54.

4.2K 358 71
                                    

"Ra, nanti kalau udah kelar acara. Gue bakal nyolong ujung melati yang lo pake ya. Pura-pura enggak sadar aja. Oke!"

Hera mendengus mendengar bisikan ghoib dari sahabatnya itu, "Emangnya lo mau kawin sama siapa?" Jawab Hera ikut berbisik.

"Gampanglah, bisa di atur. Pokoknya gue udah cim duluan ya. Awas lo kasih ke orang lain"

"Ngomong-ngomong lo enggak tau kalau yang bener itu nyolong, bukan minta ?"

Tere mengernyit, melepaskan tautan tangan mereka dan kembali berdiri tegap, merelakan cipika cipikinya dengan hera yang sebenarnya masih kurang pipi sebelah kiri, "heh. Masak sih ?"

Hera mesem sambil manggut-manggut. Kemudian kembali menarik lengan tere untuk melanjutkan cipika cipiki mereka yang kurang sebelah. "Tapi nggak papa gue ridho. Gue kasih dengan ikhlas. Gue kasih tau, sebenarnya jodoh lo itu nggak jauh-jauh berdiri di belakang lo. Jangan lo sia-siain deh". Hera tertawa geli saat melihat reaksi tere yang langsung menoleh ke belakang dan mendapati wildan sedang berdiri di belakangnya dengan satu alis menukik tajam.

"Bang wildan udah dari tadi di belakang ?"
Tanya tere yang diberi anggukan oleh wildan.

"Nungguin kamu doang ini, antrinya sampe pindah ke gedung sebelah." Jawab wildan dengan nada menyindir, membuat tere akhirnya sadar jika antrian untuk bersalaman sudah panjang mengular karena ulahnya.

Perempuan itu buru-buru mengangguk memimta maaf kepada semua orang yang sudah menunggu di belakangnya kemudian berlalu menyalami Alan setelah memetik ujung melati yang saat ini masih menempel di bahu hera tanpa sepengetahuan wanita itu.

Acara akad telah selesai di lakukan, Hera dan Alan yang saat ini masih memakai pakaiam akad masih berdiri di pelaminan untuk menerima ucapan selamat dari para tamu undangan yang hadir di acara akad nikah mereka.

Memang tidak banyak yang hadir di acara pagi ini, karena undangan hanya di sebar untuk kalangan sahabat dekat dan keluarga saja.

Berbeda dengan resepsi yang nantinya akan diadakan dengan undangan yang lebih banyak.

"Cantik banget sih ra" Itu Alan.

Laki-laki yang saat ini sudah resmi bergelar sebagai suami Sah seorang Ayudya Hera Pambudi kembali memuji kecantikan sang istri.

"Emang biasanya saya enggak cantik ya ?"

"Ya Enggak gitu istriku". Alan mengusap punggung tangan Hera yang saat ini di genggamnya. "Biasanya kamu udah cantik, tapi di tambah pakai baju pengantin begini. Cantiknya jadi kuadrad. Rasanya saya dari tadi cuma deg-deg an aja ngeliatin kamu"

Hera memutar bola matanya malas, sebenarnya sudah biasa ia di gombali seperti itu oleh Alan. Tapi tetep aja rasanya masih se salting itu. "Udah deh ndan. Bikin saya geli aja. Komandan emang paling pinter kalau nge gombal begini"

"Beneran ra, saya ini kagum loh sama kecantikan kamu. Belum pernah liat kamu di dandani kaya gini soalnya"

"Jelas belum pernah lihat dong ndan. Kan saya emang baru pertama kali ini nikahnya. Tentu aja komandan baru liat saya di dandani begini" jawab Hera gemas.

Tangannya tak lupa mencubit pinggang Alan. Membuat laki-laki itu mengaduh.

"Duh gemes banget ya dua sejoli ini" Ucap pembawa acara, menyudahi aksi Alan menggoda Istrinya.

"Dari tadi pembawa acaranya sampai nggak bisa mengalihkan pandangan dari Mas Alan dan Mbak hera ini loh ya. Cubit - cubitan mulu". Serunya membuat gelak tawa para tamu undangan terdengar riuh.

"Beneran loh bapak,ibu. Saya ini sampai enggak tega mau menganggu. Tapi ya mau bagaimana lagi, Mas Alan harus sabar dulu ya Mas. Di tahan dulu, sekarang waktunya pengantin ganti baju dan istirahat di dalam sebelum nanti lanjut Resepsi". Ujar pembawa acara memberikan instruksi kepada pengantin untuk turun panggung dan kembali ke dalam untuk beristirahat sejenak.

BreakupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang