20 || Frog Prince ★

1.3K 65 12
                                    

Sena perlahan memalingkan wajahnya setelah mendengar ungkapan laki laki yang sedang berdiri dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sena perlahan memalingkan wajahnya setelah mendengar ungkapan laki laki yang sedang berdiri dihadapannya. Laki laki itu baru saja mengutarakan perasaannya pada gadis didepannya. Detik berikutnya Sena menatapnya lalu tersenyum. "Gue gabisa Haikal"

"Kenapa? Karna Arsen, right?" Haikal menaikan satu alisnya lalu terkekeh. Tebakan laki laki itu sudah pasti benar, namun ia ingin langsung mendengarnya dari mulut gadis itu.

Hanya dengan mendengar nama Arsen, Sena dengan cepat menatap Haikal dengan sorot mata yang sulit diartikan. "Tanpa disebutin itu lo udah tau alasannya Kal, sorry gue gabisa"

"Ternyata anaknya Om Bima susah juga ya didapetin nya?" Ujar Haikal tersenyum miring.

Sena mengernyit. "Lo kenal Papa?"

"Lo emang beneran gakenal gue ya kayanya?" Haikal seketika mencebik. Sedangkan Sena mencoba mencerna apa yang dimaksud laki laki itu, sebenarnya kenapa laki laki ini?

Haikal kemudian merogoh saku celananya lalu meraih handphone miliknya mencari cari sesuatu yang saat ini ingin ia tunjukan pada Sena. "Gue pangeran kodok lo, Sena" Ucap Haikal disaat Sena sudah bisa melihat kedepan layar handphone laki laki itu.

"Pangeran kodok?" Gumam Sena mencoba mengingat ngingat sesuatu, detik berikutnya gadis itu membelalakkan matanya tak percaya. "Whatt? Ini Pangeran kodok gue waktu kecil? Seriously?" Pekiknya tak percaya.

Haikal hanya bisa mengangguk menahan gemas pada gadis di depannya yang terlihat sangat antusias. "Udah inget? Jahat banget lupain gue ya huft! Bahkan sapu tangan lo kecil aja masih ada sama gue"

"Kenapa baru bilang sekarang?" Tanya Sena merasa sebal sedikit mengerucutkan bibirnya.

"Awalnya gue ragu Sen, gue juga gak inget jelas karna kita ketemu cuman beberapa kali doang kan? Jadi ya pantes pantes aja sih kalo lo juga gak inget jelas, kita impas" Ucap Haikal menjelaskan.

Laki laki itu terdiam sejenak kemudian kembali bersuara. "Gue aja baru tau pas kemaren Mama bilang kalo Om bima sama tante Kina lagi pulang dan gue liat mereka sama Lo dijalan arah bandara, disitu gue seneng bisa liat Princes kecil gue ternyata itu elo. Dan kenapa hari ini gue lebih milih jujur buat ungkapin perasaan gue karna emang gue fikir dari dulu gue udah suka sama lo Sena"

Sena mengerjap. "Gue juga seneng kok Kal bisa ketemu lo lagi, tapi sorry buat perasaan lo itu-"

"Iya Sena, gue gapapa. Mungkin ini terlalu buru buru, its oke gue terima" Sela Haikal dengan senyuman khasnya. Laki laki itu kemudian mencubit pipi mulus gadis itu sampai pada akhir nya Sena menghempaskan tangannya dan meringis pelan.

Flashback on..

Saat kecil Sena dan Haikal memang sesekali sering bertemu karna orang tua mereka satu perusahaan, disaat orang tua mereka sedang sibuk membicarakan bisnis nya, mau tak mau Sena dan Haikal bertemu dan bermain bersama sampai orang tua mereka selesai.

Sampai disuatu hari Sena menangis karna terjatuh hingga lutut nya mengeluarkan darah segar, dengan cepat Haikal mencoba menenangkannya. Disaat susah sekali untuk dibujuk mau tak mau Bocah laki laki itu mengeluarkan kostum dalam ransel sekolahnya dan memakainya dengan cepat.

Melihat itu Sena berhenti menangis dan memeluk Haikal senang. "Hai pangeran kodok"

Mendengar itu Haikal diam membisu, ia sebenarnya tidak suka dengan kata 'Kodok' nya karna disekolah ia selalu di ejek karna kebagian kostum kodok dalam drama di sekolah nya.

Namun yang jadi anehnya ia sangat senang ketika panggilan 'Kodok' itu Sena tambah jadi Pangeran Kodok, ia sangat amat bahagia. Apalagi ia melihat senyuman bocah perempuan dihadapannya ini, terlihat sangat imut menurutnya.

Dan seminggu setelahnya mereka berdua harus berpisah disaat mereka sedang akrab akrab nya menjadi teman bermain, ada sedikit rasa tak mau berpisah dalam diri mereka dulu. Namun mau tak mau mereka berdua harus menerima karna Haikal harus pindah keluar kota ikut bersama sang Mama disaat baru saja Haikal kehilangan Ayah tercinta nya.

Kini waktu sepertinya memberikan kesempatan mereka untuk bertemu kembali dan satu sekolah.

Flashback off..

Saat ini Sena sedang berdiri di halte bus merasakan semilir angin yang terus menimpa wajah cantiknya, Sena lagi dan lagi merapikan anak rambut yang terus menutupi wajahnya. Hari ini Arsen memberinya pesan untuk menunggu di halte, entah sebenarnya apa yang akan laki laki itu katakan.

Lima menit kemudian suara motor terdengar mendekat kearah gadis itu, Arsen baru saja menghampirinya dan menyodorkan helm lainya. "Pake ini dulu"

"Kita mau kemana?" Tanya Sena menatap Arsen bingung. Namun laki laki itu terlihat tak ingin dibantah dan tak menggubrisnya, Sena hanya bisa pasrah dan mulai menaiki motor milik laki laki itu.

Setelahnya mereka berlalu pergi membelah jalanan yang terlihat sedikit sepi dari biasanya, Arsen melajukan motor nya dengan kencang tanpa Sena cegah, biasanya gadis itu akan memarahinya jika Laki laki itu mengendarai nya secara ugal ugalan demi keselamatannya, namun kali ini tidak.

Beberapa saat kemudian mereka telah sampai disebuah rumah lumayan besar yang tak asing lagi bagi Sena. Gadis itu menuruni motor tersebut dan mulai membuka helm fullface nya. "Kenapa bawa gue kesini?"

Arsen menyusul membuka helm dan mencabut kunci motornya, memasukkannya kedalam saku celana. "Masuk dulu aja, nanti juga tau"

"Tapi gue gak mau, malu sama bunda" Tolak Sena lirih. Gadis itu ingin kembali dan pulang saja ke rumahnya. Namun Arsen menarik paksa tangan gadis itu mulai masuk ke dalam.

Disaat mereka baru saja memasuki pintu utama, Sena kaget bukan main seseorang mengajutkannya dari balik pintu, seorang perempuan yang sangat Sena benci. "Nasya?" Gumamnya.

"Bisa gak sih gausah ngagetin gitu Sya? Gaboleh dibiasain" Nasihat Arsen lembut.

Nasya tak menjawab melainkan ia menatap gadis di sebelah Arsen dengan tak suka. "Ngapain lo kesini?"

"Diajak Arsen, kenapa?" Jawabnya tak terima. Tak tau kenapa jika melihat Nasya bawannya Sena ingin sekali menjambak rambutnya, namun ia ingat jika sekarang posisinya sedang di rumah Arsen.

Nasya hanya memutar bola mata malas tak berniat kembali menjawab karna Arsen sudah memperingatinya dengan tatapan tajam menyuruhnya untuk diam.

Disaat Sena sudah menduduki kursi ruang tamu, Arsen berlalu menuju kamar. Tak lama laki laki itu kembali dengan memakai baju santai dengan jaket ditangannya. "Kita cari tempat lain aja"

Mendengar itu Nasya menatap Arsen tak percaya. "Kalian mau kemana? Ikut!"

Namun sayangnya Arsen tak menggubris Nasya, melainkan ia bergegas pergi membawa Sena menuju motornya menuju suatu tempat. Sena hanya pasrah mengikuti arahan Arsen yang menyuruhnya untuk segera menaiki motornya dengan cepat.

★★★★★

~TO BE CONTINUE~
IG : @SNAZWAALISANAD

Journey Of Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang