20. CORETAN KEDUA PULUH

494 56 1
                                    

Buhul akan segera dikaitkan, kehidupan baru akan segera tercipta. Melingkupi dunia amaraloka yang kian menanti di depan mata. Kicauan burung-burung mengantarkan kabar bahagia, seolah berseru menunjukkan kesombongan.

Sang bagaskara sinarnya begitu cantik nan molek begitu dipuja tak kalah dengan sang pemeran utama. Getaran tak biasa di hari pengikatan ini menjadi huru hara baru yang layak dibahas tamu undangan. Tepat di tengah aula lenggak-lenggok penari nampak berputar-putar mengiringi alunan musik tradisional yang dimainkan. Menambah kesan ramai penuh jamuan penghormatan.

Syair yang dikumandangkan dengan apik tanpa cacat maupun cela. Romansa syairnya begitu terasa di kala tarian berpasangan disuguhkan. Prosa keromantisan dengan latar belakang historis yang melegenda.

Kata-kata pujian tak lupa disematkan pada Sang Penguasa Tanah Cayapata, pernikahan kedua yang digelar oleh Sang Raja tak kalah megah daripada pernikahan Sang Putra Mahkota.

Lonceng besar sang genta ditabuh, penanda bahwa upacara akan segera dimulai. Diliputi harsa yang menggebu-gebu tak lekang oleh senyum manis namun getir di saat bersamaan. Tak pernah ia menyangka dalam hidupnya bahwa dirinya akan bersanding dengan sosok yang sangat bertolak belakang dengannya.

Jagadhita, sang panglima tempur dengan kemenangan selalu berada ditangannya bak sang garuda mencengkram mangsanya. Dikaruniai wajah nan elok, si panjang akal anak emas dari penguasa Tanah Cayapata.

Disandingkan dengan Owen, si kecil hati manis berotak udang milik sang penguasa Tanah Cayapata. Kisahnya diharapkan semanis madu dan terukir dalam sejarah Tanah Cayapata. Elok di dengar, elok di pandang. Dua koin yang bertolak belakang, tapi begitulah takdirnya mari selamatkan dan bawa pergi dalam suatu ikatan simpul.

Tirainya terbuka dua sosok ditunggu-tunggu kedatangannya. Dibalut dengan riasan tipis dan arunika yang menarik siapapun untuk melihatnya lamat-lamat, Owen mengenakan pakaian pernikahan khas kerajaan berwarna kuning mencolok yang memberi kesan ceria yang tidak bisa digunakan oleh semua kalangan. Hanya keluarga bangsawan tertentu yang dapat menggunakan warna kuning ini, kombinasi kain sutra dan satin yang membuatnya terlihat elegant. Disimbolkan sebagai lambang elemen bumi yang menjadi pusat alam semesta. Membuktikan bahwa Owen dan Jagadhita lah sepasang pusat di hari kebahagiaannya.

Simbol yang terpatri dalam pakaian resminya menjadi salah satu bukti cinta si kecil. Pakaian bermotif naga burung Phoenix ini dipinta langsung oleh si kecil sebagai tanda penghormatan pada sang panglima, seorang bangsawan dan pejabat tinggi Tanah Cayapata.

Tak lupa sebuah sabuk berukuran lebar yang melengkapi keseluruhan tampilan Owen maupun Jagadhita. Disematkan tepat di daerah bawah dada dan berwarna merah dengan aksen bordiran emas. Samo berwarna hitam yang menghiasi kepala keduanya menambah kontras perbedaan tinggi antara si kecil dan panglima.

Rangkaian bunga myrtle dalam genggaman kecil Owen menjadi saksi bahwa pernikahan mereka adalah berdasarkan cinta, kesuburan, serta kepolosan seorang Owen.

Upacara utama diadakan pada aula istana, terlihat kedua pasangan memberi salam dan hormat pada Sang Penguasa Tanah Cayapata. Menuangkan minuman teh chamomile sebagai bentuk penghormatan untuk para tamu. Meja yang berjejer disusun dengan lilin, kacang merah, kacang kastanya dan makanan jamuan lainnya. Tak lupa sepasang aksesoris bebek yang melambangkan kasih sayang langgeng.

Begitu ritual pernikahan utama selesai, saling mengucapkan janji suci, fiat dari sang wali maka selesailah acara pengikatan kedua jiwa yang diagungkan oleh sang langit. Meniti kehidupan di masa mendatang, bukan hanya sebagai individu kembali.

Senyum keduanya merekah ketika berhadapan satu sama lain. Abaikan detak jantung yang dengan hebat bergemuruh, mencoba merangsak keluar untuk di dengar. Mata keduanya menyiratkan, 'hanya aku dan kamu di dunia ini.'

HALSTEAD; JAYWONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang