43 || It's all too late ★

1K 35 5
                                    

Untuk pertama kalinya Arsen masuk kedalam mansion milik Melisa, laki laki itu masih setengah memaafkan Omanya ini karna telah menyiksa lahir dan batinnya sang Bunda, ia sebenarnya masih sedikit benci, namun itu semua ia akan mencoba lupakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk pertama kalinya Arsen masuk kedalam mansion milik Melisa, laki laki itu masih setengah memaafkan Omanya ini karna telah menyiksa lahir dan batinnya sang Bunda, ia sebenarnya masih sedikit benci, namun itu semua ia akan mencoba lupakan. Semoga saja wanita tua ini benar-benar bertaubat.

"Bagaimana Arsen, kau suka dengan design mansion milik Omamu ini?" Tanya Melisa.

Arsen mengangguk. "Ya" Hanya itu yang laki laki itu katakan. Sedangkan Attala hanya bisa terdiam, ia belum berani berinteraksi dengan mertuanya setelah Melisa mencoba meminta maaf padanya setelah ia berterimakasih pada Arsen dan memilih berdamai untuk memberikan restunya.

Begitupun Melisa, ia masih sedikit gugup, ia memang sejahat itu dulu pada Attala dan Arkan, sayangnya Melisa belum bisa bertemu dengan cucu pertamanya Arsyita. Kabarnya Arsyita tidak ingin bertemu dengannya karna hormon dari bayinya yang membenci wanita tua itu.

Melisa melunak untuk yang kedua kalinya, wanita tua itu perlahan mendekat kearah Attala yang masih setia berada di gandengan putranya, Arsen. "Maafkan aku Attala, sungguh aku harus berapa kali meminta maaf padamu, aku tau aku salah. Aku benar-benar menyesal dan malu"

"Tak apa, ini semua udah terjadi" Attala yang sedari tadi gugup pada akhirnya bisa bernafas sedikit lega, suasananya semakin mencair, perlahan tak ada lagi kecanggungan yang menyelimuti keduanya.

"Oohh iya, besok malam di sini aku akan mengadakan pesta, akan ada banyak tamu yang akan menghadiri acaranya, kalian bisa bermalam saja disini sampai acara selesai, akan ada rekan kerja Arkan dan beberapa pengusaha juga" Ucap Melisa kemudian.

Attala menatap putranya memberikan isyarat, apa mereka harus menginap? Tanpa berfikir panjang Arsen mengangguk menyetujuinya. "Nginep aja Bunda, sekarang pasti lelah kan?"

"Kalo mau pulang juga gapapa sayang, kita istirahat di rumah" Ucapnya lagi, detik berikutnya Attala mendapat pesan dari sang suami bahwa sebentar lagi ia akan menuju mansion.

Attala kembali menatap Arsen. "Baiklah, kita tunggu Ayahmu dulu, ya?" Arsen kemudian mengangguk setelah mendengar itu.

Namun menit berikutnya seorang wanita dengan lipstik merah terang datang membawa paper bag ditangan kanannya. "Ma, ini aku bawa dress untuk Mama besok pakai" Setelah wanita itu memberikannya pada Melisa, ia melirik kearah Attala dan Arsen dengan ekspresi bingung.

"Kenapa mereka ada disini Ma?" Tanya Dona pada Melisa. Dengan cepat Melisa menjawab. "Tak apa Dona, Arsen juga harus menghadiri acara besok malam, dan Attala pun akan memberikan restunya, kita semua sekarang keluarga" Mendengar itu Dona sedikit tak suka dengan kehadiran Attala, namun mau tak mau ia harus menahannya.

10 menit kemudian Rey datang, laki laki itu datang bersama tunangannya, Arsen menatap lengan gadis itu yang masih berada di gandengan Rey sekilas kemudian berniat membawa Attala untuk pergi ke kamar yang sudah di sediakan.

Ketika Arsen hendak melangkah, Rey menghentikannya dengan cepat. "Sejak kapan lo kesini, Arsen?" Mendengar itu Arsen tak memperdulikannya, ia kembali melangkahkan kakinya menuju kamar.

"Sudahlah nak, bawa Sena ke kamar tamu biarkan dia beristirahat untuk mempersiapkan dirinya besok malam" Perintah Melisa kemudian.

Rey mengangguk kemudian laki laki itu membawanya pergi, sebelum Sena masuk ke dalam kamar, Rey menyentuh bahu gadis itu. "Kamu gak papa? Dari tadi diem terus aku perhatiin"

"Its oke" Jawabnya, kemudian Sena langsung memasuki kamar yang telah di sediakan lalu dengan cepat menutupnya. Rey yang bingung dengan sikap Sena barusan hanya menaikkan bahunya acuh.

Tok tok tok ..

Sena membuka pintu. "Apalagi Rey? Gue mau mandi dul-" Gadis itu mengerjap setelah melihat siapa yang berdiri di depan kamarnya.

"Ngapain lo depan pintu kamar gue?" Tanya Sena sedikit gugup.

Arsen masih terdiam, laki laki itu hanya menatapnya dengan tatapan sulit di artikan, detik berikutnya Sena menarik lengan Arsen masuk ke dalam kamarnya kemudian ia tutup dan menguncinya dengan cepat. Arsen bingung, sedangkan Sena berusaha mengatur kembali nafasnya. "Masih ada Rey sekitaran kamar gue, lo mau mati!?"

"Emang dia mampu buat aku mati?" Tanya Arsen lagi. Sedangkan Sena hanya menghela nafasnya kasar.

Laki laki itu menyentuh pelan rambut Sena yang menutupi sebagian wajahnya lalu ia selipkan di bagian telinga kirinya. Tak bertahan lama Sena menepisnya. "Mau lo apa sih?"

"Kemauan aku cuman pengen kamu bahagia" jawabnya langsung tanpa berfikir. Ucapannya mampu membuat Sena di buat bingung.

Sena menatap Arsen tajam. "Puas lo? Gue udah turutin apa yang lo mau kan, mulai sekarang stop jangan tampilin lagi muka lo depan gue"

"Meski mau kamu begitu, kita pasti bakalan sering ketemu, bentar lagi kamu bakalan jadi kakak ipar aku sendiri, gimana bisa gak saling bertemu?" Ujar Arsen tanpa sadar.

Sena diam sejenak kemudian kembali bersuara. "Terserah lo" Setelah mengatakan itu Sena berbalik. "Sekarang lo boleh keluar, mungkin Rey udah ada di kamarnya gak akan ketahuan"

Namun detik berikutnya Arsen secara tiba tiba memeluk gadis itu dari belakang membuat Sena sedikit terkejut. "Ngapain sih lo, lepasin gak!"

"Izinin buat aku peluk kamu sebentar" Ucapnya dengan pelan, Sena bisa merasakan tubuh laki laki itu bergetar, bahunya tiba tiba basah, apa laki laki ini menangis?

Sena melepaskan pelukan Arsen pelan kemudian memutar tubuhnya menghadap laki laki itu, dan benar saja ada air mata di pipi laki laki itu. "Kenapa nangis? Ini yang lo mau Arsen! Kenapa sekarang seakan akan gue yang buat lo menderita? Kenapa?" Ucap Sena sambil menahan air matanya yang hendak keluar melihat sosok laki laki yang di cintainya terlihat menderita.

"Aku tau, aku .. aku berubah pikiran sekarang .." Ucapnya sedikit terbata dengan air mata yang masih setia berada di kedua pipi tampannya.

"Ini yang jadi masalahnya, lo gak dewasa Arsen! Laki laki itu harus punya pendirian, kalo lo sayang sama gue dari awal lo harus berjuang sampai akhir, kita lewatin semuanya sama sama, tapi apa? Lo malah sebaliknya nyuruh gue pergi dari lo, pada akhirnya lo akan nyesel kan?"

Sena berhenti sejenak, kemudian kembali bersuara. "Tapi semuanya terlambat, gue udah tunangan sama Rey yang notabenenya kakak lo sendiri sekarang"

"Aku berusaha menahannya, tapi aku gak bisa liat kamu sama dia" Ucap Arsen hampir seperti gumaman.

Sena membalikkan kembali tubuhnya, gadis itu mengusap air mata di kedua pipinya. "Keluar dari kamar ini sekarang, semuanya gak akan kembali seperti semula, gue gak mau Rey salah faham jadi lo harus keluar sekarang juga sebelum dia tau"

Sakit, hati keduanya merasakan sakit yang tak tertahan, namun apalagi yang harus di sesali? Mereka telah memilih jalannya masing masing.

★★★★★

~TO BE CONTINUE~
IG:@SNAZWAALISANAD

Journey Of Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang