagi, aku gak akan pernah lepasin kamu" Ujar Nasya tak ingin mengalah.

Haikal menendang kursi di sebelah nya. "Gue enggak, gue gak mau! Gue udah gak ada perasaan sama lo!"

Nasya bangun dari duduk nya. "Enggak, kasih tau aku apa yang harus aku lakuin biar kita sama sama lagi?"

"Lo masih gak ngerti juga arti sikap gue ini apa? Gue udah gak sayang sama lo!" Pekik Haikal muak.

Haikal berhenti sejenak kemudian kembali bersuara. "Gue udah gak suka sama lo!"

"Gue udah gak sayang sama lo!"

"Gue mau lo berhenti bersikap bodoh kaya gini"

"Pikirin masa depan lo, otak lo dipake buat mikir, bukan buat ngemis ngemis kaya gini sama gue!"

Nasya menggelengkan kepalanya. "Terserah kamu mau ngomong apa, aku tetep bakal perjuangin hubungan kita, titik!"

Haikal tertawa pelan. "Apa lo bilang? Hubungan kita? Gue gak salah dengarkan? Dimana mana namanya berjuang itu sama sama, bukan hanya salah satu nya. Kalo cuman salah satunya yang berjuang .."

Haikal menjeda sebentar ucapanya, kemudian kembali bersuara. "Itu namanya pembodohan!"

"Aku gak perduli, mau kamu bilang aku bodoh terserah, aku bakal terus berjuang sampe kamu juga suka lagi sama aku" Final Nasya.

"Lo pikir lo siapa?" Tanya Haikal.

"Lo tau gak kenapa gue mutusin lo? Karna lo gak seberharga itu, lo manja, lo bisa nya cuman ngerengek gak jelas, gak ada yang bisa gue banggain dari lo sebagai pacar. Gue berhak milih perempuan lain yang lebih pantes gue pacarin" Ucap Haikal panjang lebar.

Haikal hendak pergi, namun Nasya menghentikan nya. Namun dengan cepat Haikal kembali menghempaskan nya. "Mau lo apa sekarang?"

"Apa yang harus aku lakuin? Biar kamu cinta lagi sama aku?" Ucap Nasya penuh harap.

"Gak ada, gue cuman mau lo berhenti ngejar gue lagi"

Nasya kembali menggeleng. "Tapi gak bisa, semakin kamu berusaha menjauh, semakin aku bakal berjuang"

"LO TAU MURAHAN GAK SIH?"

Seketika seisi kantin prihatin dengan keadaan Nasya, sedangkan Sena yang sedari tadi diam hanya bisa menyimak dari meja belakang.

"Lo itu murahan Sya, gak punya harga diri gue perhatiin. Dulu lo kejar kejar Arsen, dan sekarang? lo kejar kejar gue, lo bisa kok move on dari gue, cuman mungkin sekarang butuh waktu aja, nanti juga lo bisa kejar kejar lagi cowok lain, mudah kan?" Ucap Arsen tak punya hati, membuat seluruh penghuni kantin benar benar tak habis fikir.

"Haikal, stop! Udah" Cegah Sena ketika laki laki itu akan kembali bersuara. Perlahan Sena menghampiri meja mereka.

Sena memeluk tubuh Nasya, mengusap puncak kepala nya. Sena kembali menatap Haikal dengan tatapan yang sulit diartikan. "Gak nyangka ya, lo jahat banget jadi orang"

Haikal menoleh "Dia yang duluan, gue risih. Lihat sekarang seisi kantin liatin dia, bahkan dia gak malu sama sekali dari tadi terus buat gue gak nyaman"

"Ayo kita pergi dari sini, jangan buang waktu lo buat laki laki yang gak sayang sama lo, lo pantes dicintai, Sya. Jangan gini!" Ucapan Sena berhasil membuat Nasya mengangguk, kemudian berjalan pergi bersamanya.

Disaat berjalan beriringan, Nasya menoleh kearah Sena. "Kenapa sih Gue selalu gak beruntung dalam percintaan, sedang lo? Lo selalu beruntung dan dicintai sama cowok yang effort nya gak main main! Gue iri Sena, gue iriii sama lo!" Ujar Nasya dengan air mata yang perlahan jatuh.

★★★★★

~TO BE CONTINUE~
IG:@SNAZWAALISANAD

Journey Of Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang