47.

3.8K 360 33
                                    

ENTAH kerasukan apa mamanya itu sampai membuat Alan harus satu kamar dengan Hera.

Apa Enny pikir dua anak manusia itu masih bocah jadi tidak punya hasrat yang menggebu untuk menjamah satu sama lain . Astaga.

Alan sampai tidak bisa tidur dengan nyenyak karena harus berada satu kamar dengan Hera.

Ya meskipun beda ranjang ya. Karena kamar yang Alan pakai sekarang adalah kamar milik anak kembar tante diana yang kebetulan absen hadir karena acara kawinan mega bebarengan dengan ujian semester .

Kedua anak laki-laki tante diana sedang menjalani studinya di monash university, australia. Itu sebabnya kamar kedua anak laki-lakinya itu kosong.

Berhubung rumah tante diana digunakan sebagai tempat keberangkatan manten, sebelum acara di lakukan di gedung.

Alhasil rumah itu penuh dengan perabotan. Dan pernak pernik pernikahan.

Jadi tidak mungkin kan Enny menyuruh mega untuk berpisah kamar dengan suaminya untuk menemani hera. Atau tante diana dengan om tama. Apalagi orang tua Alan.

Jadi daripada Hera atau Alan tidur bersama dengan perabotan. Enny berinisiatif untuk mempersatukan mereka.

Mengenai hasrat. Enny percaya penuh kepada anak sulungnya itu.

Buktinya Alan bisa menahan hasratnya selama beberapa tahun pernikahannya untuk tidak melanggar perjanjian pra nikah yang baru enny ketahui setelah Alan mengakui semuanya.

"Ra ?" Ucap Alan, sembari memiringkan badannya menghadap ranjang yang hera tempati.

Lampu tamaran di kamar bahkan tidak mengaburkan pandangan Alan mengenai betapa cantiknya calon istrinya itu ketika  sedang tidur

Sekarang sudah pukul dua dini hari, Dan Alan masih betah dengan pikiran rumitnya.

"Kamu udah tidur ya ?" Ucap Alan sekali lagi, karena tidak ada sautan dari sang pemilik nama.

Udah kaya anak ABG di satukan dalam satu tenda saat kemping belum sih. Aneh ya.

"Emm. Tidur ndan. Kenapa ngeliatin saya terus". Jawab hera dengan suara serak khas orang baru bangun tidur. Yang anehnya malah membuat bulu kuduk Alan semakin merinding.

"Ayo kita cepet nikah". Ucap Alan, tiba-tiba. Membuat mata hera yang tadinya terpejam langsung terbuka lebar.

Di tatapnya Alan yang juga sedang menatapnya. Laki - laki itu tersenyum, sepertinya puas karena sudah membangunkan hera.

Lama tidak ada gerakan, akhirnya hera melambaikan tangannya. Meminta Alan untuk mendekat.

Ibarat kucing nih, kalau di kasih ikan asin. Pasti nggak nunggu babibu langsung serbu.

Tak butuh bertanya saat melihat hera memundurkan posisi tidurnya, Alan segera bergabung di Selimut yang sama dengan Hera.

Keduanya saling berhadapan di ranjang yang ukurannya lebih kecil jika dibanding ranjang tempat tidur yang pernah mereka tempati di rumah Alan.

Hampir seperti ranjang yang biasa tersedia di hotel dengan fasilitas two bed.

Tangan Alan merengkuh tubuh hera, merapatkannya hingga hidung hera terbenam di dada bidangnya. Begitu pula dengan hera yang juga melingkarkan tangannya di perut laki-laki itu.

"Komandan enggak takut kepergok terus langsung dikawinin, kalau tante Enny atau tante Diana tau komandan meluk-meluk perawan begini ?"

Alan tertawa, lalu menggelengkan kepalanya cepat. "Enggak, mereka pasti udah paham kalau saya udah kebelet banget pengen nikahin kamu". Ujar Alan membuat Hera ikut tertawa.

BreakupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang