saat ini Fuji sudah distadion GBT,ia memakai baju hitam dilengkapi dengan topi dan kaca mata hitam untuk menutupi diri
"disini aja kali ya Ji" ujar kak Hesti menunjuk tempat duduk yang kosong
Fuji mengiyakan untuk duduk ditempat yang ditunjuk oleh kak Hesti,Fuji menyadari kalau saat ini banyak orang yang memperhatikannya
Fuji pun duduk memainkan ponselnya tidak lama ia mendengar ada yang berteriak memanggil namanya
kak Hesti menepuk pelan pundaknya lalu menyuruh Fuji untuk melihat kebawah
Fuji melihat dibawah terdapat Asnawi sedang berbicara dengan pengurus lapangan
"kesana" ucap Asnawi menunjuk tempat duduk yang kosong
Fuji menggeleng ia sudah merasa nyaman dengan tempat yang ia duduki sekarang
Asnawi pun mengangguk lalu ia melambaikan tangan untuk bergabung bersama timnya
"jadi gimana sama Ardan itu?" tanya kak Hesti penasaran karena Fuji tadi dimobil sempat bercerita tentang mantan kekasihnya namun belum selesai karena keburu sampai
"ya gitu deh kak,habis ngomong gitu gue langsung pulang gak tau lagi dia gimana"
"bagus deh orang kek dia tu emang harus dikasih tegas apalagi sekarang lo udah punya pacar" ujar kak Hesti
"-eh tapi ya,selama lo dekat sama Asnawi ini gimana?"
"gimana apanya kak?"
"itu maksudnya dia bawa pengaruh baik apa sampai lo bisa ngebuka hati buat dia?"
"gak banyak yang berubah sih,cuma sama dia sekarang gue ngerasa kalau gue jadi diri gue sendiri,dia gak banyak nuntut gue buat jadi ini itu,selama sama dia gue juga lebih bisa mementingkan diri sendiri dari pada orang lain" ujar Fuji menatap Asnawi yang sedang berbaris
"gue senang ngeliat lo udah bahagia,kedepannya bahagia terus ya Ji" ujar kak Hesti sambil mengusap pundak Fuji,Fuji mengangguk sambil tersenyum
selama pertandingan Fuji fokus menonton sesekali ia memotret wajah Asnawi
saat pertandingan selesai Asnawi dan timnya pergi keruang ganti
Fuji dan kak Hesti pun memutuskan untuk menyusul karena Asnawi mengirim pesan keFuji menyuruhnya untuk keruang ganti dahulu
"gue pulang duluan ya Ti"
"ih kok pulang duluan kak" ucap Fuji cemberut
kak Hesti menunjukan ponselnya yang berisi chat dari suaminya yang menyuruhnya untuk pulang
"yahh,yaudah deh"
"gue antar sampai depan ruang ganti aja ya" tawar kak Hesti namun Fuji menolak
"gak usah kak,gue sendiri aja gak papa"
"yang bener?gue antarin aja lah gak enak soalnya"
"beneran,udah ah nanti dicariin suaminya tuh" suruh Fuji sambil tertawa akhirnya kak Hesti pulang dan Fuji memutuskan untuk jalan sendiri keruang ganti
sampainya diruang ganti Fuji terdiam kaku karena ia ditatap para pemain timnas lain,ia tidak melihat Saddil,Dewangga,Nadeo,Egy atau pun Asnawi disana
"cari siapa mba?" tanya salah satu pria yang bernama Ricky Kambuaya,Fuji bisa tau karena ia sendiri sempat mencari tau nama nama pemain timnas yang bertanding saat ini
Fuji tersenyum canggung "Asnawinya ada?"
Ricky menoleh kepara pemain timnas yang lain "Asnawi mana?"
"mandi kayaknya dia" ucap Jordi sambil memainkan ponselnya
"duduklah sini" suruh Dendy menepuk kursi kosong
"sembarangan aja nyuruh orang duduk duduk ini" ujar Ricky protes
"pacarnya Asnawi cok" cibir Saddil keluar dari ruang ganti sambil mengusap rambutnya dengan handuk
"waduh,silahkan duduk mba maaf gak tau" ujar Ricky sambil membawakan kursi menyuruh Fuji untuk duduk
Fuji pun tertawa lalu duduk dikursi yang dibawakan oleh Ricky
"maaf ya mba,saya gak tau" ucap Ricky masih tidak enak
Fuji mengangguk "gak papa mas,wajar kok gak tau"
Saddil duduk dilantai disebelah kursi Fuji,ia menyenggol Fuji menawarkan coklat
Fuji pun menerimanya dengan senang hati
"mantap gak kapten kita ini cari pacar?" tanya Saddil bertanya keteman temannya
Edo mengacungkan jempol keFuji "mantap mba bisa naklukin kulkas"
"kapten kita yang suka dia duluan jadi ngerti lah gimana bucinnya sama yang sekarang" ejek Saddil memainkan alis keFuji dengan maksud menggoda
pipi Fuji memerah ia memukul pelan pundak Saddil "apaan sih kak"
Saddil pun tertawa,tidak lama Asnawi keluar dengan hoddie putihnya lalu mendekati Fuji ia mengelus rambut Fuji "maaf ya karena buat kamu nunggu lama"
salah satu alasan kenapa Fuji menerima Asnawi karena ia tidak pernah malu untuk mengucapkan kata maaf bahkan jika itu masalah kecil pun Asnawi selalu meminta maaf
"iya deh dunia punya kalian yang lain ngontrak" teriak Saddil,bagaimana tidak Asnawi bucin diposisi Saddil ada duduk disamping Fuji
"cari pacar makanya Dil" ejek Adam sambil tertawa
"ntaran aja lah kalau bisa nunggu Fuji aja gue" ucap Saddil sambil memainkan alisnya
Asnawi melepar plastik keSaddil "sembarangan kalau ngomong"
Fuji memukul pelan tangan Asnawi "yang ih,gak boleh lemparin orang" tegurnya
Saddil pun berakting menangis "jahat banget dia Ji,lempar lempar"
"teruskan Dil paling besok dikunciin kau ditoilet" ujar Dewangga yang baru saja keluar
"jalan yuk" bisik Asnawi pelan
Fuji menatap Asnawi bingung "kemana?"
"mall yang dekat sini aja" Fuji mengangguk
Saddil menyenggol kaki Fuji membuat Fuji menoleh padanya "foto dulu gak sih"
"ayo kak" ujar Fuji senang
"ayo weh foto sama Fuji" teriak Saddil menyuruh teman temannya untuk mengatur posisi,Fuji mendapat posisi ditengah sedangkan disampingnya ada Saddil dan Sandy Walsh sedangkan Asnawi hanya disuruh menjadi tukang foto saja
"ck gue yang kapten kenapa gue yang gak masuk frame" omel Asnawi sambil memotret
"dilarang protes" jawab Dewangga mengejek Asnawi
"tanganmu itu oi" tegur Asnawi karena Saddil ingin merangkul Fuji
melihat respon Asnawi pun para anggita timnas beserta Fuji pun tertawa
●●●●●
sampainya dimall keduanya memutuskan untuk makan terlebih dahulu
Asnawi menatap Fuji yang sedang makan
"kenapa?" tanya Fuji bingung
"kamu cantik" jawab Asnawi sambil tersenyum,tentu saja jawaban itu membuat pipi Fuji memerah
"apaan sih" ucap Fuji lalu ia menunduk dan fokus pada makannya
Asnawi terkekeh lalu ia menyingkirkan poni Fuji yang terkena mata setelah itu ia memainkan ponselnya
Asnawi
ngobrolnya dichat aja yang
ada yang ngevidioin kita soalnyaFuji sempat ingin menoleh dan menunjukan reaksi risih
Asnawi
gak papa
udah makan aja kita ngobrolnya dichat aja
KAMU SEDANG MEMBACA
infinity(AsnawixFuji)
Fiksi Penggemarini tentang Asnawi yang menjadi obat untuk kesembuhan hati wanita yang ia sukai bagaimanakah kelanjutan kisah keduanya?apakah keduanya siap dengan konsekuensi yang mereka jalani? ini cerita fiksi tidak ada keterlibatan dalam realita