Tunggang langgang Jagadhita cepat arahkan langkah kakinya, keluarnya dari ruangan pribadi sang raja sebuah kabar datang menghampiri. Tinggalkan semua percakapan sebelumnya dengan ayah mertuanya, fokusnya hanya satu menuju sebuah kediaman tempat seseorang yang ditunggunya beristirahat setelah sekian lama.
Pintunya dibuka secara cepat, dapati manik mata hitam yang menatapnya dengan senyum tipis terpatri. Hampiri yang lebih muda tengah bersandar pada ranjang. Ditatapnya lamat-lamat bibir pucat namun tunjukkan bahwa kesehatannya pulih dengan cepat. Sedikit rasa Jagadhita longgarkan sedikit bahunya saat sambangi Batara.
Bagai hancur hati Batara tatap sosok yang kian mendekatinya, angin bagai bisikkan mantra untuk bersimpuh di kakinya. Rasa raganya utuh, namun jiwanya telah mati. Masih ingat bilur basah warna merah yang sambangi tubuh kecil Owen kala itu, bagai dimaki bumi bahwa dirinya telah gagal. Penghancuran telah tiba, dilihat awal memanglah sepele. Tapi ini bukan lagi tentang ramalan bodoh, hanya takdir yang kembali bermain pada setiap insannya.
“Bagaimana keadaan Owen?” Bukan sebuah sapaan hangat yang diterima, Batara tak cukup ingin berbasa-basi bahkan dengan sang panglima yang dikenal tangguh nan keras ini. Ulurkan tangannya layak anak kecil sembari tatap tassel yang setia bergantung pada pinggang sang panglima. Gerakannya buat Batara ikut gelengkan kepala, usir semua keraguan tentang makna dipikirannya.
“Dia sedang masa pemulihan.” Sedikit banyak Batara tau, namun lebih banyak hatinya mencelos. Sanggahkan semua pemikirannya, coba kutuk dengan sumpah serapah yang ia bisa.
“Apakah semua tentangku sudah diketahui keluarga kerajaan?”
“Ya, tapi kau tak perlu khawatir. Aku dan Owen akan selalu bersamamu.” Batara berikan senyum tipisnya, lalu sedikit kekehkan tawa. Usap ujung matanya saat tak sengaja ciptakan sebuah air mata yang bersarang.
“Kau tak perlu terlalu berlebihan, aku akan baik-baik saja. Mereka tak akan berani membunuhku, namun jikalau mereka benar-benar akan membunuhku tolong pastikan bahwa aku mati bersama Owen.” Suaranya terdengar tenang tanpa rasa takut, namun pandang arahnya ke vas bunga yang berada di meja samping ranjang. Sesekali Batara akan tersenyum penuh makna yang membuat Jagadhita kian dilanda rasa bingung.
‘Mati bersama Owen.’ Jagadhita ulangi terus tiga kata yang kian arungi pikirannya, Batara tak ingin tinggalkan bumi sendirian, dia ingin tinggalkan bumi ini bersama si kecilnya.
“Kau tak akan mati, Batara.” Jagadhita kembali tegaskan, tak suka dengan kata-kata yang Batara lontarkan. Terutama menyangkut si kecil yang tengah memperjuangkan hidup dan matinya.
“Lantas, siapa yang mati? Apakah Owen saja?” Rasanya seperti bara api muncul, didihkan darah dalam tubuh sang panglima. Bagaimana seorang rendahan seperti Batara berkata hal tak pantas tentang keluarga kerajaan di lingkungan istana?
Batara alihkan pandangannya pada Jagadhita, lihat betapa kuatnya cengkeraman Jagadhita pada pedang miliknya. Rautnya kini berubah sendu, remat selimut hangat yang tutupi sebagian dari tubuhnya, “aku pun tak ingin semuanya terjadi begitu saja. Aku bahkan belum sepenuhnya menjadi teman yang baik, penebusan dosa ayah belum sepenuhnya kulakukan. Lantas apa jika takdir sudah berkehendak? Saat-saat inilah aku benci terlahir dengan ramalan konyol serta firasat lebih yang diluar kemampuan manusia.”
“Celah yang bahkan tak bisa ku temukan saat itu, celah yang begitu tipis tak bisa kusangkal bahwa semuanya akan buram di pandanganku. Entah ini sebuah pengakuan dosa atau bentuk sebuah karma, aku akan dengan senang hati terima adanya. Tapi mungkin kau tidak begitu.” Eloknya vas bunga lebih menarik perhatian Batara, tak peduli lagi dengan Jagadhita yang kian kebingungan dengan makna dari ucapannya. Setidaknya dirinya akui sebuah dosa tepat dihadapan Jagadhita, namun dirinya juga akui sebuah ketakutan yang tak pernah ia tunjukkan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSTEAD; JAYWON
FanficSang panglima tempur dengan kemenangan selalu berada ditangannya, bak sang garuda mencengkeram mangsanya. Dikaruniai wajah nan elok, si panjang akal anak emas dari penguasa tanah Cayapata. Disandingkan dengan si kecil hati manis berotak udang milik...