Saban waktu gundah ditengah kicauan burung-burung yang senantiasa menari diatas atap. Hilang harsa, datang rasa gamang. Hakikinya setiap insan pasti pernah rasakan ketiga hal tersebut. Tirai putihnya ikut menari terbawa angin, sampaikan ucapan selamat datang sekaligus rasa belasungkawa.
Jejal, penuh sesak hati dibuatnya. Tak ada getaran keceriaan milik si kecil, tak ada kalimat pujian yang akan dilontarkan untuk si kecil. Kalbu senantiasa temani jantung, suci nan murni kalbunya diharapkan dapat memberi mukjizat.
Ucapan sedih selalu didengar dalam tidurnya, bayangan orang-orang disekitarnya bersusah hati. Andai bisa dirinya mengerang, namun rasa sakitnya terlampau membuat muak. Sudah jemu karena sering, dirinya hanya nikmati mati rasa.
Owen lupakan seseorang yang memperlakukannya dengan cinta, lupakan seseorang yang buat jantungnya rasakan debaran yang hebat, lupakan seseorang yang mampu berikan kupu-kupu cantik di perutnya. Dalam tidurnya, Owen lupakan itu semua. Hanya tersisa bayangan masa kecilnya yang penuh luka dan duka, bayangan dimana dirinya hanya pasrah jika sewaktu-waktu nyawanya tak dapat diselamatkan.
Cemoohan dan pandangan benci masih teringat jelas kala dirinya nampakkan diri di hadapan semua orang. Persepsi rakyat bahkan para bangsawan hingga menteri tentang dirinya sungguh buruk, bagaimana keluarga kerajaan mempunyai putra yang begitu bodoh nan tak punya hati. Persetan tentang gulingkan kekuasaan hingga pertumpahan darah Owen tak peduli. Teringat netra kucingnya yang melihat takut-takut dibalik jubah kebesaran sang ratu. Pandangan yang akan selalu Owen ingat kala itu, jadikan sedikit trauma pada dirinya. Hindari segala pesta atau sambutan yang diadakan kerajaan, terkecuali mungkin saat sambutan datangnya sang panglima kala itu?
Sang Raja tatap tubuh kecil itu dengan senyum lembut di bibirnya, pandangi putra kecilnya yang tumbuh dengan baik. Lupakan semua ramalan kotor yang terpenting Owen bisa rasakan kebahagiannya sekarang. Banyak sesal di dadanya, banyak rasa bersalah yang ia rasakan.
Jikalau tak ada surat dari seorang tak dikenal, mungkin Owen masih nikmati kesendiriannya di desa paling selatan itu. Kilas baliknya yang membuat sang raja bersedih, hanya surat dari anonim namun buat sang raja rasakan penyesalan. Entah isi surat benar atau tidak, keputusannya saat itu begitu bulat. Jemput si kecil untuk dibawa pulang.
“Bagaimana kau biarkan Owen pulang tanpa suaminya dengan keadaan seperti ini, Abishekaa?” Kedatangannya disambut dengan tangis sang ratu dan suami kecilnya. Tak ada tawa dalam istana megah itu, dapati si kecil masih nikmati alam bawah sadarnya. Seolah ikut rasakan kesedihan, langitnya kelabu anggap saja sebagai hubungan timbal balik langit dengan tanahnya.
“Ada beberapa hal yang harus Jagadhita selesaikan, ayah. Aku mohon hargai keputusan Jagadhita sebagai suami Owen. Kau tau bukan? Jagadhita tak akan pernah biarkan siapapun yang berani dengan kita lepas dari cengkramannya. Terlebih itu adalah Owen.” Sang Raja terdiam, tak pernah terbersit pun sekali saja untuk ragukan panglimanya, namun sedikit kecewa saat Jagadhita pilih bertahan disana saat suaminya terbaring lemah dengan jabang bayi.
“Apakah dia membutuhkan bantuanmu?”
“Tidak ayah, aku yang akan membantunya. Aku yakin Jagadhita telah menyusun sebuah rencana disana, dia akan memberitahuku dalam seminggu ke depan.” Sang Raja menganggukkan kepalanya paham, dirinya serahkan semuanya kepada suami Owen. Bagaimana yang bersalah akan dihukum atau dipenggal hidup-hidup dirinya tak masalah.
Derap langkahnya terdengar dari kejauhan, seorang dayang istana milik Yasa nampak memberikan salamnya di hadapan Abishekaa dan sang raja, “pangeran Saga sudah terbangun dari tidurnya, sepertinya dia sedang kehausan.”
“Jaga dia sebentar lagi, aku akan memberitahu Yasa.” Dayang itu membungkuk sekali lagi, langkahnya kembali dilanjutkan untuk melaksanakan perintah putra mahkota.
![](https://img.wattpad.com/cover/355523875-288-k74812.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSTEAD; JAYWON
أدب الهواةSang panglima tempur dengan kemenangan selalu berada ditangannya, bak sang garuda mencengkeram mangsanya. Dikaruniai wajah nan elok, si panjang akal anak emas dari penguasa tanah Cayapata. Disandingkan dengan si kecil hati manis berotak udang milik...