ALAN :
Ra, saya kangen kamu.Alan :
kamu bisa nggak dateng kesini ?Alan:
Kunci serep rumah ada di laci nakas meja kerja saya ya ra.karena tidak kunjung ada jawaban dari hera, Alan pun memejamkan matanya berusaha untuk terlelap meskipun sulit. sekarang sudah jam sebelas malam. Terus alan tadi mikir apa sih kok sampai nyuruh hera dateng jam segini tu, hem ?!.
Ya yang bener aja sih si Alan ini, perempuan jam segitu kudu naik motor bebek nyamperin laki ke rumahnya. Bisa-bisa hera dikira mucikari kalau begitu caranya.
Hera tak menggubris pesan singkat dari Alan karena perempuan itu sudah terlelap setelah melaksanakan perintah Alan agar menghubungi pihak polres untuk pembatalan dan permintaan maaf karena tidak bisa hadir untuk kunjungan mereka esok hari.
Ponsel hera tergeletak tak berdaya dengan dua pop up notifikasi televon dan tiga notifikasi pesan. Semua dari Alan.
.
Hera mengetuk pintu rumah Alan beberapa kali, namun tak kunjung mendapatkan jawaban.
Ia juga sudah mencoba untuk menghubungi komandannya itu namun panggilannya juga tidak diangkat.
Mampus. Hera merutuki dirinya sendiri.
Mana ada ajudan se goblok hera yang bisa tidur lelap padahal atasannya menelvonnya beberapa kali.
Bisa aja kan itu perintah penting, tiba-tiba ada kunjungan kemana atau ada hal mendesak yang mengharuskan Alan membawa ajudannya.
Hera kembali coba mengetuk pintu rumah itu sekali lagi, namun tetap tidak ada jawaban.
Jalan terakhir yang bisa hera pikirkan ya hanya menggunakan kunci serep yang sebelum subuh tadi ia ambil dari ruang kantor alan sesuai pesan singkat yang Alan kirimkan tadi malam.
Sebenarnya bisa aja sih hera tadi langsung membuka kunci pintu rumah itu dengan kunci serep yang dibawanya tanpa repot-repot harus mengetuk pintu seperti ini.
Tapi kan nggak sopan ya, nanti hera dikira maling lagi.
Begitu hera berhasil masuk, perempuan itu menimbang-nimbang harus mencari Alan darimana dulu. Netranya menyapu setiap sudut ruangan. Masih sepi dan gelap.
Hera lalu berjalan ke mushola belakang, barangkali alan sedang menunaikan ibadan sholat subuhnya karena saat ini memang masih pukul empat lebih tiga puluh.
Tapi saat hera sampai mushola, mushola itu masih gelap. Bahkan lantai tempat wudhu saja masih kering. Tidak ada jejak alan sudah melaksanakan ibadah subunya.
Hera mengeluarkan ponselnya dan menelvon alan, barangkali dengan mendengar dering panggilan ponsel alan hera jadi mudah menemukan laki-laki itu.
Panggilan tersambung, dan kemudian lamat-lamat terdengar dering ponselnya.
Bergerak seperti anjing pelacak, hera memasang telinganya dengan serius, mengikuti dering ponsel milik alan yang masih terhubung dengan panggilan telvonnya.
Sesampainya di depan pintu kamar alan yang berada tak jauh dari ruang tengah, hera mencoba mengetuk pintu kamar itu. "Ndan. permisi," hera memelankan suaranya, takut jika alan masih tidur laki-laki itu akan terkejut.
Karena tidak juga mendapatkan sautan, hera merasa tidak sabar lagi.
Perempuan itu langsung membuka pintu kamar alan dimana udara yang sangat dingin tiba-tiba menyeruak keluar ruangan.
"Ndan, " Panggil hera sekali lagi.
Ruangan yang cukup familiar untuknya itu masih sangat gelap dengan tirai yang masih tertutup rapat. "Permisi, saya ijin masuk ya ndan", gumamnya lirih sembari melangkahkan kakinya mendekati tempat tidur berukuran cukup besar dengan selimut yang berserakan dibawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakup
ChickLitLetnan Hera tidak pernah menyangka jika kepindahannya ke Iswahjudi akan mempertemukannya dengan sosok laki-laki yang ternyata mirip dengannya. -- Menikah dengan seseorang yang menjadi atasannya karena kebetulan memiliki visi dan misi yang sama tidak...