ALAN membuka pagar saat suara mobil yang dikenalinya berhenti di depan rumah.
Itu pasti hera.
Alan sebenarnya masih ngantuk berat tapi ia berusaha terjaga agar saat hera sampai tidak perlu membangunkannya dan menunggu terlalu lama.
Sial memang. Gara-gara americano yang di minumnya kemarin, semalaman suntuk alan tidak bisa tidur.
Alhasil ia begadang sampai pukul dua dini hari dan baru mulai tidur tadi jam setengah tiga.
Belum juga nyaman tidurnya, alarmnya sudah berbunyi.
Alan memang sengaja memasang alarm pukul setengah lima, selain harus menunaikan ibadah paginya, alan juga ingin tau kabar dari hera yang pergi seorang diri mengantarkan yuda ke bandara.
Beruntung juga sebenarnya saat hera menolak tawarannya untuk menemani hera mengantar yuda ke juanda. Kalau saja hera menerima tawarannya pasti akan lebih merepotkan untuk perempuan itu karena alan yang malah tidak bisa mengemudi karena mengantuk.
"Kok cepet. Ngebut ya?" Hera mendengus baru juga dateng, udah di fitnah aja nih.
Apalagi saat alan memaksanya memberikan kunci mobil kepada laki-laki itu.
Padahal hera bisa loh langsung parkir masuk, enggak perlu alan berlagak seperti supir begini. Majikan datang lalu supir meminta kuncinya untuk di parkirkan.
Emang konsep bucin jaman sekarang kaya gitu ya ? Sepertinya hera banyak ketinggalan kalau memang iya.
Hera masuk ke dalam rumah lebih dulu di ikuti oleh alan namun mereka memiliki tujuan yang berbeda.
Jika hera berjalan menuju ruang tamu, maka alan menuju pantry berniat untuk menyeduh teh hangat untuk hera agar perempuan yang menyandang status sebagai kekasihnya selama empat hari itu tidak masuk angin.
"Enggak lah ndan. Pelan-pelan aja kok" bohongnya.
Padahal hera uda ngantuk banget ini mau merem aja tadi di jalan walaupun uda di sogok sama kopi, ternyata tetap tidak bisa membuat mata hera terjaga seratus persen.
Seperti bawaan perempuan pada umumnya, hera meletakkan shoulder bag yang di bawanya di sofa ruang tamu. Kemudian membaringkan tubuhnya di sofa itu juga.
Hera udah enggak kuat. Ngantuk berat.
Tidak mau menunggu lagi, matanya langsung terpejam begitu tubuhnya menyentuh sofa empuk milik alan.
"Ra, minum dulu tehnya. Biar enggak kembung"
Hera yang masih sayup-sayup mendengar suara alan hanya bisa menggelengkan kepalanya tak berdaya.
"Sayang.." alan merapikan rambut hera yang menutupi wajahnya.
"Sedikit aja. Yuk bangun dulu" bujuk alan sembari jarinya terus mengusap rambut hera membuat hera terpaksa membuka matanya yang rasanya sudah seperti terganjal batu makadam.
Alan menarik lembut lengan hera lalu membantu hera meminum teh hangatnya.
"Dikit lagi" ucap alan saat hera hendak kembali membaringkan tubuhnya.
Hera menurut. Perempuan itu kembali menyeruput tehnya,
"Tidur di kamar aja ra, nanti jatuh disini"
"Enggak kuat lagi ndan, jauh" hera menggelengkan kepalanya.
Ya lagian alan ini lucu, kamar kosong cuma ada di lantai dua loh ya. Kapan hari hera menginap disana kan hera juga tidur di kamar kosong lantai dua.
La ini uda ngantuk berat rasanya udah mau pingsan masih disuruh jalan ke lantai dua, ya yang bener aja ndan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakup
ChickLitLetnan Hera tidak pernah menyangka jika kepindahannya ke Iswahjudi akan mempertemukannya dengan sosok laki-laki yang ternyata mirip dengannya. -- Menikah dengan seseorang yang menjadi atasannya karena kebetulan memiliki visi dan misi yang sama tidak...