Diksinya dipilih dengan selaras, terhamornisasi secara sempurna. Penuh sahaja langkahnya di tanah mahligai, menimbulkan getaran tak biasa dari sang atma. Parasnya yang dahayu dengan senyum kecil di wajahnya berlagak akulah pusatnya saat ini.
"Panglima." Telah menunggu jiwa lain di depannya. Membungkuk hormat tanda kuasa sang pembicara.
"Pangeran Owen, salam. Ada gerangan apakah engkau memanggilku kemari?" Owen sedikit mencibir, tak bisakah panglima ini sedikit berbasa-basi?
"Ada yang ingin aku bicarakan padamu. Tapi, apapun yang terjadi jangan marah aku tak suka." Jagadhita menaikkan sebelah alisnya bingung, bagaimana seorang prajurit seperti dirinya bisa marah dengan anggota keluarga kerajaan.
"Aku tak berhak marah atas apa yang dilakukan keluarga kerajaan." Ucapnya spontan.
"Apakah itu cara kerja kerajaan, Panglima?" Tatapannya berubah, sedikit menajam tapi tak membuat Jagadhita gentar.
"Ya, seperti itu."
"Aku tak suka cara kerja seperti itu. Lampiaskan amarahmu sekali-kali, aku tau rasanya menahan amarah dan itu sangat menyakitkan."
"Tapi aku seorang prajurit Raja, tak boleh terlalu terpancing emosi atau semuanya akan musnah." Owen tersenyum sangat manis, dimple nya terlihat dalam dan cantik.
"Bukankah begitu cara kerja seorang Panglima untuk kemenangannya?" Jagadhita terdiam, tak menyangka Owen sangat pandai berkata-kata.
"Aku tak ingin membahas itu sekarang, aku ingin bertanya apakah kau menerima tawaran ayah untuk menikahiku?" Jagadhita kembali terdiam, dua kali dibuat terdiam oleh sosok kecil di depannya.
"Saya belum memutuskannya, Pangeran." Owen menganggukkan kepalanya mengerti, kejadian itu baru terjadi beberapa hari yang lalu. Pasti tak mudah untuk membuat keputusan besar yang akan merubah hidup keduanya.
"Menolaklah jika kau tidak ingin, itu bukan perintah Raja melainkan permintaan sang ayah atas anaknya yang nakal." Owen menatap Jagadhita, sedikit mendongak untuk menatap mata tajam itu. Menyelami mata yang membuatnya jatuh sejatuh-jatuhnya.
"Aku tau duniamu begitu bebas Panglima, berbeda denganku yang harus terbelenggu dalam aturan kerajaan. Banyak para bangsawan yang merelakan putra putrinya untukmu. Kau gagah, pintar, cerdik dalam berstrategi, kau bisa dapat yang lebih baik dariku. Apa yang kau harapkan dari seseorang yang bahkan buta membaca dan menulis bahkan bertingkah kasar seenaknya sendiri?" Jagadhita tau, Owen mengungkapkan isi hatinya. Jagadhita tau lewat mata binar kucingnya tak ada harapan yang dipikirkan pangeran kecil ini.
"Jika boleh memilih, aku akan tinggal di desa terpencil hidup dengan diriku sendiri. Tanpa aturan kerajaan, tanpa embel-embel pangeran, atau hardik bahkan caci bahwa salah satu penerus Raja adalah orang bodoh. Maafkan aku telah memberikan posisi yang sulit untukmu, Panglima. Pikirkan ucapanku, karena ini bukan hanya tentang dirimu atau aku. Tapi, tentang kita dan posisimu." Owen membalikkan tubuhnya, berniat menjauhi sang panglima. Jangan kira tubuh Owen tak bergetar, faktanya dadanya terasa terhimpit. Jari-jarinya bergetar, tapi yang dapat ia lakukan adalah menyembunyikan pada belakang tubuhnya.
"Bagaimana denganmu sendiri tanpa memikirkan posisiku?" Langkah Owen terhenti, ia kira dapat bernafas lega. Tapi, Jagadhita nyatanya belum puas.
"Aku akan menikah denganmu, tapi dengan rasa cinta yang kau miliki bukan sekedar perintah. Mari membuat coklat lusa hari, aku sudah meminta izin pada Ibu." Dan setelahnya, Owen benar-benar meninggalkan Jagadhita. Tanpa repot-repot menatap wajah sang panglima, tapi percayalah jantungnya berdegup begitu cepat.
***
Sunyi dengan gemintang di malam hari. Pantulan bulan menjadi pemandangan indah Jagadhita. Air nya begitu tenang, di bawah jembatan kecil penghubung di kerajaan Tanah Cayapata. Tak berpindah posisi semenjak 15 menit lalu, ditemani dersik angin yang berhembus pelan tapi terasa menusuk kulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSTEAD; JAYWON
FanficSang panglima tempur dengan kemenangan selalu berada ditangannya, bak sang garuda mencengkeram mangsanya. Dikaruniai wajah nan elok, si panjang akal anak emas dari penguasa tanah Cayapata. Disandingkan dengan si kecil hati manis berotak udang milik...