19 || Talking something? ★

1.6K 78 30
                                    

Sepulang sekolah Sena tak langsung pulang kerumah melainkan ia pergi menuju rumah sahabatnya, Lala memang mengajak Sena untuk memperlihatkan koleksi koleksi dress nya untuk pergi ke suatu tempat nanti malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepulang sekolah Sena tak langsung pulang kerumah melainkan ia pergi menuju rumah sahabatnya, Lala memang mengajak Sena untuk memperlihatkan koleksi koleksi dress nya untuk pergi ke suatu tempat nanti malam.

Sahabatnya itu ingin mengajak Sena dan meminjamkan salah satu dress nya namun Sena menolak karna dress yang dimiliki Lala sangat tidak ramah menurutnya, terlalu terbuka.

Sena meraih handphone yang sedari tadi ia simpan di dalam tas mini nya yang terlihat lucu bermotif bunga. Detik berikutnya ia menyalakan handphone tersebut dan langsung membuka room chat whatsaapnya, kosong. Tak ada satu pun yang memberinya pesan kecuali group yang selalu ramai oleh orang orang kurang kerjaan yang selalu spam.

Sena kembali menaruhnya ke dalam tas dan mengedarkan pandangannya kearah jendela taxi yang kini sedang ia tumpangi, arah fokusnya sepontan tertuju pada seorang gadis yang sangat ia kenali, dengan cepat Sena menyuruh pak supir taxi tersebut untuk menepi.

Gadis tersebut terlihat ketakutan dengan bibir yang bergetar, Sena mulai menghampirinya dan menghentikan pergerakan pria paruh baya yang hendak menampar gadis yang ketakutan itu. "Stoooop!"

Pria paruh baya tersebut menoleh dan mulai menurunkan tangan kanannya yang hendak melayangkanya. "Kamu siapa berani beraninya mau ikut campur urusan saya?"

Sena membantu gadis itu yang bernama Zahwa salah satu teman sekelasnya berdiri dan menggenggam tangan kirinya erat. "Kamu gak papa?"

Merasa tak ada jawaban dari Sena, pria paruh baya itu kembali bersuara. "Tinggalkan kami, atau kamu saya pukul pakai balok ini!"

Zahwa menatap Sena panik. "Cepet pergi, jangan sampai kamu terbawa amarah Ayahku Sena" Mendengar itu Sena menggeleng. Disaat hendak bersuara Sena secara tiba tiba memekik kesakitan, benar saja Ayah dari teman sekelasnya itu sudah memukulnya dengan balok tersebut.

Bughh..

"Arghh, aduhh pak! Kalo mau mukul bilang dulu dong" Ucap Sena setelah jatuh menerima pukulan yang Ayah teman nya berikan.

Pria paruh baya tersebut menghela nafas kasar kemudian menarik anak gadis nya pergi, sebelum itu ia melirik Sena tak peduli. "Stres!"

"Waah enak banget itu mulutnya bilang wanita secantik ini stres!" Ujarnya sembari melihat kearah mereka yang sudah berlalu pergi.

Keesokan harinya sampai saat ini Sena belum lagi menemui Arsen untuk sekedar berterimakasih telah membantu mengantarkannya tempo hari karna Arsen langsung bergegas pergi tanpa kata disaat Sena sudah menuruni motor ninja nya.

Dan sekarang Sena sudah duduk ditaman belakang sekolah sudah 10 menit lamanya dengan botol minuman disampingnya. Sena beberapa kali melihat Arsen namun laki laki itu terlihat sibuk, entah apa yang laki laki itu lakukan bersama pak diman.

"Emang iya tau, dari awal aku udah curiga banget sama si Sena yang deketin Kak Arsen waktu itu, dan sekarang kita semua bisa tau kan apa niat cewek itu" Dua orang lewat tanpa tau keberadaan Sena didekatnya, demi apapun Sena yang mendengar percakapan mereka merasa kesal tangannya mulai meremat bajunya kuat.

Sena ingin menghampiri kedua orang itu namun ia urungkan, hari ini ia tak mau mengotori tangannya untuk menjambak dua kuntilanak yang seenaknya membicarakan nya itu. "Aish, shibal saekkiya!"

Tak lama bel masuk pelajaran kedua telah berbunyi, Sena dengan malas beranjak dari kursi taman tersebut dengan tak bersemangat sama sekali. Dari ujung sana ia bisa melihat Nasya menghampiri Arsen yang baru saja keluar dari ruang guru, Sena kemudian memutar bola matanya malas.

Setelah jarak mereka tinggal beberapa langkah lagi, Arsen menyadari kehadiran Sena yang sudah mendekat kearahnya. Laki laki itu hendak langsung melangkah untuk pergi, namun Sena dengan cepat menghentikannya.

"Kak Arsen, ehh maksud gue A-arsen" Ucap Sena, laki laki itu kemudian berhenti dan kembali menoleh menatap perempuan itu datar.

Sena meremat ujung rok nya, detik berikutnya ia kembali bersuara setelah beberapa detik terdiam. "Makasih udah anterin kemarin"

"Whatt?" Pekik Nasya membuat kedua orang yang berada didekatnya ingin menyumpah sarapahi dirinya.

"Itu mulut bisa dikecilin dikit gak sih volume nya?" Tanya Arsen sedikit terganggu dengan pekikan Nasya yang semakin menjadi.

Nasya berdecak. "Ya itu cewek ini nya aja yang nyebelin tiba tiba dateng samperin kita yang lagi mesra mesraan"

"Dih najis" Serobot Sena sedikit muak.

Arsen menghela nafas kemudian menoleh kearah Nasya yang terlihat sebal. "Kamu cepet masuk kelas duluan, aku ada urusan dulu sama dia"

"Urusan apa?" Tanya Nasya penasaran.

"Jangan kepo Sya, cepet masuk!" Perintah Arsen tanpa ingin dibantah. Kemudian Nasya mencebik. "Gamau, pengen ikut Arsen!"

Pasrah, laki laki itu pada akhirnya menunda apa yang akan ia ucapkan pada Sena. Ia akan berbicara nanti saja pada Sena disaat tidak ada Nasya yang akan mengganggunya.

"Kita ke kelas sekarang, lo gabisa dibilangin susah banget ngeyel" Perintah Arsen pada Nasya yang masih setia menggandeng tangan laki laki itu.

Sebelum beranjak pergi Arsen menoleh kearah Sena dan kembali bersuara. "Gue mau ngomong sama Lo nanti"

Mereka berdua pada akhirnya berlalu, sedangkan Sena masih diposisi nya sekarang. Ia mencoba berfikir, apa yang akan laki laki itu bicarakan sampai ditunda begitu? Apa Arsen akan mengajaknya balikan?

"Arghhhhhhhhhhh" Pekik Sena setelah beberapa saat terdiam asyik dalam lamunannya. Seseorang menarik telinganya sedikit kencang.

"Kenapa masih disini Sena, huh? Apa bel sekolah ini sangat kecil sampai kuping kamu ini gabisa mendengarnya?" Ujar Bu Desi guru bahasa indonesia yang akan mengajar pada mata pelajaran kali ini.

Sena berdesis nyeri. "Aduh bu, lepasin dulu dong ini kuping saya sakit banget"

"Yaudah ayo bareng saya kaya gini aja sampai kedalam kelas" Ujar Bu Desi masih setia menarik kuping gadis itu tanpa berniat melepaskannya.

Sesampainya di depan pintu kelas Bu Dessy melepaskan kuping Sena, lalu duduk dikursi guru dan mulai menyapa para murid lainnya. "Selamat siang para murid murid minim akhlak, semoga hari kalian semakin buruk dan abadi"

"Waduhh bu, gak bahaya ta?" Teriak Wawan meringis ngilu.

Bu Dessi hanya melirik tanpa menanggapi apa yang murid gesrek nya itu katakan.

"Mampus dikacangin, mampus!" Ucap Nando dikursi belakang sembari terkekeh.

Wawan melempar Nando dengan tipe x nya. "Kena lo, kena!"

Namun bukan kesal yang Nando rasakan melainkan ia senang karna baru saja ia mendapatkan tipe x gratis, mana masiu banyak pula. "Thanks Wan, lo emang the best!"

"Woi tokek budug, balikin tipe x gue" Pekik Wawan sambil menunjuk nunjuk Nando yang kini mengejeknya.

"Kalian berisik sekali, keluar dari mata pelajaran saya sekarang juga!" Perintah Bu Dessi merasa jengkel dengan kedua cungkuk tersebut.

★★★★★

~TO BE CONTINUE~
IG :@SNAZWAALISANAD

Journey Of Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang