21.

4.4K 378 33
                                    

KABAR mengenai hera yang sedang sakit tembus di telinga kedua orang tuanya.

Purn jend bambang beserta istri bertolak dari jakarta menuju madiun melalui bandara soekarno hatta, Tangerang.

Dalam perjalanan lydia terus saja mengomeli suaminya yang sudah dengan tega memindah tugaskan anak bungsu mereka dari tempatnya bekerja

Apalagi hera benar-benar melepaskan fasilitas yang papanya berikan, hidup mandiri dan sederhana.

Bukan karena hera tidak mampu beli, hanya saja dia masih belum membutuhkan rumah atau mobil di kota itu.

Motor astreanya saja sudah lebih dari cukup untuknya. Apalagi kan barak tempatnya tinggal ke kantor tidak terlalu jauh.

Papanya benar, hera jadi belajar banyak hal disini.

"Mama enggak bisa ngebayangin gimana susahnya hera disana pa,"

Bambang menghela nafasnya, diliriknya sang istri yang sedari tadi hanya menatap ke arah luar jendela mobil.

Bambang dan lydia baru saja turun dari pesawat yang langsung di jemput oleh supir sewaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya

Purn jend seperti pak bambang ini apa yang tidak bisa, tinggal kedip mata, kaki tangan dan anak buahnya dimanapun juga bisa membantu jika dibutuhkan.

Menjadi purnawirawan tidak menutup pintu kuasanya yang masih terasa hingga saat ini, apalagi kalau orangnya seperti bambang yang baik dan care terhadap anak buah semasa menjabat..

Semua kelebihan pimpinan ada padanya, hanya satu kekurangan laki-laki paruh baya itu. Terlampau tegas kepada kedua anaknya

"Itu kan buat kebaikan hera ma"

"Kebaikan yang mana sih pa?" Lydia menghapus air matanya, "sejak awal mama sudah enggak setuju hera di pindah seperti ini pa"

Tak ingin menanggapi suaminya lagi, lydia kemudian hanya diam seribu bahasa sembari terus menatap rintik hujan yang mulai membasahi jalan yang mereka lewati.

Ibu dua anak itu memang super melankolis

.

Hera yang kekeuh tidak mau di jenguk alhasil me ridhoi kedua orang tuanya untuk datang menjenguknya.

Lagian tere bener-bener nggak ada gunanya tau nggak sih,

Masak enggak bisa, beli obat salah, suruh masangin gas nggak becus. Halah sudahlah. Percuma membicarakan keburukan teman lettingnya itu, nggak akan bikin hera sembuh juga.

"Bokap dateng ra ?"

Hera mengangguk , "emm" jawab hera sekenanya, tenggorokannya sakit. Jadi hera males ngomong

"Ngomong-ngomong, gimana hubungan papa lo sama papanya mas aksa ?"

Hera menggeleng, diliriknya tere yang saat ini sedang sibuk memakai baju PDH nya dan hera yang masih terbujur bergulung selimut di kamar.

"Kok nggak tau ? Terus papa lo gimana sama mas aksa ? Masih se antusias dulu engga buat jodohin kalian?"

Bukannya menjawab pertanyaan tere, hera malah mengerutkan dahinya, "daripada lo mikirin gue, uda pikirin gimana lo nanti kalau ketemu bang yuda deh"

"Mas yuda ikut kesini ra ?" Tere memutar tubuhnya seketika itu juga saat mendengar nama mantan kekasihnya di kumandangkan oleh mantan calon adik iparnya.

Hera mengangguk, "hem"

"Tidur sini ?"

Hera menghela nafasnya lalu mengubah posisi tidurnya memunggungi tere yang masih antusias bertanya padanya. "Ya lo pikir aja lah"

BreakupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang