37.

4.1K 358 13
                                    

MALAM ini hujan, hera berniat ingin menyelesaikan pekerjaannya setelah membersihkan diri dan makan malam.

Sekarang masih jam delapan malam, seharusnya tadi kalau hera mulai mengerjakan pekerjaannya pukul enam sore sepulang ia dari lapangan, semua pekerjaan hera sudah selesai dan jam segini sudah bisa merebahkan diri di kasur yang sebenarnya tidak terlalu empuk itu.

berhubung Alan menyeretnya pulang ke rumah yang bukan rumahnya itu, hera malah harus memasak dan mencuci baju. Ya walaupun bajunya sendiri yang dicuci sih.

tadi hera juga sudah menawarkan diri untuk mencuci baju milik alan namun di tolak mentah mentah oleh komandanya itu dengan dalih, "Kamu saya bawa kesini bukan untuk saya jadian asisten rumah tangga ya ra," ck, gayaan. coba deh besok kalau udah beneran jadi nikah dia mau ngomong apa.

Hera kadang-kadang suka mikir, apa yang bakalan papanya lakukan kalau beliau tau jika hera selalu di bawa pulang oleh laki-laki yang belum sah menjadi suaminya, mengingat dulu waktu jaman SMA hera pernah pulang kemalaman dari acara ulang tahun teman sekolahnya yang membuat hera hampir sebulan penuh berangkat pulang sekolah jalan kaki Karena mendapat hukuman potong uang jajan. Ngeri-ngeri sedep juga kalau sampai ketahuan sih.

"Ra,"

"Emm.." jawab hera sembari sibuk membolak - balik berkas yang ada dihadapannya.

Secangkir teh chamomile dan se toples biskuit sudah alan siapkan untuk perempuan itu di meja kecil di ujung barisan sofa.

Sepertinya Alan sudah merencanakan semua ini dengan matang.

"Itu teh nya diminum dulu, habis nyuci, nanti masuk angin"

"Emang teh nya buat saya ndan ?"

"Memangnya dirumah ini ada siapa lagi selain kamu?" tanya Alan sembari mengusap rambutnya yang masih setengah basah karena baru selesai keramas. eh, mandi maksudnya.

"Ngomong-ngomong ra,"

"emm",

"Mega ngirim kain seragam buat kamu" alan melirik hera yang fokus memperhatikan laptop dihadapannya dengan Kacamata bertengger manis dijembatan hidung landungnya. cantik sekali. Apalagi jika dipadukan dengan rambut yang ia kucir asal-asalan itu. duh rasanya Alan ingin, ekhm.. lanjut yang tadi.

"Besok dijahit sama saya ya"

"Couple ?" Alis hera menukik tajam menunggu jawaban alan.

Alan mengangguk,"seragam keluarga. Mau kan ?"

"Kalau saya menolak gimana ndan ?"

"Kenapa nggak mau?"

hera menghela nafasnya, meletakkan penanya kemudian menatap alan yang saat ini juga sedang menatapnya dengan serius akibat jawaban yang ia lontarkan tadi.

"Sebenarnya saya udah janji ke nikahan ayla di manado pekan depan ndan. teman satu kantor saat saya di halim dulu" Hera melanjutkan menjelaskan status ayla terhadapnya. kemudian ia terdiam menunggu reaksi alan atas alasan penolakannya barusan.

"Sepupu aksa?"

hera menelan salifanya, kemudian mengangguk. "iya"

"Ya malah bagus dong, saya bisa ikut sekalian ketemu kaluarga kamu disana, hari apa?"

"Sabtu"

"Ok, kalau gitu saya ikut"

"Tapi mega?"

"Nikahan mega kan hari Minggu ra,"

"tapi kan akadnya hari jumat ndan, saya nggak mau ya kalau nanti saya dikira jadi pengaruh buruk buat komandan karena melewatkan hari bahagia adik sendiri demi nemenin saya kondangan" jawab hera penuh penekanan.

BreakupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang