8.

5.1K 443 18
                                    

HARI jumat menjelang akhir pekan suasana lanud di pagi hari cukup ramai, karena hari jumat selalu diadakan olahraga senam pagi bersama.

Sudah cukup banyak wara maupun prajurit memakai baju olah raga dan berkumpul ditengah lapangan.

Hera yang baru saja memarkirkan kendaraan dinas milik komandan yang ia setirin, sedikit khawatir akan timbul pembicaraan yang tidak-tidak karena ia datang bersama komandan skadron ini.

Padahal hera tidak menyandang status ajudan maupun supir dari petinggi skadron itu.

Apalagi, tuh di pojokan ada tere. Duh, double sial. Pasti sahabat jahanamnya itu akan mengomentarinya habis-habisan.

Dengan gerak cepat, hera turun dari mobil lalu membukakan pintu milik alan,

"Silahkan ndan" hera mempersilahkan alan keluar dari mobil setelah pintu ia buka.

"Bisa bantu saya let, agak susah buat berdiri setelah duduk"

Hera mengangguk, kemudian membantu alan keluar dari mobilnya.

Gerakan superlambat alan ternyata membuat perhatian tersendiri oleh beberapa wara yang melihat kejadian itu.

apalagi kantor alan berada tepat di samping panggung tempat pemandu senam sedang bersiap-siap.

Hera yang gemas dengan gerakan lambat alan akhirnya merangkulkan tangan alan ke lehernya yang membuat alan cukup terkejut

"Maaf ndan, ijin. Untuk mempermudah. Tidak berniat lebih" itu hera.

Ia sibuk membantu alan yang berjalan pincang masuk ke dalam kantor.

"Kamu malu, mbantuin saya" alan mengomentari sikap hera yang terburu-buru, setelah ia berhasil duduk di sofa yang berada ruangannya.

apalagi setelah membantu alan untuk duduk , hera segera menjauh dari laki-laki itu.

"Tidak ndan, hanya saja takut ada gosip yang tidak baik"

"Memangnya gosip apa ?"

"Siap. Tidak ndan. Hanya prasangka"

"Kamu jangan terlalu banyak prasangka. Nggak baik"

"Siap, ijin salah ndan."

"Yasudah, terimakasih lett hera, hari ini sudah membantu saya. Kamu bisa bergabung dengan yang lain untuk senam"

"Siap, baik ndan. Sama-sama. Saya ijin keluar"

Alan mengangguk, mengiyakan. Lalu hera keluar dari ruangan itu.

Helaan nafas terdengar begitu hera menutup pintu ruangan alan.

Ia buru-buru berlari ke lapangan dimana senam pagi yang sudah menjadi agenda rutin mingguan di skadron ini sudah dimulai.

semua orang dilapangan sibuk meliuk-liukkan tubuhnya sesuai irama musik namun ada satu mata yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik hera, siapa lagi kalau bukan tere.

"Gitu ya lo, pagi-pagi nyari sarapan mata aja. Sedep nggak tu mandiin bayi besar"

"Mulut lo bisa nggak dijaga"

Tere terkekeh, lalu melanjutkan pertanyaannya, "gede nggak ra ?"

Hera spontan menoleh mendengar pertanyaan tere yang di luar nalar itu.

"nggak usah ngaco lo ya,"

"Rumahnya ra, emang lo pikir apaan? Ngeres aja otak lo"

Hera memicing melihat tere yang senyam senyum sendiri bersamaan dengan tubuhnya yang terus bergerak mengikuti pemandu senam.

BreakupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang