14 || Strunggle in vain ★

1.3K 93 29
                                    

Sena saat ini terdiam mematung disaat baru saja ia menghampiri laki laki yang ingin ia temui beberapa hari yang lalu, ucapan yang terlontar dari mulutnya membuat hatinya seperti terhantam beribu ribu tusukan pisau tajam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sena saat ini terdiam mematung disaat baru saja ia menghampiri laki laki yang ingin ia temui beberapa hari yang lalu, ucapan yang terlontar dari mulutnya membuat hatinya seperti terhantam beribu ribu tusukan pisau tajam.

"Kenapa harus kaya gini Rey?" Ujar Sena setelah beberapa saat terdiam mencoba menenangkan kembali fikirannya.

"Lo fikir dong, lo aja gagal buat dia mundur, apalagi yang harus gue harapin dari lo? Kita putus aja. Keputusan gue udah bulat!" Ujar Rey tak mau dibantah, tanpa ingin berbasa basi lagi laki laki itu langsung menaiki motornya kemudian berlalu pergi.

Sena masih dalam posisinya, gadis itu menunduk lirih. Perjuangannya selama dua tahun ini tak ada artinya bagi laki laki itu. "Gue harus apa?" Gumamnya masih menahan rasa sesak dihatinya.

Saat ini hari yang tadinya cerah perlahan mulai gelap, disusul oleh guruh petir yang menandakan sebentar lagi akan turun hujan. Sena masih enggan beranjak, ia masih tak ingin pergi.

Seseorang disebrang sana hanya bisa memperhatikannya dibalik pohon. Detik berikutnya laki laki itu pergi meninggalkan gadis yang masih mematung disana.

Hujan mulai turun membasahi tubuh gadis itu disusul dengan tangisan yang sedari tadi ia bendung.

Tak lama Sena sedikit terkejut seseorang menarik lengannya kencang. "Lo bego apa gimana sih Sen? Kalo lo demam gimana?"

"Ngapain disini?" Tanya Sena pada perempuan disebelahnya yang baru saja membawanya berteduh disebuah restoran terdekat disana.

Lala berdecak kesal. "Gak penting, sekarang jawab gue kenapa lo kaya orang linglung gitu ujan ujanan"

Sena menoleh menatap sahabatnya lurus, detik berikutnya ia memeluknya dan kembali menangis, ia benar benar tak bisa membendungnya. "Gue putus La, gue harus apa sekarang? Perjuangan gue selama ini sia sia, apa sebegitu gak berharga nya gue dihidupnya? La, jawab gue!"

Mendengar itu Lala menghela nafasnya sebelum bersuara. "Tandanya dia bukan yang terbaik buat lo, memang pada dasarnya kalo lo berani memulai sebuah hubungan harus siap menerima resikonya Sen"

"Gue sayang sama dia, gue udah lakuin semua yang dia mau, tapi apa dia pernah hargain perjuangan gue? Enggak!" Lirihnya masih dengan air mata yang terus mengalir.

Lala membelai puncak kepala Sena pelan, ia tak tau harus berbuat apa lagi untuk menenangkan sahabatnya ini. Detik berikutnya Lala melambaikan tangan kirinya memanggil pelayan diujung sana. "Pesen spaghettinya dua, lemon tea nya juga dua ya mas" Pelayan tersebut mengangguk lalu kembali berlalu pergi.

Tak membutuhkan waktu yang sangat lama Sena mengusap air matanya kemudian menoleh kearah Lala yang sedang menatapnya. "Gue dingin La" Ucapnya.

"Siapa suruh so so an ujan ujanan kaya gitu, demam tau rasa" Ujar Lala memutar bola matanya malas.

Sena mengedarkan pandangannya seketika tubuhnya menegang, pandangannya terhenti pada seseorang yang sedang berada dimeja kanan tak jauh dari arahnya. "Arsen?" Gumamnya dalam hati.

Detik berikutnya seorang gadis yang ia kenali menghampiri Arsen yang tengah duduk disana. "Arsen nunggu lama?"

Laki laki itu menoleh kemudian tersenyum. "Enggak, Nasya selalu tepat waktu"

"Arsen ngeledek Nasya ya? Ini kan telat 20 menitan" Ujar gadis itu sedikit bermanja.

Arsen menghela nafasnya pelan. "Nah gausah dikasih tau lagi berarti, itu udah ngerasa kan?"

Nasya mencebik. "Dasar, Arsen nyebelin banget!"

Arsen perlahan mengusap pipi kanan gadis itu lalu mencubitnya. Sepontan Nasya berdesis nyeri. "Sakit dong, Arsen bener bener ya"

Sena hanya bisa melihat interaksi mereka saat ini dan kali ini ia hanya bisa diam, biasanya ia akan mengamuk jika Nasya bersama dengan Arsen. Ia akan memaki gadis itu sampai puas.

"Ini pesanannya nona, selamat menikmati" Ucap tiba tiba sang pelayan sembari meletakkan makanan tersebut keatas meja.

Keesokan hari nya seperti biasa kegiatan belajar mengajar telah usai, Sena menghentikkan pergerakan laki laki yang baru saja keluar dari kelasnya. "Kak tunggu"

Laki laki itu mengernyit. "Kak? Sejak kapan lo sesopan itu?" Arsen seketika tertawa kecil. "Mau drama apa lagi Sena?"

"Ouh gue baru inget, dulu lo deketin gue persis kaya gini, lo manggil manggil gue kakak, terus nanya nanya sesuatu. Kali ini lo mau nanya apa?" Ledeknya kemudian.

Sena mengulum bibirnya menahan gugup kemudian menghela nafasnya pelan sebelum kembali bersuara. "Aku mau minta maaf"

Lagi dan lagi Arsen tertawa. "Aku kamu? Gak tau kenapa kok gue jijik ya sekarang kalo lo bilang gitu, biasa aja biasa pake lo gue lagi"

Sena terdiam, ia bingung harus apa sekarang didepan laki laki yang berada dihadapannya ini.

"Gak usah nampakin muka so polos lo lagi didepan gue, jangan terus buat gue makin muak sama lo Sen, kaya gini lo keliatan murahannya banget gue malu karna lo udah dicap jadi mantan gue, meski kaya gitu lo harus jaga harga diri lo dong jangan malu maluin gitu"

Mendengar itu Sena menatap lurus Arsen dengan tatapan yang sulit diartikan. "G-gue cuman mau minta maaf doang"

"Minta maaf? Haha, lo lucu. Gue tau lo baru aja dicampakkan, right? Terus lo nemuin gue kaya gini yakin gak ada niatan lain?" Ujarnya sedikit menekan.

Sena kembali terdiam.

Arsen menghela nafasnya kasar. "Lo diem udah jadi jawaban buat gue, masalah kita akhiri aja sampe disini"

Sena menyadari bahwa ia memang sangat keterlaluan padanya, tapi apa salah jika ia meminta maaf? Sena masih menatap kepergian laki laki itu yang semakin menjauh.

"Udah nemuin dia Sen?" Ujar Lala tiba tiba dari samping.

Sena menoleh kemudian mengangguk. "Dia gak mau maafin gue, kesalahan gue emang nyakitin banget, gue gak seharusnya ngelibatin hatinya sampe dia benci banget sama gue"

"Gausah fikirin lagi yang udah berlalu, lo fokus aja belajar dan jadiin pelajaran kedepannya jangan sampai terulang lagi mau dibegoin cowok ya?" Nasihat Lala sembari menautkan lengannya, kemudian berjalan menuju arah parkiran.

Sesampainya disana Lala melepaskan tautan lengannya menuju kekasih hatinya yang sepertinya sudah menunggunya lama. "Akhir akhir ini kamu selalu bawa motor yang buat balapan kesekolah, kan aku udah bilang kalo aku sukannya naik vespa bey" Ujarnya.

Kiki membelai rambut gadisnya pelan. "Motor vespa itu sekarang Papa yang pake, jadi aku gak bisa bawa motor itu lagi buat anter jemput kamu"

"Yaudah mau gimana lagi" Lala mencebik.

Setelahnya Lala menoleh kearah Sena yang masih berdiam diri. "Sen gue duluan ya?" Sena kemudian mengangguk.

Sedangkan Kiki menatapnya tajam, ia selalu memperlihatkan ketidaksukaannya pada Sena. Gadis itu hanya bisa mengalihkan pandangannya kesembarang arah mencoba menghindari tatapan laki laki itu.

★★★★★

~TO BE CONTINUE~
IG : @SNAZWAALISANAD

Journey Of Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang