Kama parasnya yang ayu, begitu cantik dan molek. Tak cukup kata-kata pujaan yang dituangkan bak lintang yang tak ada habisnya. Pair jantung Jagadhita bergemuruh dikala netranya menangkap presensi calon suaminya mendekat. Bukan rahsa lagi jikalau Jagadhita dan Owen adalah pasangan yang ditakdirkan. Kabarnya tersohor oleh seluruh penjuru kota. Banyak tak menyangka namun banyak yang bersuka cita.
Owen rasakan dunianya adalah sebuah romansa jika bersama Jagadhita. Cemerlang di pikiran dan berdesirnya darah dalam atmanya. Ikatan simpul keduanya semakin mengerat, akan dikaitkan tak lama lagi dalam sebuah janji suci pernikahan.
"Panglima." Gerakan tangan kecil yang melambai dari arah 10 meter darinya membuat Jagadhita tersenyum tipis. Tak luput pandangaannya dari si kecil yang berlari kecil ke arahnya. Pertemuan pertama di kala ia dan Owen memutuskan untuk saling mengikuti kemanapun angin berdesir.
"Apakah kau menikmati makan malam mu?" Sapaan pertama Jagadhita aturkan, di kala daksa dan jiwa yang indah itu telah berada tepat di depannya. Dipandangnya netra kucing yang bersinar di tengah gelapnya malam berbinar-binar layaknya ruby di dalam air.
"Heem, apa kau sudah makan?" Jagadhita mengangguk sekali sebagai jawaban. Di tempat ini, Owen memintanya untuk bertemu. Tempat favorit Owen di sudut kerajaan dengan jembatan kecil yang melintang.
Dilihatnya malam ini rembulan tengah bersinar dengan terangnya, bintang yang mengelilingi sang rembulan nampak setia. Keheningannya menjadi saksi bisu di kala jantung keduanya tengah berdegup. Biarkan mereka menikmati euforianya sejenak.
"Panglima. Aku ingin mengobrol denganmu, kau tak keberatan?" Menatap sang lawan bicara yang lebih tinggi darinya itu membuat dirinya sedikit mendongak. Tak ada tatapan balasan yang diberikan Jagadhita, hanya saja bibirnya terucap bahwa Owen dapat melakukan apa yang ia inginkan.
"Mengapa kau ingin menikahiku? Apakah karena abdimu?" Pertanyaan pertama sedikit berat untuk keduanya. Rupanya kadar keingintahuan Owen sudah berada di puncak. Tak apalah Owen hanya ingin jawaban pasti dan tidak ingin menduga-duga.
"Karena keinginanku sendiri." Owen meneguk ludahnya kasar, bukan ini jawaban yang ingin ia dengar.
"Lebih jelas, Panglima. Kau tahu aku pernah bilang kepadamu bahwa menikahlah denganku disaat kau ada cinta untukku." Jagadhita tersenyum tipis di kala menatap Owen dari samping yang tengah terlihat berkerut-kerut dahinya dan bibir yang sedikit maju. Nampak kesal, tapi kesalnya Owen adalah hal baru yang Jagadhita sukai.
"Bagaimana, Pangeran?" Kali ini Owen tak dapat berpura-pura. Jagadhita selalu pintar untuk membuatnya diam tak berkutik. Haruskah Owen memilih untuk blak-blakan?
"Apakah kau mencintaiku?" Rasanya Owen akan gila dikala 3 kata sakral itu terucap. Biarlah dirinya memasang muka temboknya, tetapi percayalah Owen dengan polosnya memang tak tahu malu.
"Belum." Satu jawaban singkat membuat bahu Owen menurun, apakah Jagadhita sedang bermain-main dengannya? Bibirnya mengerucut di kala Jagadhita menatap kedua bola matanya sembari tersenyum simpul. Menatap sanksi pada sang panglima yang terlihat nampak tak berdosa.
"Saat ini mungkin aku sedang kehilangan pikiranku hingga tak bisa menjawab pertanyaanmu, Pangeran. Tapi bukankah cinta datang karena terbiasa? Selama kau disisiku, aku yakin cinta akan datang pada kita. Jadi, mari kita ciptakan rasa cinta itu sendiri seiring berjalannya waktu bersama-sama." Rautnya berubah, bahunya mengendur. Jagadhita selalu membuatnya merasakan kupu-kupu di perutnya.
Jika bibir tak mampu berucap, biarlah hati yang menjawab. Jika rungu tak mendengar, biarkan hati yang merasakan. Hatinya dipenuhi buncah kebahagiaan, haruskah ia berkata bahwa dirinya senang atas ucapan sang lawan bicara? Namun sayang, otaknya sedang memainkan pertanyaan baru. Sedikit tak rela kala memikirkan kemungkinan terburuk bahwa Owen adalah yang kesekian kalinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/355523875-288-k74812.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSTEAD; JAYWON
FanfictionSang panglima tempur dengan kemenangan selalu berada ditangannya, bak sang garuda mencengkeram mangsanya. Dikaruniai wajah nan elok, si panjang akal anak emas dari penguasa tanah Cayapata. Disandingkan dengan si kecil hati manis berotak udang milik...