25.

4.5K 356 28
                                    

ALAN menutup kembali pintu rumahnya setelah hera masuk kedalam.

"Saya langsung ke dapur ya ndan" hera melenggang masuk ke dapur.

Anggap rumah sendiri, seperti yang alan selalu sampaikan pada hera.

Sekarang hera sudah tidak lagi menggunakan kata ijin untuk memakai dapur di rumah itu.

Ia bahkan tidak berbicara berhadapan dengan alan, tapi berteriak meskipun tidak terlalu keras.

Kurang durhaka apalagi coba hera menjadi anak buah alan.

"Iya," jawab alan mengikuti langkah kaki hera.

"Loh kok kesini ndan ? Enggak mandi ?" Tanya hera, sebelum wara satu itu memulai kegiatannya memasak apapun yang ada di dalam kulkas milik alan.

Luar biasa kan. Hera sudah tidak canggung. Apalagi dia sudah berkali-kali masuk ke rumah ini.

Alan terkekeh mendengar pertanyaan hera, "hapal kamu"

"Ya jelas hapal ndan, tiap saya masak disini kan selalu di tinggal mandi"

"Jadi mau di tungguin aja disini ?" Tanya alan jail.

"Enggak lah, nanti malah nggak selesai selesai masaknya"

"Loh, saya kan cuman nungguin ra, bukan ngerusuhin kamu masak"

"Udah, komandan mandi aja. Nanti komandan selesai mandi ini udah siap"

Hera menutup kulkas setelah mengeluarkan bahan makanan yang akan ia masak

"Yakin nggak mau di tungguin ? Nanti ngomelin saya lagi kalau saya tinggal mandi"

Hera memutar bola matanya malas, okelah. Hera janji tidak akan mengomeli apapun yang alan ingin lakukan.

"Maaf kalau saya suka ngomel ndan. Agak susah di kontrol soalnya"

Alan malah terkekeh mendengar permintaan maaf hera kepadanya.

Padahal bukan itu yang alan maksud.

"Nggak papa kalau kamu mau ngomel ke saya disini. Rumah jadi berasa hidup ra" jawab alan membuat hera geleng-geleng kepala.

Ada-ada saja komandannya ini. Bukannya jengkel karena sering di omelin, eh ini malah kesenengan.

"Saya mandi dulu ya, biar kamu juga nyaman di sekitar saya kalau saya sudah mandi"

Idih, apaan coba maksudnya.

"Iya ndan. Siap. Silahkan" jawab hera sekenanya tanpa mau lebih jauh menanggapi gombalan alan untuknya.

.

Masakan sudah siap di meja setelah tiga puluh menit berlalu.

Hera memasak udang saus tiram cabai hijau yang ia padukan dengan sayur pakcoy dalam satu wadah sebelum sayuran itu menguning dan terbuang.

Memang tidak banyak, hanya satu jenis masaka. Tapi sangat menggugah selera.

"Masak apa ra ? Baunya ke cium sampai kamar"

"Udang ndan, sayurnya pakcoy aja ya. Daripada kebuang ndan. Sama saya tambahin tauge dikit. Semoga komandan doyan"

Alan tersenyum,"Kayak baru nikah aja ra, dikasih tauge biar subur"

"Emang iya ?" Tanya hera,

"Enggak tau ?" Alan melirik hera, sedangkan perempuan itu hanya menggeleng,

"Yasudah besok di coba kalau sudah sah"

Bukannya menanggapi, hera malah menganggukkan kepalanya tanpa beban.

BreakupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang