HERA masih belum bisa sepenuhnya menetralkan perasaannya. Bahkan setelah berjaam-jam ia disibukan dengan pekerjaannya yang menggunung akibat di tinggal cuti selama dua hari.
Hera masih memendam rasa penasaran akibat informasi yang tere berikan tadi pagi.
Apa kata tere tadi, nangis di pojokan?. Oh no, hera nggak mau kaya gitu lagi.
Udah cukup ya kemarin hera termehek-mehek sampai harus nyebrang pulau buat cari mood bagus.
Rencananya saat ini hanya satu. Membuat laki-laki itu bertekuk lutut kepadanya sehingga tidak ada ruang lagi di hati alan untuk orang lain.
Enak aja, hera uda banting harga diri buat ngakuin perasaan yang sebenernya masih ngambang buat mencoba perasaan baru. Eh malah tiba-tiba ada berita ajudan baru alan perempuan.
Sebenernya mau alan apa sih ? Kenapa dia selalu meminta ajudan perempuan ? Emangnya sudah kehabisan stok ajudan laki-laki.
Hera masih belum nemu waktu yang pas buat menanyakan hal itu, keburu perasannya udah nggak enak sedari pagi tadi.
Daripada semuanya jadi kacau, hera memang lebih memilih untuk diam dan menyibukan diri dulu dengan pekerjaannya sebelum bertemu dengan alan.
Jangan - jangan nih malah hera yang udah bucin duluan.
Padahal alan dari tadi sudah mencoba menghubunginya untuk mengajaknya makan siang berdua, tapi hera sama sekali nggak mau menggubrisnya.
Nanti kalau alan bertanya kenapa tidak menerima panggilan telvonnya atau membalas pesannya, hera akan beralasan sibuk, atau ponselnya di silent jadi tidak terdengar.
Masa bodoh dengan fakta bahwa yang ia tolak panggilan telvonnya adalah atasannya sendiri.
"Duh, ra!, tolong ya itu mukanya di kondisikan dulu. Takutnya nanti laki-laki pada kabur kalau ngeliat perawan juteknya minta ampun begini"
Hera mendelik ganas, jelas itu tere. Memang siapa lagi yang berani ngecengin hera begini.
"Habis liburan suntuk amat neng" lanjut tere menjaili hera.
"Bisa diem enggak ? Brisik"
Bukannya takut, tere malah terbahak cukup keras.
Ruangan itu hanya dikhususkan untuk hera, jadi kalaupun mereka berbicara tidak akan terlalu jelas terdengar hingga di luar ruangan.
"Tuh, lo liat" tere menunjuk jendela yang mengarah ke halaman lapangan dimana ada alan dan ajudan barunya sedang berbincang bersama serka bimo.
Hera tau jika jam satu nanti alan ada rapat di kantor bupati, makanya dari tadi alan menyempatkan untuk bertemu dengan hera.
Eh, malah heranya yang enggak konsisten. Baru juga hubungan ini di mulai. Udah ada konflik aja. Ck.
"Let hera diapain kok sampai mukanya di tekuk begitu ?" Oke, nambah satu lagi
"Nggak tau tuh san, mirip pemeran antagonis di sinetron indonesia yang suka ngerebut suami orang ya " ucap tere menjawab pertanyaan pipit barusan.
Wanita berpangkat sersan kepala sekaligus senior dibagian administrasi itu langsung tertawa mendengar istilah yang digunakan oleh tere. "Lah, bukannya habis liburan ya, kok malah suntuk sih let" lanjut pipit ikut menjaili hera.
"Ngomong-ngomong, makasih oleh-olehnya, anak - anak seneng banget tadi saya fotoin baju baju yang let hera oleh-olehin. Lucu"
"Kalau gitu bantuin dong san, jangan malah ikut ikutan mulut lamisnya tere", hera mendengus sambil melirik tere yang sibuk memperhatikan jendela di ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakup
Chick-LitLetnan Hera tidak pernah menyangka jika kepindahannya ke Iswahjudi akan mempertemukannya dengan sosok laki-laki yang ternyata mirip dengannya. -- Menikah dengan seseorang yang menjadi atasannya karena kebetulan memiliki visi dan misi yang sama tidak...