39 || Melisa's arrival ★

957 30 5
                                    

Sena memegangi pipi kanan nya setelah mendapat tamparan dari laki laki paruh baya yang berada di hadapannya dengan ekspresi marah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sena memegangi pipi kanan nya setelah mendapat tamparan dari laki laki paruh baya yang berada di hadapannya dengan ekspresi marah. "Kurang ajar kamu Sena"

Sena tidak bisa berkata apapun, demi tuhan ia kecewa dengan perlakuan Papanya barusan yang berani menampar pipinya untuk yang pertama kalinya, apa ini mimpi? Sungguh?

"Pah, gak harus main tangan juga, ini anak perempuan kamu! Sadar!" Ujar Kina merasa aneh dengan sikap suaminya yang berubah.

"Papa begitu karna Papa sayang kamu Sena! Dan makin kesini kenapa kamu selalu bangkang Papa? Apalagi sampe kamu lawan Papa demi laki laki itu?" Ucapan Bima barusan membuat Sena kembali bersuara.

Sena melepaskan pelukan Mamanya, lantas kembali menghadap Papanya dengan berani. "Enggak, aku gak bisa lihat rasa sayang Papa, justru aku cuman bisa lihat Papa yang terlalu obsesi sama harta aja, Papa takut itu semua hilang kan? Tapi Papa gak takut kehilangan kebahagiaan anak Papa sendiri"

"Sena, Papa bene-" Ucapan Bima kembali terhenti.

"Pah, pasti ada cara lain buat balas semua budi pada mereka, aku yakin masih ada rasa sedikit kasihan untuk Papa gak maksa aku lagi buat terima perjodohan itu, aku mohon .." Lirih Sena.

Setelah beberapa saat terdiam Bima menghela nafasnya pelan, kemudian laki laki paruh baya itu memeluk putri nya, mengecup dahi gadis itu dengan penuh kasih sayang. "Maaf sayang, Pa-papa nyesel udah nampar kamu barusan, Papa tau kamu pasti kecewa, Papa gak tau harus gimana lagi, Papa khilaf"

Sena mengeratkan pelukan Papanya, kemudian menangis. "Sakit, Paaa" Ucapnya sebelum suara tangisan itu semakin membesar.

"Mama gak di ajakin pelukan?" Tiba tiba saja Kina mengerucutkan bibirnya. Dengan cepat Bima membawanya kepelukannya sehingga mereka bertiga saling menumpahkan kasih sayangnya satu sama lain.

Di lain sisi Haikal baru saja membeli bunga mawar yang indah untuk ia berikan pada Nasya, hatinya kembali berdebar, ia sangat senang hari ini ia akan mengajak gadis itu menemui kedua orang tuanya yang baru saja pulang.

Kedua orang tua Haikal cuman ada waktu 2 hari saja untuk tinggal, setelahnya mereka akan kembali lagi pada pekerjaannya di luar negri, jadi laki laki itu akan memanfaatkan waktu itu untuk secepatnya mengenalkan Nasya pada mereka.

Setibanya di depan pekarangan rumah kekasihnya, Haikal tersenyum melihat gadis yang dengan sangat cantik menampilkan senyuman manisnya. "Cantik" Ucap Haikal dalam hati.

Haikal membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Nasya masuk dengan perlahan, sebelum menutup kembali pintunya Haikal sedikit menundukkan kepalanya kemudian berbisik. "Kamu cantik, aku suka"

Mendengar itu Nasya mengipas ngipas wajahnya yang mulai memerah, ia sangat baper sekali dengan apa yang Haikal ucapkan barusan kepadanya, lihat saja nanti ia akan balas dendam, siapa suruh membuatnya malu seperti ini. "Dasar cowok nakal!"

Sedangkan di seberang sana Arsen berusaha melindungi Bunda nya dengan susah payah, kedua orang dengan memakai jas formal terus menahan kedua tangannya untuk menyingkir.

"Ternyata bertahun tahun lamanya Arkan sudah membohongi saya?" Ujar Melisa penuh dengan amarah menatap Attala yang mulai mengeluarkan darah segar di ujung bibirnya karna mendapat beberapa tamparan dari wanita yang berstatus sebagai mertuanya itu.

Kemudian Melisa melirik Arsen dengan tatapan yang sulit di artikan, Melisa perlahan mendekat menatap wajah tampan cucunya yang berusaha melepaskan diri dari anak buahnya. "Fisiknya lumayan, tidak buruk juga hasil wanita murahan ini"

"Lepasin Bunda, brengsek!" Pekik Arsen emosi.

Melisa terkekeh kemudian kembali menatap Arsen. "Kamu mau saya lepaskan dia?" Tunjuk Melisa pada Attala yang terus saja menangis memohon pada mertuanya agar melepaskan anaknya. "Gak segampang itu"

Arsen sudah di penuhi lebam, begitupun dengan Attala. Laki laki itu terus berusaha melawan kedua anak buah Melisa, namun nihil kekuatannya kalah dengan kedua orang tersebut.

"Jauhi Sena, maka saya akan lepaskan wanita kesayanganmu ini" Ucap Melisa penuh penekanan.

Arsen dengan cepat menggeleng. "Kalian gak ada hak buat pisahkan kita" Kemudian laki laki itu menatap Bunda nya kasihan. "Pasti ada cara lain, apapun itu bakal saya lakukan, asal lepaskan Bunda"

"Anak keras kepala!" Cibir Melisa.

Menit berikutnya Melisa kembali bersuara. "Camkan omongan yang saya ucapkan tadi, jika kamu ingin ibumu itu aman" Setelah mengatakan itu, Melisa berlalu pergi begitupun kedua anak buahnya mulai melepaskannya.

Tubuhnya terasa lemas, ia menghampiri Attala dengan cepat kemudian memeluknya. "Maafin Arsen Bunda, Arsen telat lindungin Bunda"

Attala tersenyum dengan noda darah di ujung bibirnya kemudian mengusap puncak kepala Arsen pelan. "Gak usah dengerin nenekmu sayang, Bunda gak akan kenapa napa, kamu gak perlu jauhin Sena" Mendengar itu Arsen hanya mengangguk patuh. "Arsen bakalan linduin Bunda terus" Ucapnya kemudian.

Pagi ini terasa sangat dingin karna angin tertiup masuk kedalam kamar gadis itu, sepertinya hujan akan turun dan kemudian Sena mulai menuruni anak tangga perlahan menuju arah meja makan. "Pagi Mama, Papa"

"Pagi sayang"

"Pagi Nak"

Sena mengitari meja itu menuju Kina yang sedang menggendong Arsya, adik kecilnya yang sedang di suapi. "Dulu Sena pasti gini juga ya, Ma?"

Kina mengangguk. "Iya, bahkan lebih dari ini sayang. Karna kamu adalah hadiah terindah pertama kami setelah menikah"

"Tapi kamu dulu rewel banget, bahkan selalu ngompol kalo setiap Papa gendong" Celetuk Bima kemudian dengan kekehan khasnya.

Sena tersenyum menampilkan gigi cantiknya. "Maaf Papa, hheee"

"Tapi meski begitu, rasa sayang dan cinta Papa lebih besar, jadi itu semua gak ada artinya sayang" Ucapnya lagi dengan mencubit pelan pipi mulus putrinya gemas.

Sena mendekat kemudian mengecup singkat Papanya mesra. "Makasih Papaku tercinta"

Setelahnya Sena duduk dan mulai menikmati sarapannya dengan lahap, tak berselang lama handphone gadis itu berdering. "Ma, Pa. Sena berangkat ya" Pamitnya setelah mendapat pesan dari Arsen yang sudah menunggunya di luar.

"Hati hati sayang" Peringat Kina, kemudian Sena mulai menyalami keduanya dengan sedikit tergesa gesa.

"I love you Mom and Dad!" Teriak Sena sambil berlari menuju pintu utama.

Kina maupun Bima saling menatap satu sama lain, lantas menggeleng gelengkan kepalanya. "Putri kita gak kerasa sudah besar ya, Ma?" Ucap Bima.

Kina mengangguk setuju. "Kita juga gak kerasa Pa, udah tua ternyata" Mendengar itu Bima menghela nafasnya pelan kemudian menjawab. "Mama aja kali, Papa masih fresh"

Tak lama Bima meringis setelah mendapat cubitan maut dari sang istri. "Bercanda Ma, ya ampunn!"

"Siapa suruh ngeselin banget jadi suami"

Bima hanya mengangguk pasrah. "Iya Ma, iya. Meski Mama tua juga cinta Papa bakalan selalu untuk Mama kok, tenang aja"

"Dasar gombal!"

★★★★★

~TO BE CONTINUE~
IG:@SNAZWAALISANAD

Journey Of Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang