28.

4.3K 385 22
                                    

ALAN masuk ke dalam villa milik keluarga hera. Ia berjalan mengikuti hera yang berada di depannya.

Villa ini cukup besar, dan luas. Benar kata hera di villa itu ada banyak kamar yang sepertinya kosong. Sekilas alan melihat ada tiga atau empat pintu berbeda yang berada di bangunan itu.

Design tropis modern cukup kental terlihat di dalam bangunan itu, atapnya yang lumayan tinggi, dua kali lipat jika dibandingkan hunian biasa.

Villa ini terdiri dari dua lantai, dengan jendela jendela besar berbentuk kerucut memanjang ke atas dan tirai putih yang menutupinya

Terlihat mewah dan hangat.

"Komandan bisa milih mau kamar yang mana, nanti saya pakein sprei dulu" ucap hera sembari perempuan itu mengambil sprei bersih dari lemari.

"Ikut kamu aja. Kan kamu yang punya villa"

Hera menghela nafasnya. "Jangan gitu dong ndan, anggap aja villa sendiri sama seperti komandan selalu ngomong gitu kan di rumah setiap kali saya dateng kesana buat jadi koki" hera melirik alan lalu berjalan menuju satu pintu tertutup yang bersampingan dengan kamarnya.

"Kamar ini biasanya di pakai abang saya ndan. Biasanya kalau laki-laki nempatin kamar laki- laki lebih nyaman katanya"

"Kata siapa memangnya ?" Dua alis alan tertaut memperhatikan hera yang sibuk merapikan sprei tempat tidur yang akan dia tempati .

"Kata saya barusan" jawabnya enteng membuat alan terkekeh.

"Kamu emang dari dulu begini ya ra ?"

"Begini gimana ?" Tanya hera.

"Nge gemesin"

"Saya ini wanita angkatan udara loh ndan. Kok bisa di bilang nge gemesin itu gimana ceritanya. Harusnya kan saya ini perempuan gagah perkasa gitu"

"Meskipun anggota TNI, tapi nggak merubah kondrat kamu sebagai perempuan kan ?" Alan membantu hera memasukan sarung bantal dan gulingnya.

"Enggak sih. Saya masih normal ndan. Masih butuh belaian suami." Hera tertawa sendiri mendengar perumpamaan yang di jabarkannya.

"Kamu belum punya target buat nikah ra ?"

Hera mengangguk, "ada sih ndan. Tapi kan jodoh itu sudah di atur"

"Emang enggak di cari dulu kalau sudah diatur ?" Alan melirik hera yang masih sibuk dengan kegiatannya.

"La dulu komandan gimana sama mantan istrinya. Kalau saya masih awam gini ginian ndan. Mintanya di cari bukan mencari"

Alan tersenyum , meletakkan bantal dan guling yang telah ia ganti sarungnya. Lalu netranya fokus menatap hera yang juga sudah selesai memasng spreinya.

"Saya dulu di jodohkan"

"Ah ?" Hera cukup terkejut mendengar pengakuan alan barusan.

"Di jodohin ? Sama kakaknya mega ?"

Alan mengangguk. "Iya."

"Kalau boleh tau bukannya komandan sama mega udah jadi keluarga dari kecil ya ?" Alis hera mengkerut, ditatapnya wajah alan cukup serius.

"Kami masih saudara jauh ra" alan berjalan ke arah jendela besar yang menghadap ke arah kolam renang.

"..talita, perempuan karir yang sangat konsisten dengan pekerjaannya"

"Maaf ndan menyela, tapi saya denger - denger kalau mantan istri komandan selebritis ya ?"

Alan tersenyum lalu mengangguk.

"Terkenal ndan ? Tapi kok saya nggak pernah denger artis namanya talita sih ndan"

BreakupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang